19 | Mencoba Berbagai Cara

1.9K 168 4
                                    

Gani masih juga mondar-mandir di lantai atas rumah Keluarga Jatmiko dan berusaha menghubungi Ziva. Laki-laki itu masih tidak mau menyerah. Dirinya tetap ingin kembali menjalin hubungan dengan Ziva karena merasa segalanya masih bisa diperbaiki. Arlita dan Tomi naik ke lantai atas tak lama kemudian. Mereka menatap kesal ke arah Gani yang masih juga bertingkah seakan segalanya masih sama seperti dulu.


"Gani! Kamu sedang apa? Kamu masih berusaha menghubungi Ziva, hah? Kamu masih juga mengganggu jam kerjanya seakan dia masih menjadi pacarmu?" desak Arlita.

Gani menatap dingin ke arah kedua orangtuanya. Ia sama sekali tidak ingin menjawab pertanyaan apa pun saat itu dan tetap berusaha menghubungi Ziva.

"Hentikan, Gani! Kalau kamu terus mengganggu Ziva setelah orangtuanya memberi peringatan, maka Papa dan Mama tidak akan membantumu jika sampai mereka melaporkan kamu ke Polisi! Kamu akan kami biarkan mendekam di penjara!" tegas Tomi.

"TERSERAH!!!" teriak Gani secara mendadak.

Arlita dan Tomi tampak kaget dengan reaksi Gani saat itu.

"TERSERAH KALAU KALIAN MAU MEMBIARKAN AKU DI PENJARA!!! INTINYA AKU ENGGAK AKAN PERNAH MENYERAH UNTUK MEMINTA ZIVA KEMBALI PADAKU!!! AKU AKAN LAKUKAN APA PUN UNTUK MENDAPATKANNYA KEMBALI!!! TIDAK PEDULI KALAU AKHIRNYA AKU HARUS MENEMPUH JALAN YANG SALAH!!!"

Setelah berteriak sangat keras kepada kedua orangtuanya, Gani pun kembali fokus pada ponselnya. Tomi pun segera mengajak Arlita turun kembali ke bawah agar berhenti mengurusi Gani yang mulai kehilangan kendali.

"Jangan terus pikirkan anak itu. Kita pikirkan saja tentang pertemuan yang akan terjadi dengan Keluarga Hardiman dan Keluarga Bareksa. Kita harus membicarakan banyak hal di sana besok malam. Mulai dari penuntutan ganti rugi atas jebakan yang Rere lakukan terhadap Gani hingga tergelarnya acara lamaran yang akhirnya batal, dan penuntutan atas niat jahatnya Rere terhadap Gani," ujar Tomi.

"Itu benar. Keluarga Hardiman harus membayar mahal atas semua tingkah laku anak mereka yang ternyata adalah pelacur! Aku benar-benar tidak bisa terima dengan rasa malu yang semalam kita dapatkan! Aku akan menuntut mereka habis-habisan! Bahkan kabar kehamilan Rere bahkan sudah kuminta pada salah satu kolegaku untuk disebarkan pada seluruh kalangan komunitas kita. Biar tahu malu itu Bu Anita!" ungkap Arlita, benar-benar sudah berencana ingin menghancurkan Keluarga Hardiman.

"Dengar-dengar, Bu Retno akan hadir besok malam sebagai saksi dari pihak Keluarga Bareksa. Dia akan menguatkan fakta bahwa anak yang dikandung oleh Rere adalah anaknya Vano Bareksa," tambah Tomi, sambil meminum air putih yang baru saja ia ambil dari kulkas.

"Menurut Papa, apakah Keluarga Adinata akan hadir? Bagaimana pun, Bu Anita itu adalah Adik kandung Pak Faris, meski dia tidak lagi menyandang nama Adinata setelah menikah dengan dengan Pak Harun Hardiman."

"Bisa jadi mereka akan datang, Ma."

"Kalau begitu Gani harus ikut dengan kita, Pa. Kita harus menunjukkan bahwa Gani adalah korban penipuannya Rere. Siapa tahu dengan cara itu, Gani akan mendapat simpati kembali dari Pak Faris dan Bu Mila. Kalau Gani berhasil mendapatkan simpati dari mereka, maka jelas mereka akan kembali membujuk Ziva untuk menjalin hubungan lagi dengan Gani. Seperti dulu, saat pertama kali kita membujuk mereka agar mau menjodohkan Ziva dengan Gani," cetus Arlita.

"Hm ... tampaknya Mama benar soal itu. Papa rasa itu jelas bukan ide yang buruk. Gani sebaiknya memang kita ajak, agar dia bisa mendapatkan simpati lagi dari Keluarga Adinata," Tomi menyetujui.

Gani jelas bisa mendengar hal itu dari anak tangga yang tengah dipijaknya. Di wajahnya mendadak terbit sebuah senyuman yang begitu cerah. Ia kini tak perlu lagi memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk kembali pada Ziva. Ia hanya perlu membuat kedua orangtua Ziva bersimpati terhadapnya, dan membuat mereka menganggapnya sebagai korban atas tindakan Rere yang ingin menjebak dirinya atas kehamilan yang bukan berasal dari benihnya.

Gani pun langsung membatalkan niatnya turun ke bawah. Ia segera naik kembali ke atas dan segera menghubungi Rere. Nada sambung terdengar di seberang sana, Gani pun menunggu dengan sabar sambil mempersiapkan kata-kata yang tepat untuk bicara dengan Rere.

"Halo, Gani? Ya ampun, Gan, aku kangen banget sama kamu. Dari tadi malam aku pengen banget mencoba ...."

"Dasar perempuan bangsat!!! Gara-gara kamu, aku akhirnya kehilangan Ziva!!! Kamu penipu!!! Berani-beraninya kamu mau menjebak aku atas anak yang bukan berasal dari benihku!!! Perempuan sialan kamu!!! Aku enggak akan tinggal diam, Rere!!! Aku akan buat kamu menyesal karena telah mencoba membuat aku terjebak dalam permainanmu!!! Aku akan menuntut kamu, biar kamu membusuk di penjara!!!" bentak Gani, tidak setengah-setengah.

"Gan ... dengarkan aku dulu. Please. Aku cinta sama kamu, Gan. Aku ...."

"Cinta kamu bilang??? Kamu pacaran sama aku tapi tidur sama Vano!!! Kamu buat aku berkhianat sama Ziva, padahal kamu juga berkhianat sama aku!!! Kamu menggoda aku sejak awal aku jadian sama Ziva, dan saat aku tergoda sama kamu, kamu malah mau jebak aku agar menjadi Bapak dari anak haram di dalam kandunganmu itu??? Bangsat memang kamu, Rere!!! Bangsat!!!"

Gani pun mematikan teleponnya dengan kasar. Arlita dan Tomi jelas sudah dari tadi tiba di lantai atas karena mendengar Gani berteriak-teriak. Mereka tampak cukup puas kali itu, karena Gani telah melakukan yang harus dilakukan kepada Rere tanpa perlu disuruh.

"Nah ... gitu dong. Usahakan semuanya dengan baik, sampai kamu benar-benar bisa mendapatkan Ziva kembali. Itu baru Putra Keluarga Jatmiko," puji Arlita, seraya tersenyum bangga.

Gani tidak menyahut ataupun menanggapi. Ia memilih segera masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintunya rapat-rapat. Ia mengetik pesan yang akan dikirimkan kepada Ziva, seraya berbaring di atas tempat tidurnya yang nyaman.

GANI
Ziva, aku akan berusaha mati-matian untuk mendapatkan kamu lagi. Aku enggak mau kehilangan kamu. Aku cinta sama kamu dan saat bersama Rere aku hanya khilaf. Cintaku hanya untuk kamu, Ziv. Aku akan selalu cinta sama kamu dalam keadaan apa pun.

Usai mengirim pesan itu kepada Ziva, Gani pun membuka laci di samping tempat tidurnya dan kembali mengeluarkan foto Ziva yang sempat disimpannya di dalam sana ketika mereka putus. Ia menatap foto itu sangat lama seraya tersenyum.

"Kamu sangat cantik, Ziv. Kamu benar-benar membuatku jatuh cinta sejak pertama kita bertemu, dulu. Aku begitu bodoh karena pernah berselingkuh di belakangmu. Sekarang aku akan mengejarmu lagi, Ziv. Aku tidak peduli akan ada rintangan seperti apa di depanku. Aku akan tetap berusaha mendapatkan kamu kembali, karena kamu hanya boleh menjadi milikku, bukan menjadi milik orang lain," gumam Gani, menjadi terobsesi.

* * *

TELUH BERAS KUNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang