3 | Tawaran

2.8K 219 8
                                    

Heru akhirnya mengemudikan mobilnya sendiri, setelah memecat sopir pribadinya yang ketahuan telah melecehkan Ziva secara verbal. Raja duduk di bagian depan, tepat di samping Heru. Sementara Ziva duduk di kursi tengah sambil melihat keluar jendela mobil pada sisi kanan dan kirinya. Raja melihat ke belakang sesekali untuk memastikan tentang apa yang sedang Ziva lakukan.


"Kita sudah hampir sampai," ujar Heru.

Mobil itu melewati gerbang Desa Gebang dan akhirnya berhenti pada halaman sebuah rumah yang tampaknya masih ada orang beraktivitas. Mereka bertiga turun dari mobil. Heru tampak memberi tahu pemilik rumah tentang siapa dua orang yang dibawanya malam itu. Ziva dan Raja tidak terlalu mendengarkan pembicaraan mereka. Keduanya sudah terfokus pada banyaknya makhluk-makhluk tak kasat mata yang mengelilingi bagian depan dan samping desa tersebut. Ziva memberi tanda pada Raja untuk mengikutinya dan menjauh dari halaman rumah yang mereka singgahi. Raja mengikuti langkahnya, lalu segera ingin tahu tentang apa yang akan dilakukan oleh Ziva terhadap makhluk-makhluk tak kasat mata.

"Apa yang kamu lihat, Ja?" tanya Ziva.

"Ada empat pocong pada empat penjuru mata angin di desa ini. Dan ada beberapa kuntilanak yang bertengger di pepohonan. Aku enggak bisa menghitung jumlah kuntilanaknya, Ziv. Terlalu banyak," jawab Raja.

"Mm ... bagus sekali, Raja. Terima kasih atas informasi lebih lengkapnya. Aku cuma bisa lihat empat pocong yang kamu sebutkan dan beberapa kuntilanak dari pohon terdekat. Sekarang bantu aku cari delapan buah ranting pohon, yang ukurannya pendek saja," pinta Ziva.

Raja pun melangkah untuk mencari delapan buah ranting pohon yang Ziva pinta. Setelah ia mendapatkan delapan ranting pohon itu, ia segera kembali mendekat pada Ziva yang tampak sedang membacakan air mineral dalam botol yang sejak tadi dibawanya di dalam ransel.

"A'udzubillah himinasy syaitonnirojim. Bismillahirrahmanirrahim. A'udzu bi wajhillahil kariim wa bi kalimatillahit tammati lati la yujawizuhunna barrun wala faajirun min syarri maa yanzilu minas sama'i, wa min syarri ma ya'ruju fiha, wa min syarri ma dzara'a fil ardhi, wa min syarri ma yakhruju minha, wa min fitanil laili wan nahari, wa min thoriqil laili wannahari, illa thariqan yanthiqu bi khairin, ya rahman. Robbi a'uudzubika min hamazaatisy syayaathiin wa a'udzubika robbi ayyahdhuruun," lirih Ziva, yang kemudian meniup air mineral dalam botol itu.

Ziva kemudian menyiramkan air itu pada delapan ranting yang sedang dipegang oleh Raja.

"Ayo, ikut aku," ajak Ziva.

Raja pun kembali mengikuti langkah Ziva menuju keempat penjuru mata angin di desa tersebut. Pada setiap penjuru, Ziva menancapkan dua buah ranting dengan jarak seukuran sebuah gerbang. Setelah semua ranting tadi selesai ditancapkan oleh Ziva, perlahan makhluk-makhluk halus yang tadi dilihat oleh Raja dan Ziva pergi satu persatu dari posisinya.

"Allahu akbar," Raja pun bertakbir, lirih.

Ketika Ziva berbalik untuk menatap ke arah Raja, hal pertama yang dilihat oleh Raja adalah senyum di wajah wanita itu.

"Bagaimana? Aku barusan sudah memenuhi janji kepadamu untuk memperlihatkan bagaimana cara kerjaku di lapangan. Kamu sudah paham sekarang tentang cara kerjaku?" tanya Ziva.

Raja masih saja menatap ke arah Ziva dan tidak berekspresi. Baginya, Ziva adalah sosok ceria yang tidak mudah ditebak. Ziva terlihat seperti buku yang terbuka, padahal sebenarnya dia adalah buku yang isinya tidak bisa dibaca.

"Jadi ... kamu bukan hanya seorang indigo seperti aku, tapi juga memiliki keahlian di dalam dirimu yang entah berasal dari mana? Benar begitu?"

"Aku memiliki keahlian di dalam diriku karena garis keturunan. Bukan 'entah dari mana' seperti yang kamu kira. Aku diajari banyak hal oleh Almarhumah Nenekku, saat dia tahu kalau aku seorang indigo. Maka dari itulah, aku bekerja keras untuk menjadikan keahlian yang aku punya ini agar menjadi berguna bagi banyak orang. Aku tidak mau serakah dan menggunakannya untuk kepentingan diriku sendiri," jelas Ziva.

"Hm. Lalu, apakah Gani tahu tentang keahlian yang kamu miliki?" Raja penasaran.

"Enggak. Dia enggak tahu. Lebih tepatnya ... dia enggak pernah tahu apa-apa tentang diriku. Dia cuma pernah menyatakan perasaan, aku menerima pernyataan perasaannya, lalu kami punya hubungan sebagai kekasih, setelah itu dia selingkuh dengan Rere, dan kami akhirnya putus karena dia merasa lebih ingin Rere ada di sisinya ketimbang aku yang dia anggap gila kerja serta kurang memperhatikan dirinya. Ya ... intinya adalah, aku bukan Rere yang siap tidur dengan Gani kapan pun Gani butuh. Aku selalu menjaga diriku dan menjauhi hal-hal terlarang, karena aku tidak mau memberikan kekecewaan pada pria yang akhirnya akan menikah denganku nanti. Kamu paham 'kan, dengan apa yang aku maksud?"

Raja diam saja dan masih mengamati Ziva. Ziva pun memutuskan untuk segera beranjak dari hadapan Raja, setelah pria itu memilih untuk diam.

"Apakah kita sudah selesai mengamati situasi di desa ini?" tanya Raja.

"Iya, sudah selesai. Besok baru kita akan lihat ada pergerakan apa setelah aku mengusir semua makhluk-makhluk yang dikirim ke desa ini. Aku yakin sekali kalau ada seseorang yang ingin berbuat jahat kepada seluruh penduduk di desa ini," jawab Ziva.

"Maksudmu, tadi kamu mengusir mereka dengan tujuan untuk menantang si pengirim makhluk-makhluk itu agar menunjukkan siapa dirinya?" Raja terdengar kaget.

"Iya, Raja. Benar sekali. Kita memang harus menantang si pengirim makhluk-makhluk itu, agar kita tahu apa tujuan dari perbuatan yang dia lakukan."

"Tapi bukankah itu justru akan jadi berbahaya bagi orang-orang di desa ini yang masih sakit? Kenapa kamu harus menantangnya, sih?"

Raja benar-benar tidak setuju dengan apa yang sudah Ziva lakukan. Ziva pun menghentikan langkahnya dan kembali berbalik ke arah Raja.

"Kamu merasa ragu dengan taktik yang aku gunakan karena memikirkan keselamatan warga yang masih sakit, atau karena kamu kesal setelah mendengar bagaimana perjalanan hubungan aku dengan Gani, karena kamu adalah teman dekatnya?" tanya Ziva.

Raja pun benar-benar terdiam lagi seperti tadi dan hanya mematung di tempatnya tanpa berekspresi.

"Mari kita bicarakan soal permasalahan itu setelah pekerjaan kita selesai, jika kamu memang merasa akulah yang salah sehingga Gani memutuskan untuk berselingkuh dengan Rere. Aku akan tunjukkan sesuatu sama kamu nanti, dan Insya Allah tidak akan ada satu hal pun yang aku tutup-tutupi dari kamu. Bagaimana? Setuju?" tawar Ziva.

"Setuju," jawab Raja dengan cepat. "Tapi ingat ... setelah kamu menjelaskan semuanya, bukan berarti aku akan memihak terhadap kamu."

"Ya, tentu saja kamu tidak boleh memihak kepadaku. Aku bukan temanmu. Aku adalah orang asing yang saat ini terkait denganmu hanya karena kita bekerja di tempat yang sama. Kamu tetap harus ada di sisi Gani, Raja. Dia akan semakin tersesat kalau kamu enggak ada di sisinya dan enggak menjadi temannya lagi. Jangan tinggalkan dia. Aku mendukung niat baik kamu kepadanya."

Apa yang Ziva ucapkan jelas sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Raja akan tercetus dari mulut wanita itu. Ziva terdengat seperti baru saja memohon pada dirinya, agar tetap ada di sisi Gani.

"Aku benar-benar sulit memahamimu," batin Raja.

* * *

TELUH BERAS KUNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang