8 | Penilaian Raja

2.2K 194 3
                                    

"Nomor yang anda tuju tidak mengangkat panggilan ini ...."


Gani pun kembali menggeser tombol merah pada ponselnya setelah mencoba menghubungi Ziva namun tidak pernah diangkat. Perasaannya benar-benar kacau dan tidak karuan. Rere telah menipunya. Ia pikir Rere adalah selingkuhannya, namun ternyata dirinya juga selingkuhan Rere di belakang pacar perempuan itu. Dirinya hampir saja terjebak dan akan disuruh bertanggung jawab atas kehamilan perempuan itu. Jika saja Ibunya Raja tidak muncul semalam, maka entah apa yang akan terjadi dalam hidupnya ke depan.

Arlita dan Tomi jelas masih marah kepadanya. Apa yang terjadi semalam jelas bukan perkara yang mudah untuk dilupakan. Ia telah membangga-banggakan Rere di depan mereka, padahal ternyata Rere adalah perempuan rusak dan sedang hamil tanpa ia ketahui. Betapa malunya Gani semalam. Ia benar-benar sangat marah karena telah ditipu oleh Rere yang selalu saja menggoda sejak awal dirinya menjadi kekasih Ziva.

"Kenapa aku tidak sadar kalau dia hanya iri kepada Ziva dan menginginkan kehidupan yang Ziva punya? Kenapa aku harus tergoda sama dia dan lupa kalau aku cintanya sama Ziva? Kenapa?" gumam Gani, sambil menjambak rambutnya sendiri dengan kuat.

Pria itu kembali meraih ponselnya dan mencoba membuka WhatsApp. Ia melihat ada pembaruan status dan mencoba membuka semua status milik orang lain. Kedua matanya terus menelusuri status-status baru itu, hingga akhirnya kedua matanya tertuju pada satu foto pada status milik Mika dengan caption 'Tiba di Surabaya bersama tim untuk bekerja'. Dalam foto itu Gani bisa melihat semua anggota tim kerja Ziva yang biasanya. Namun ada satu wajah yang tidak pernah diduganya akan berada di dalam tim itu.

"Raja? Sekarang dia kerja di tempat yang sama dengan Ziva, gitu?" gumam Gani lagi.

Gani pun segera mencoba menghubungi Raja karena merasa penasaran dengan foto yang baru saja ia lihat. Ia sudah menyimpan foto dari status Whatsapp milik Mika. Ia ingin menunjukkannya kepada Raja, jika saja Raja mungkin akan mengelak dari pertanyaannya.

"Halo, assalamu'alaikum Gan," sapa Raja ketika akhirnya mengangkat telepon.

"Wa'alaikumsalam, Ja. Kamu di mana sekarang?" tanya Gani, to the point.

"Aku di Surabaya. Aku lagi kerja di tempat kerjaku yang baru bersama tim yang baru. Ada apa, Gan?" Raja balas bertanya.

"Jadi kamu benar-benar kerja di tempat Ziva kerja, sekarang? Kamu satu tim sama dia?"

Raja diam selama beberapa saat. Ia sedang menimbang-nimbang apakah harus menjawab pertanyaan Gani atau tidak.

"Mm, aku kerja di tempat yang sama dengan Ziva dan aku satu tim dengan dia sekarang."

Raja memutuskan untuk menjawab, karena dirinya tidak biasa melakukan kebohongan.

"Oh, syukurlah. Aku terus mencoba menelepon Ziva dari tadi pagi, tapi dia sama sekali enggak mau angkat teleponku. Bahkan pesanku serta pesan dari Mama dan Papaku juga sama sekali tidak dia buka. Apakah itu karena kalian sedang sibuk bekerja, ya?" Gani benar-benar ingin tahu.

"Sibuk kerja sih, enggak. Kerja bersama orang-orang di tempat kerjaku yang sekarang lumayan santai, kok. Mungkin ... Ziva memang enggak mau ada urusan apa-apa lagi sama kamu dan kedua orangtuamu, setelah apa yang kamu lakukan sama Rere di belakangnya. Lagian, kenapa kamu sekarang jadi mengejar-ngejar Ziva lagi, Gan? Kamu enggak mau melanjutkan pertunangan dengan Rere? Kamu setuju dengan keputusan Papamu yang membatalkan pertunangan itu secara sepihak?" Raja balas menunjukkan rasa ingin tahunya.

Gani jelas kesal mendengar hal itu. Namun ia jelas tak bisa menyalahkan Raja jika sampai bicara seperti itu tentang perbuatannya bersama Rere di belakang Ziva, karena itu memang kenyataan. Lagi pula, saat ini hanya Raja satu-satunya harapan Gani untuk bisa berkomunikasi lagi dengan Ziva.

"Aku setuju dengan keputusan Papaku yang hanya sepihak, Ja. Rere hamil anak pacarnya dan dia hampir menjebak aku untuk bertanggung jawab atas kehamilannya itu. Andai saja Ibumu semalam enggak datang ke acara pertunanganku, maka aku enggak akan tahu apa-apa soal kehamilannya. Aku menyesal karena telah selingkuh sama dia, Ja. Aku ingin memperbaiki semuanya sama Ziva dan memulai kembali dari awal. Maka dari itulah aku mencoba menghubungi dia terus-menerus. Aku ingin mendapat kesempatan kedua dari Ziva, Ja," jelas Gani.

"Dan kalau Zivanya tetap enggak mau, gimana? Kalau dari yang aku nilai tentang dia selama beberapa jam ke belakang, dia bukan tipikal wanita yang bisa memberikan kesempatan kedua pada seseorang dengan mudah, Gan. Dia bisa memaafkan kamu dan melupakan kesalahan kamu, tapi dia belum tentu bisa memberimu kesempatan kedua. Jadi ... kalau menurutku, kamu jangan terlalu banyak berharap. Dia bahkan enggak berekspresi sama sekali saat ada yang menyebut namamu di depannya. Aku sudah mencoba memancing reaksinya sejak semalam, dan tampaknya dia sudah melupakan kamu seperti bagaimana kamu melupakan dia saat akan memilih Rere."

Hati Gani terasa seperti diremas dengan kuat saat mendengar apa yang Raja katakan tentang penilaiannya soal Ziva. Rasanya begitu menyakitkan, padahal sebelumnya ia merasa yakin sekali kalau berpisah dengan Ziva adalah pilihannya yang paling tepat. Tapi saat perpisahan itu terealisasikan, entah kenapa justru dirinya yang merasa terluka dan Ziva malah bisa dengan mudah melupakannya.

"Kamu enggak berhak memaksanya untuk kembali, Gan. Kamu yang menyakiti dia dan berkhianat di belakang dia. Padahal dia pergi dari sisi kamu untuk bekerja dan di luar sini dia enggak pernah bertingkah macam-macam. Dia selalu menjaga dirinya, dia menjaga kehormatannya. Tapi kamu justru yang tidak setia sama dia. Kamu berselingkuh dan malah menyalahkan dia atas perselingkuhan yang kamu lakukan. Jujur saja, awalnya aku memihak kamu karena aku sering mendengar cerita dari sisi kamu. Tapi saat aku melihat dari sisi Ziva, tampaknya aku enggak bisa lagi memihak padamu, Gan. Ziva tidak ... lebih tepatnya belum ... mengatakan apa-apa padaku soal bagaimana hubungannya dengan kamu. Tapi dari caranya yang memilih diam, aku tahu betul kalau dia sedang berusaha untuk tidak mengingat lagi hubungannya denganmu. Jadi saranku, sebaiknya kamu mundur saja dan tidak memaksakan apa pun terhadap Ziva. Dia sudah terlalu banyak menerima luka saat memiliki hubungan denganmu, jadi sebaiknya ke depan jangan sampai ada luka lain yang kamu berikan untuknya. Aku harus kerja lagi, Gan. Aku tutup dulu teleponnya. Assalamu'alaikum," pamit Raja.

"Ya ... wa'alaikumsalam, Ja."

Gani mematikan sambungan telepon itu dan merasa benar-benar putus asa. Raja yang dulu selalu mendukungnya kini memberikan penilaian lain atas apa yang pernah diperbuatnya terhadap Ziva. Raja tidak lagi memberikan dukungan, setelah tahu bahwa semua yang sering Gani katakan soal Ziva adalah salah.

"Raja jelas bisa menilai secara langsung sekarang mengenai Ziva. Dia jelas tahu bahwa selama ini aku hanya mencari-cari kesalahannya agar bisa membenarkan alasanku berselingkuh dengan Rere," batin Gani, penuh penyesalan.

* * *

TELUH BERAS KUNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang