11 | Penyusup

2K 174 5
                                    

Setelah makan siomay bersama di depan penginapan, mereka semua naik ke lantai dua menuju ke kamar masing-masing. Hani tampak masih tidak bisa berhenti tertawa, karena Mika baru saja terkalahkan oleh Raja yang benar-benar hanya memakan satu piring pare ketika memesan siomay. Mika kini sedang menekuk wajahnya menjadi beberapa lipatan, sementara Raja tampak tersenyum-senyum saja karena memang sejak awal tidak punya niatan untuk mengalahkan siapa pun.


"Pokoknya aku enggak terima! Kamu itu pengikut sekte mana sebenarnya, Ja? Kok bisa-bisanya pesan siomay isinya pare semua? Lidahmu mati rasa apa bagaimana?" gemas Mika.

"Jangan salahin Rajanya, Mik. Salahin seleranya. Seleranya dia memang agak aneh, makanya jangan heran kalau yang dia pesan juga aneh," ujar Ziva.

"Eh, siapa bilang seleraku aneh? Enggak, ah. Masih normal itu kalau aku pesan pare satu piring. Di tengah-tengah pare itu 'kan ada siomaynya juga. Enggak murni pare doang, kok. Yang aneh tuh kalau aku pesan tahu satu piring, Ziv. Itu baru bukan makan siomay namanya, tapi makan tahu," balas Raja.

Tari dan Rasyid pun tertawa saat mendengar Raja mendebat Ziva untuk pertama kalinya. Ziva hanya tersenyum sambil membuka kunci pada pintu kamarnya. Ia baru saja akan melangkah masuk ke kamar tersebut, ketika indera penciumannya mengendus satu aroma yang sangat asing. Ziva tetap bertingkah santai, lalu menutup kembali pintu kamarnya sambil memberi tanda pada Rasyid, Raja, dan Mika untuk mendekat. Tari dan Hani bisa melihat ada sedikit ketegangan di wajah Ziva yang baru saja kembali menutup pintu kamarnya.

"Ada apa, Ziv?" tanya Rasyid, berbisik.

"Ada orang di dalam kamarku. Aku mencium aroma parfum dari dalam, sementara aku enggak pernah pakai parfum ataupun kosmetik," jawab Ziva, ikut berbisik.

Kedua mata Raja langsung membola, lalu dengan cepat segera menarik lengan Ziva untuk menjauh dari kamar itu. Ziva kini berdiri agak jauh bersama Tari dan Hani, sementara Raja mendahului Rasyid untuk bersiap membuka pintu kamar itu. Rasyid dan Mika ada di belakangnya, dan mereka tidak membuat jarak sama sekali. Ketika Raja akhirnya masuk ke kamar itu, seseorang yang bersembunyi di balik pintu sejak tadi pun langsung menerjangnya hingga mereka tersungkur ke lantai. Rasyid dan Mika segera meraih laki-laki yang menerjang tubuh Raja, lalu membuka topeng yang menutupi wajahnya dengan cepat. Wajah laki-laki itu terlihat jelas sekarang dan Raja pun langsung melayangkan tinjunya tanpa berpikir dua kali.

Tari sudah memanggil sekuriti setelah mendengar suara terjangan yang terjadi di dalam kamar Ziva. Sekuriti kini mengambil alih si penyusup itu dan Rasyid telah memberi tahu Heru soal penyusupan yang dilakukan oleh mantan sopir pribadinya ke kamar Ziva. Ziva menatap tak percaya saat melihat wajah laki-laki itu lagi yang kini sudah berdarah-darah setelah mendapat pukulan dari Raja.

"Enggak akan kubiarkan kamu lolos kali ini! Kamu akan kubuat mendekam di penjara!" teriak Raja, penuh emosi.

"Ja, udah Ja. Sabar. Toh aku juga masih aman saat ini. Aku sama sekali tidak tersentuh oleh dia," bujuk Ziva.

"Andai penciumanmu tidak tajam, maka kamu bisa saja akan menjadi korbannya, Ziv. Dia sudah mengincar kamu sejak awal, makanya dia kecewa sekali karena semalam aku ikut dengan kamu ke Desa Gebang. Dia tidak mengharapkan yang lain ikut bersamamu, dia berharap cuma kamu saja yang ikut ke Desa Gebang agar dia bisa berbuat sesuatu yang buruk terhadap kamu," jelas Raja.

Ziva pun terdiam saat menyadari niatan sopir pribadi Heru terhadapnya setelah Raja memberinya penjelasan. Rasyid dan Tari segera merangkul Ziva untuk membuatnya tenang, sementara Mika dan Hani saat ini akan mengurus laki-laki yang sudah babak belur itu. Perasaan Ziva pasti menjadi tidak enak sekarang, setelah hampir saja tidak lolos dari niatan buruk seseorang.

"Kamu enggak usah pakai kamar itu lagi. Aroma parfum laki-laki itu yang tersisa di sana akan membuatmu mual jika kamu terus menciumnya. Pakai saja kamarku, aku akan pakai kamarmu," ujar Raja.

Ziva pun langsung mengangguk dan tidak menolak sama sekali. Apa yang Raja katakan jelas benar. Dirinya tidak akan bisa lupa dengan aroma parfum laki-laki itu, jika ia masih memakai kamar itu lagi. Ziva bahkan membiarkan Raja memindahkan barang-barangnya dari kamar sebelumnya ke kamar yang ditempati oleh pria itu. Ziva kini mengikuti langkah Raja, sementara Tari dan Rasyid hendak memastikan kalau semuanya akan diurus dengan benar sesuai hukum yang berlaku.

"Bagus karena kamu mengunci kopermu. Tampaknya tadi dia berusaha ingin membongkar kopermu untuk mencari bahan agar bisa berfantasi. Kamu paham 'kan dengan apa yang aku maksud?" tanya Raja.

Ziva pun mengangguk namun tetap diam saja karena masih shock. Raja menatapnya lama, lalu segera meraih tas miliknya dari dalam lemari.

"Aku ke sebelah dulu. Kunci pintunya dan jangan buka kalau yang mengetuk tidak memanggil nama kamu," ujar Raja.

"Iya. Terima kasih banyak atas bantuanmu, Ja," ucap Ziva.

"Sama-sama. Sudah, jangan terlalu dipikirkan."

Raja pun segera keluar dari kamar itu dan membiarkan Ziva mengunci pintunya dari dalam. Perasaannya benar-benar meledak saat tahu kalau ada laki-laki yang berusaha mengincar Ziva. Tadi ia memukul wajah mantan sopir pribadi Heru secara membabi buta. Ia tidak peduli kalau orang itu akan mengalami luka yang parah. Intinya dia sangat tidak bisa terima jika ada yang mau berupaya menyentuh dan menyakiti Ziva.

Rasyid dan Tari kembali ke atas bersama Mika dan Hani. Raja masih menunggu mereka dan tidak masuk ke kamar yang awalnya ditempati oleh Ziva.

"Resepsionis mengatakan kalau dirinya yang memberikan kunci cadangan pada laki-laki itu. Laki-laki itu bicara padanya, bahwa katanya dia disuruh langsung oleh Ziva untuk menunggu di kamarnya. Jadi, dia percaya saja karena setahu resepsionis itu, laki-laki itu adalah sopir pribadi Pak Heru," ujar Rasyid.

"Keparat!" umpat Raja, kembali merasa marah.

"Sabar, Ja. Semua pukulan yang kamu layangkan ke wajahnya sudah melambangkan betapa marahnya kamu terhadap laki-laki itu. Pak Heru sendiri tadi yang menangkapnya bersama beberapa orang anggota dari kantornya. Kamu tenang saja, semua akan benar-benar diproses secara hukum yang sah," ujar Mika, berusaha menenangkan Raja.

"Sudah. Sekarang sebaiknya kita semua segera mandi sebelum waktu shalat ashar tiba. Kita harus segera kembali ke Desa Gebang ba'da ashar nanti," saran Tari.

Mereka pun segera membubarkan diri. Raja masuk ke kamar dan melempar tas miliknya ke atas tempat tidur. Ia meraih ponselnya dari dalam saku dan berniat mengirim pesan pada Ziva untuk kembali menenangkan perasaan wanita itu.

* * *

TELUH BERAS KUNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang