16 | Setelah Memperhatikan

1.9K 174 4
                                    

"HA-HA-HA-HA-HA!!! Mereka pasti sangat ketakutan sekarang karena aku memerintahkan genderuwo kesayanganku untuk keluar dari tempat persembunyiannya," ujar laki-laki itu, saat melihat ke dalam wadah logam berisi air.


Laki-laki itu merasa sangat senang ketika bisa melihat raut-raut wajah tanpa senyum di Desa Gebang. Baginya, semakin para warga itu merasa takut, maka akan semakin mudah dirinya meneror mereka melalui makhluk-makhluk halus peliharaannya. Dirinya yang begitu arogan tentu tidak akan suka jika teror makhluk halus yang dilakukannya tak berjalan lancar. Semua hal yang ia lakukan haruslah berhasil agar membuatnya puas.

"Takutlah, wahai orang-orang bodoh! Hanya aku yang akhirnya akan menjadi penolong kalian, setelah kesusahan akan menimpa Desa Gebang. Aku adalah harapan kalian satu-satunya, dan aku akan kembali berjaya setelah kalian semua hidup dalam kemiskinan seperti dulu! HA-HA-HA-HA-HA!!!"

Tangan laki-laki itu kembali menaburkan kemenyan ke dalam wadah tanah liat yang masih berasap. Mulutnya berkomat-kamit membaca mantra untuk memperkuat kehadiran genderuwo yang selama ini sengaja ia sembunyikan di bawah rumah orang-orang yang ia kirimkan teluh beras kuning. Genderuwo itulah satu-satunya yang tidak terusir saat Ziva mengusir semua makhluk halus dari keempat penjuru mata angin di Desa Gebang, semalam. Dan kini genderuwo itu akan menjadi satu tugas yang besar bagi Ziva untuk segera ditangani.

"Ritual teluh beras kuning yang aku lakukan tidak boleh gagal. Aku harus berhasil membunuh ketiga kepala keluarga yang tersisa. Setelah Suyat dan Sarto mati, sekarang saatnya bagi Wagiman, Tarjo, dan Mugi untuk ikut mati," desis laki-laki itu, sambil menyeringai mengerikan ketika melihat wajah-wajah calon korbannya melalui wadah logam berisi air.

Di Desa Gebang, Mika dan Hani akhirnya melihat Tari, Rasyid, dan Pak RT yang baru tiba setelah tadi sempat melakukan patroli. Tidak ada satu pun warga di sana yang bisa melihat adanya makhluk di atas atap rumah warga yang menjadi korban teluh beras kuning. Hanya Ziva dan Raja yang benar-benar bisa melihat makhluk itu. Hal itu membuat Pak RT menjadi agak sedikit ragu dengan apa yang tadi didengarnya dari Tari.

"Saya sama sekali tidak melihat apa-apa di atas atap ketiga rumah warga itu. Apakah benar, memang ada makhluk halus yang sedang berpindah-pindah dari satu atap ke atap yang lainnya?" tanya Pak RT.

"Bapak jelas tidak bisa melihatnya, karena kami pun begitu. Tapi dua orang anggota kami yang memiliki kelebihan itu bisa melihat dengan jelas makhluk tak kasat mata tersebut," jawab Rasyid.

"Kalau Bapak tidak percaya. Cobalah masuk ke salah satu rumah itu dan dengarkan sendiri apa yang terdengar ketika Bapak berada di dalam sana seperti mereka. Ketiga keluarga itu saat ini sedang dilanda ketakutan akibat makhluk yang dilihat oleh teman kami terus saja berpindah-pindah dari satu atap ke atap lain. Suara perpindahannya kedengaran jelas, kalau Bapak berada di dalam salah satu rumah itu," ujar Mika.

"Iya, Pak. Silakan saja kalau mau mencoba. Kami semua akan menunggu kesaksian Bapak dari sini. Ya ... itu pun kalau Bapak bisa keluar lagi dari sana," tambah Hani, tampak jengkel saat ada orang tidak percaya dengan apa yang sedang mereka kerjakan.

Tari pun dengan cepat menyabarkan Hani, agar wanita itu tak perlu berlarut-larut dalam kejengkelannya. Pak RT memutuskan untuk percaya saja dengan yang dilihat oleh Raja dan Ziva, daripada harus ikut membuktikan mengenai suara perpindahan makhluk halus yang ada di atap ketiga rumah warga tersebut. Ia jelas merasa harus menghindari insiden terjebak dalam lingkaran yang dibuat oleh si pengirim teluh beras kuning.

Rasyid dan Tari mendekat karena butuh laporan langsung mengenai makhluk yang saat itu masih diperhatikan oleh Raja dan Ziva. Raja dan Ziva sejak tadi diam saja. Tidak ada yang tahu mengapa mereka tidak melakukan sesuatu pada makhluk yang mereka lihat saat itu.

"Ada yang ingin kalian laporkan?" tanya Rasyid.

"Dia tidak akan turun. Dia hanya bisa muncul di atap dan berpindah-pindah seperti yang sejak tadi terjadi," jawab Ziva.

"Kenapa bisa begitu?" Tari terdengar ingin tahu.

"Karena di bagian bawah rumah ketiga korban itu telah kita beri pertahanan melalui air yang sudah didoakan. Itulah mengapa dia terus berpindah-pindah dari satu atap ke atap lainnya dan hanya berada di bagian atap. Dia tidak bisa turun ke bawah dan bahkan saat berada di atap pun dia tidak bisa menetap di satu tempat," jelas Ziva.

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan sekarang?" Rasyid ingin tahu.

"Tidak ada. Makhluk itu akan segera pergi. Setelah dia pergi, maka barulah kita berenam akan melakukan sesuatu."

Benar saja. Tak lama kemudian, makhluk besar bertaring yang menyeramkan itu mendadak hilang. Tampaknya Ziva memang sadar kalau kemunculan makhluk itu hanyalah sekedar untuk menakut-nakuti, setelah tadi ia berhasil membuat ketiga korban hampir benar-benar terlepas dari teluh beras kuning. Si pengirim teluh beras kuning itu ingin membuat siapa pun yang membantu ketiga korban merasakan ketakutan yang hebat ketika makhluk peliharaannya mendadak muncul di Desa Gebang. Maka dari itu pulalah, Ziva memutuskan untuk tidak memberi perlawanan ketika makhluk itu muncul. Si pengirim teluh beras kuning itu harus mengira bahwa semua yang sedang membantu merasa takut dengan makhluk peliharaannya.

Ziva pun kini menatap ke arah Mika yang berdiri tidak jauh dari posisinya saat itu.

"Sisa air yang tadi sudah kita doakan masih ada 'kan, Mik?" tanya Ziva.

"Iya, alhamdulillah masih ada Ziv. Kenapa? Mau dipakai sekarang?" Mika balas bertanya.

"Iya, mau dipakai sekarang. Tapi satu drum saja. Nanti yang satu drum lagi akan dipakai paling terakhir setelah semuanya beres," jawab Ziva.

Raja menatap ke arah Ziva dan tampak butuh penjelasan. Namun Ziva sedang tak ingin menjelaskan dan justru langsung menatap ke arah Hani.

"Hani Sayang, pergilah sama Pak Heru dan ambil tiga buah tangga. Biar Pak Heru yang meminta para warga untuk membantumu membawa ketiga tangga itu," pinta Ziva.

"Oke. Laksanakan!" tanggap Hani dengan cepat.

Raja pun kini langsung menyipitkan kedua matanya saat sedang menatap ke arah Ziva.

"Kayanya memang Hani harus dicemburui deh, karena kamu terus saja memanggil dia dengan panggilan 'sayang'," gerutu Raja, pelan.

"Hm, iya. Terserah kamu saja," tanggap Ziva. "Rasyid! Bantu Mika bawa airnya ke sini!"

Ziva pun kembali menoleh ke arah Raja.

"Ja, bantuin Rasyid dan Mika. Jangan cuma diam saja di sisiku," lanjut Ziva, yang sedang mempersiapkan taktiknya setelah mengamati makhluk tadi.

Wanita itu berjalan mendekat pada Pak RT dan berhenti tepat di hadapannya.

"Pak, saya mau tanya. Apakah ada warga di sini yang sering berurusan dengan lintah darat?" tanya Ziva, to the point.

* * *

TELUH BERAS KUNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang