Ziva duduk di meja besar yang diisi oleh seluruh keluarga besar Ayahnya dan keluarga besar mantan kekasihnya pada malam itu. Mereka sedang merayakan pertunangan antara Gani--mantan kekasih Ziva--dengan Rere--sepupu Ziva dari pihak Ayah. Gani memutuskan Ziva dua hari lalu, setelah hampir enam bulan berselingkuh dengan Rere di belakang Ziva. Gani beralasan bahwa Ziva tidak pernah ada untuknya dan hanya sibuk mengurus pekerjaannya, sehingga dirinya memutuskan selingkuh dengan Rere. Ziva menanggapi hal itu dengan santai dan justru tetap hadir di acara pertunangan tersebut bersama kedua orangtuanya.
"Aduh Ziva, seandainya kamu enggak gila kerja dan cuma peduli sama pekerjaan kamu, mungkin saat ini kamu yang sedang bertunangan dengan Gani," sindir Anita--Ibu kandung Rere.Ziva dan kedua orangtuanya hanya tersenyum saat mendengar hal itu. Entah kenapa Anita mendadak membahas hal itu, padahal pihak keluarga Gani pun sudah mati-matian tidak membahas hal tersebut karena merasa malu dengan tingkah laku salah satu putra mereka.
"Enggak apa-apa, Tante Anita. Mungkin Gani memang bukan jodohku dan jodohnya Rere. Lagi pula ... jujur saja aku merasa bersyukur karena tahu tentang kelakuan Gani yang berselingkuh dengan Rere selama enam bulan terakhir, sebelum kami resmi menikah. Entah apa yang akan terjadi jika aku tahu kelakuannya setelah menjadi Istrinya dan dia bermain api dengan Rere di belakangku. Oh ... itu jelas tidak pernah bisa dibayangkan," balas Ziva, yang kemudian kembali meminum jus jeruk di gelasnya.
Wajah Gani dan Rere yang tadi begitu bahagia pun mendadak memerah karena merasa malu. Apa yang Anita lakukan untuk menyindir Ziva, justru membuat kelakuan mereka dibuka dengan entengnya oleh Ziva. Wajah Anita yang tadinya dipenuhi dengan perasaan bangga terhadap putrinya mendadak pucat, setelah tahu kalau Rere telah menjadi selingkuhan Gani selama enam bulan terakhir. Beberapa tamu yang duduk di dekat meja besar itu bahkan bisa mendengar pembicaraan heboh itu dan tak butuh waktu lama untuk membuat kenyataan tentang perselingkuhan Gani dengan Rere tersebar.
Tak lama kemudian, salah satu tamu yang diundang oleh pihak keluarga Ayah Ziva mendekat ke meja besar tersebut. Hal itu membuat Anita dan Harun--Ayah kandung Rere--segera menyapa tamu tersebut meskipun suasana sudah tak lagi menyenangkan seperti diawal tadi.
"Selamat atas pertunangan anaknya ya, Bu Anita," ucap Retno.
"Terima kasih, Bu Retno," balas Anita.
Retno tak sengaja menatap ke arah Ziva yang ada di seberang meja besar itu dan mendadak terlihat berbinar-binar.
"Nak Ziva," sapanya, begitu bersemangat.
Ziva pun bangkit dari kursinya seraya tersenyum. Ia berjalan memutari meja besar itu demi bisa menyapa Retno dari dekat. Retno pun memeluk Ziva dengan erat dan penuh kasih sayang seperti terhadap putrinya sendiri. Keluarga besar Gani bisa melihat hal itu dan mereka tampak menyesali karena Ziva gagal menjadi calon menantu di keluarga mereka.
"Aduh, Sayang ... apa kabar? Kamu itu benar-benar jarang banget ya mau mampir ke rumah Tante. Mampir dong. Setelah selesaikan pekerjaanmu di kota-kota lain, tengoklah Tante sesekali. Oh ya, di mana tunangan kamu?" tanya Retno.
"Aku belum punya tunangan Tante Retno. Pacar aku baru saja memutuskan aku dua hari yang lalu, dan hari ini dia bertunangan dengan salah satu sepupuku dari pihak Ayah," jawab Ziva, apa adanya.
"Loh? Kok bisa? Kirain malam ini kamu yang bertunangan dengan Gani. Raja tadi hanya bilang kalau Gani malam ini akan bertunangan. Tante pikir tunangannya sama kamu," heran Retno.
"Tante, aku bukan anaknya Tante Anita. Aku ini keponakannya. Itu, yang namanya Rere adalah anaknya Tante Anita. Dia sepupuku yang akhirnya bertunangan dengan Gani," tunjuk Ziva ke arah Gani dan Rere.
Retno pun menatap ke arah Rere dan Gani, sesuai dengan yang ditunjukkan oleh Ziva kepadanya. Wajah Retno mendadak terlihat kaget saat melihat Rere dan Rere pun tampak pucat seketika saat sadar mengenai siapa sosok Retno yang tengah bicara dengan Ziva.
"Ka--kamu?" tunjuk Retno kepada Rere.
"Ada apa, Bu Retno? Bu Retno kenal dengan anak saya?" tanya Anita, mulai penasaran.
Retno tidak menjawab pertanyaan Anita, namun lebih memilih mendekat ke arah Rere.
"Kamu kok malah bertunangan dengan Gani? Kehamilan kamu gimana? Bukannya Vano sudah mau bertanggung jawab atas kehamilan kamu? Dia Ayah anak yang sedang kamu kandung. Kok kamu malah bertunangan dengan laki-laki lain?" tanya Retno, membuat geger dua keluarga besar yang sedang duduk satu meja malam itu.
Arlita--Ibu kandung Gani--langsung berdiri dari kursinya diikuti oleh Tomi--Ayah kandung Gani--yang kini berjalan menuju ke arah tempat Retno berada.
"Maaf, anda siapa dan bagaimana bisa tahu tentang hal itu?" tanya Arlita yang memang tidak pernah suka dengan Rere.
"Saya Dokter kandungan yang didatangi oleh wanita ini bersama Ibunya Vano. Bu Anita juga kenal kok siapa Ibunya Vano. Vano menghamili wanita ini dan hendak bertanggung jawab. Maka dari itulah saya tahu kalau dia sedang hamil anak laki-laki lain tapi malah bertunangan dengan Gani. Gani ini teman anak saya, makanya saya juga kenal dengan dia," jelas Retno.
Retno pun mengeluarkan bukti dari ponselnya yang berisi CCTV dari ruang kerjanya di rumah sakit, ketika Rere datang bersama Vano dan Ibunya untuk periksa kehamilan.
"Ini, silakan lihat sendiri. Itu buktinya. Bahkan saya pun punya berkas pemeriksaan digitalnya," ujar Retno kepada Arlita.
"Ya Allah ... astaghfirullah, Gani!!! Bisa-bisanya kamu selingkuh dari Ziva yang kenyataannya adalah wanita baik-baik, dan memilih perempuan rusak seperti dia!!!" Arlita histeris sambil menjambak rambut Rere.
Anita dan Harun pun segera berusaha melepaskan jambakan di rambut Rere. Namun sayang, Arlita sudah kepalang murka dan membuat jambakan itu benar-benar tidak bisa dilepaskan. Tomi pun menatap ke arah seluruh keluarga besarnya dan keluarga besar pihak Ayah Ziva.
"PERTUNANGAN ANTARA GANI DAN RERE BATAL!!! ANAK SAYA TIDAK AKAN PERNAH MENIKAHI PEREMPUAN RUSAK YANG SEDANG HAMIL ANAK ORANG LAIN ITU!!!" tegas Tomi, yang kemudian langsung menyeret Gani dari tempat itu.
Hancur sudah rencana Rere yang ingin menjebak Gani untuk menjadi Ayah dari anak yang sedang dikandungnya. Gani kini tampak menyesal karena telah berselingkuh dan memutuskan Ziva, namun kedua orangtua Ziva segera menjauhkan Gani dari Ziva sebelum tercetus permohonan untuk kembali dari laki-laki itu.
Raja--yang baru masuk ke tempat acara pertunangan itu untuk menemani Ibunya--tampak sangat bingung harus bicara apa setelah menerima telepon mendadak.
"Bu, aku harus berangkat sekarang juga. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," ujar Raja.
"Oh, iya. Pergilah. Nanti Ibu akan pulang diantar oleh Pak Yanto," sahut Retno yang masih berdiri di dekat Ziva dan kedua orangtuanya.
Raja pun menoleh ke arah Ziva dan menatapnya jauh lebih lama.
"Hai, Ziva. Aku adalah partner kerjamu yang baru. Kita berdua dipanggil oleh Tari. Ada kasus tidak wajar yang menunggu untuk kita selesaikan," ujar Raja, menyampaikan kejutan lain untuk Ziva dari Tari--sahabat baiknya.
Ziva menatap ke arah Ayah dan Ibunya selama beberapa saat, lalu kembali menatap Raja.
"Oke. Ayo kita berangkat sekarang juga," tanggap Ziva, tanpa memusingkan kekacauan yang sedang terjadi pada pesta pertunangan sepupunya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH BERAS KUNING
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 1 Ziva adalah seseorang yang selalu merahasiakan pekerjaannya, karena selama ini dirinya bekerja untuk membantu orang-orang yang terkena teluh dari berbagai kalangan. Diremehkan oleh anggota keluarga dari pihak A...