1 | Janji

4.1K 268 12
                                    

Raja dan Ziva tiba di kantor tempat mereka bekerja malam itu, tepat pada pukul sembilan. Mika, Hani, dan Rasyid--yang telah tiba lebih awal di sana--menatap ke arah mereka berdua sambil tersenyum-senyum.


"Assalamu'alaikum, semuanya," sapa Ziva, seperti biasanya.

"Wa'alaikumsalam, Ziv," jawab semua orang dengan kompak.

Rasyid langsung membagi berkas ke tangan Raja dan Ziva agar mereka segera bisa mempelajari laporan mengenai kasus tidak wajar yang masuk malam itu.

"Kok kamu bisa datang sama-sama Raja, Ziv? Janjian, ya?" goda Hani.

"Enggak janjian kok, Hani Sayang. Aku ketemu sama Raja di acara pertunangannya Gani dan Rere. Jadi pas Raja dihubungi sama Tari, kita langsung on the way ke sini sama-sama," jawab Ziva, sesantai biasanya.

Hani, Rasyid, dan Mika pun mendadak saling menatap satu sama lain. Raja sendiri--yang saat itu masih berstatus sebagai partner kerja baru bagi yang lain--menatap ke arah Ziva dan berusaha mencari tahu bagaimana perasaan Ziva sebenarnya saat itu. Ia mengenal Ziva selama ini hanya sekilas saja, itupun karena Ziva adalah kekasih dari Gani yang notabene adalah temannya. Baru kali ini ia benar-benar bisa ada di dekat Ziva. Maka dari itu ia mendadak penasaran dengan sosok Ziva yang tampak selalu santai dimatanya.

"Kamu datang ke acara pertunangan itu?" tanya Rasyid, tampak sangat bersimpati pada Ziva.

"Iya dong. Aku harus tetap datang karena yang bertunangan adalah sepupuku, Rere. Terserah soal story perselingkuhan yang dia lakukan dengan Gani di belakangku selama enam bulan terakhir. Aku harus tetap menghormati kedua orangtuanya, karena Mamanya Rere adalah Adik kandung Ayahku. Jadi aku tetap harus hadir di sana sebagai bagian dari keluarga," jawab Ziva, seraya tersenyum.

"Lagi pula pertunangan mereka akhirnya batal setelah acara berjalan hampir pada puncaknya," ujar Raja. "Pihak keluarga Gani akhirnya membatalkan pertunangan itu dan mengumumkannya dengan sangat marah di hadapan semua orang."

"Hah? Batal? Kok bisa batal, Ja? Memangnya ada apa?" Mika kini menatap ke arah Raja.

Raja melirik sekilas ke arah Ziva dan ingin tahu bagaimana reaksi wanita itu. Namun saat itu yang Raja dapatkan justru hanyalah Ziva yang sedang serius membaca berkas yang tadi diserahkan oleh Rasyid.

"Ibuku mengenal siapa Rere, karena dia adalah salah satu pasien di rumah sakitnya. Ibuku kaget karena Gani bukan bertunangan dengan Ziva tapi justru dengan Rere, yang ternyata sedang mengandung anak laki-laki lain yang bukan Gani. Saat orangtuanya Gani tahu, mereka akhirnya membatalkan pertunangan itu. Entah bagaimana nasib Rere sekarang, karena sudah banyak orang yang tahu kalau ternyata kelakuannya selama ini di luar sana tidak benar," jelas Raja.

"Astaghfirullah hal 'adzhim! Ada-ada saja kelakuannya Rere. Sudah kerjanya setiap hari menyindir Ziva terus, iri sama kehidupannya Ziva, sengaja selingkuh sama Gani untuk membuat mental Ziva hancur, eh ... sekarang malah hamil anak laki-laki lain tapi ingin Gani yang bertanggung jawab. Enggak beres memang hidupnya," Mika tampak meringis secara terbuka.

"Sudahlah, jangan dibicarakan terus. Itu 'kan pilihannya Gani sendiri. Dia lebih memilih meninggalkan Ziva yang enggak pernah berbuat macam-macam di luar sana, dan meraih Rere yang ternyata sudah bekas dipakai laki-laki lain. Ya ... begitulah contoh kebodohan. Berlian dibuang, batu kerikil disimpan," sahut Hani.

Tari masuk ke ruangan rapat itu tak lama kemudian sambil memegang berkas yang sama dengan yang tadi dibagikan oleh Rasyid.

"Batagor ... ayo sini cepat," panggil Tari.

"Meow," sahut kucing persia peaknose berwarna abu-abu cerah bernama Batagor.

Raja kini terlihat kaget saat tahu kalau yang disebut Batagor oleh Tari adalah seekor kucing. Ziva bisa melihat ekspresi kaget itu di wajah Raja, namun tak mengatakan apa-apa dan hanya berusaha menahan senyumannya. Raja saat ini duduk di kursi meja kerjanya, yang berhadapan dengan meja kerja Ziva. Hal itu jelas membuat Raja bisa melihat Ziva dengan jelas dan begitu pula sebaliknya.

"Oke, semuanya. Berkas berisi laporan yang masuk dari kepolisian di daerah Jawa Timur sudah ada di tangan kalian. Bapak Heru, yang tidak lain adalah Kapolda Jawa Timur menelepon pukul setengah delapan malam tadi, karena mendadak banyak korban sakit berjatuhan di satu desa akibat sesuatu yang tidak bisa ditemukan penyebabnya. Dan kita diminta untuk menangani hal ini secara langsung Bapak Heru, karena saat ini sudah ada dua korban yang meninggal dunia," jelas Tari.

Semua orang langsung menggaris bawahi dua nama korban yang meninggal dunia.

"Aku harap Ziva benar-benar sudah siap untuk menghadapi apa pun yang akan bermunculan di sana. Raja akan menjadi partner kamu yang paling dekat saat menangani kasus tak masuk akal ini, sementara Rasyid akan pergi bersama Hani untuk mencari beberapa keterangan dari keluarga-keluarga korban, dan aku bersama Mika akan mencoba menemui kepala desa di desa yang kita tuju bersama Pak Heru. Jika semuanya sudah jelas, mari kita persiapkan diri untuk segera ke bandara. Jadwal penerbangan kita tercatat pada pukul setengah sebelas malam ini."

Tari pun segera mengakhiri rapat malam itu dan keluar dari sana bersama Batagor. Rasyid segera berdiskusi bersama Hani, sementara Mika kini keluar dari ruangan untuk menyusul Tari. Raja menatap ke arah Ziva dan berharap mendapat arahan dari partner barunya tersebut. Ziva memberi tanda pada Raja untuk ikut dengannya. Raja pun segera meraih tas miliknya dan berjalan keluar ruangan bersama Ziva seperti tadi.

"Kamu sudah biasa menghadapi hal yang aneh-aneh?" tanya Ziva.

"Aku seorang indigo. Sudah jelas hampir setiap saat aku melihat yang aneh-aneh," jawab Raja.

"Alhamdulillah kalau begitu. Berarti kamu tidak perlu pingsan saat bekerja di lapangan bersamaku. Partnerku yang sebelumnya terpaksa diberhentikan oleh Tari karena sering sekali pingsan ketika bekerja bersamaku di lapangan. Jadi, aku harap kamu bisa membantuku dan tidak membuatku kehilangan konsentrasi saat bekerja," jelas Ziva, seraya menepuk-nepuk bahu kanan Raja.

"Kamu juga indigo?" Raja ingin tahu.

"Iya. Tapi tugasku lebih daripada sekedar melihat yang aneh-aneh," jawab Ziva.

"Lebih bagaimana? Kamu bisa jelaskan?"

Ziva membuka pintu mobil kantor dan menyuruh Raja masuk duluan. Yang lainnya segera menyusul setelah memastikan semua barang bawaan mereka sudah lengkap.

"Kamu akan lihat sendiri saat kita berada di lapangan nanti. Aku enggak bisa jelaskan sekarang karena selama ini aku memang tidak bisa menjelaskan tentang pekerjaanku," ujar Ziva.

Raja mengerenyitkan keningnya selama beberapa saat.

"Kamu membuatku bingung," ungkapnya, jujur.

"Iya, aku tahu. Maaf, ya. Tolong agak bersabar terhadapku, karena aku benar-benar enggak bisa menjabarkan tentang pekerjaanku sama kamu. Tapi aku janji, Insya Allah kamu akan paham setelah kita bekerja bersama di lapangan."

Raja pun terdiam saat mendengar Ziva menjanjikan suatu hal padanya.

"Kita baru dekat selama beberapa menit, dan kamu sudah menjanjikan sesuatu kepadaku? Bukankah seharusnya kamu tidak perlu ambil pusing atas apa yang aku ungkapkan?" batin Raja, yang dipenuhi banyak pertanyaan.

* * *

TELUH BERAS KUNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang