20 | Menerka-nerka

1.8K 158 6
                                    

Mila dan Faris tiba di rumah sebelum waktu shalat maghrib tiba. Retno juga tampaknya langsung pulang setelah berpisah dengan mereka. Mereka jelas terus memikirkan soal permintaan untuk hadir pada pertemuan antara Keluarga Jatmiko, Keluarga Hardiman, dan juga Keluarga Bareksa. Mereka tidak mungkin menolak permintaan itu, karena sudah jelas Keluarga Hardiman masih ada hubungan kekeluargaan dengan Keluarga Adinata.


"Menurut Ayah, apa yang akan dibahas dalam pertemuan itu besok malam?" tanya Mila, sambil menyiapkan dua cangkir teh untuk dirinya dan suaminya.

"Entahlah, Bu. Ayah tidak bisa menebak-nebak. Tapi kalau dilihat dari cara Harun meminta pada kita untuk hadir di pertemuan itu, kemungkinan besar yang akan dibahas adalah soal ganti rugi," jawab Faris, sambil menatap ke arah kolam ikan koi yang ada di teras belakang rumah.

"Ganti rugi? Maksud Ayah akan terjadi pembahasan soal ganti rugi mengenai acara pertunangan Gani dan Rere yang batal?"

Mila menyerahkan secangkir teh hangat ke tangan Faris, lalu duduk di kursi yang ada di dekat kolam ikan koi.

"M-hm ... itulah yang Ayah maksud. Keluarga Jatmiko jelas tidak akan diam saja setelah dipermalukan seperti semalam oleh Rere. Dia hampir menjebak Gani dan menjadikan Gani sebagai Ayah dari anak yang sedang dikandungnya, padahal anak itu adalah anak dari Vano Bareksa. Setelah semua biaya dikeluarkan untuk mengadakan lamaran dan pertunangan, jelas Pak Tomi dan Bu Arlita akan menuntut ganti rugi. Dan kalau mereka masih merasa tidak bisa terima karena dipermalukan di hadapan banyak orang, maka mungkin Rere juga akan menerima tuntutan atas pencemaran nama baik serta penjebakan berencana terhadap Gani," jelas Faris, seraya menyesap tehnya perlahan.

"Jadi ... ada kemungkinan Rere akan dipenjara jika memang Keluarga Jatmiko mengajukan tuntutan?" Mila tampak terlihat ngeri dengan pertanyaannya sendiri.

Faris bisa melihat ekspresi takut di wajah istrinya. Sebenarnya sudah jelas, bahwa mendekam dipenjara adalah hal yang tidak pernah terbayangkan akan terjadi pada seorang wanita yang sedang hamil seperti Rere. Namun apa daya, semua adalah karena ulah Rere sendiri yang berniat menjebak Gani.

"Kalau memang hal itu harus terjadi, ya kita tidak bisa melakukan apa-apa. Kita adalah warga negara yang baik, jadi kita tidak boleh menghalang-halangi proses hukum yang akan berjalan. Tapi itu 'kan baru dugaan Ayah saja. Siapa tahu Keluarga Jatmiko hanya ingin menuntut ganti rugi terhadap Keluarga Hardiman, tidak lebih daripada itu," ujar Faris.

"Ya, semoga saja. Tapi kalau sampai benar-benar kejadian, Ibu jelas akan memasang ekspresi 'enggak sangka' saat menatap ke wajah Bu Arlita dan Pak Tomi. Dan Ibu akan bilang 'kok ada manusia yang bisa berbuat setega itu pada manusia lain, padahal tahu kalau orang yang akan mereka penjarakan saat ini sedang hamil', gitu. Ibu tetap akan menunjukkan bahwa yang salah tetap salah dan yang benar tetap benar. Tidak ada yang boleh membela orang salah, meskipun awalnya mereka ada dipihak yang benar," Mila terdengar tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk.

"Kita lihat saja besok malam, Bu. Semoga saja tidak perlu ada yang masuk penjara, terlebih jika itu adalah Rere yang sedang hamil. Kita coba saja menjadi penengah yang baik, dan berdoa semoga semuanya akan berakhir damai," saran Faris.

Rere sedang mondar-mandir di kamarnya tanpa bisa menghentikan airmata yang terus saja mengalir sejak batalnya pertunangan antara dirinya dengan Gani. Ia dimarahi habis-habisan oleh kedua orangtuanya, terlebih saat mereka tahu kalau dirinya kini sedang hamil. Telepon dari Gani tadi membuatnya semakin stress. Gani marah membabi buta terhadapnya dan bahkan mengancam akan membuatnya menyesal karena telah membuatnya malu dan kehilangan Ziva.

"Aku hanya berniat membuat hidup Ziva yang sempurna itu hancur. Tapi kenapa sekarang justru hidupku yang hancur dan Ziva tetap baik-baik saja? Kenapa? Kenapa hidup enggak pernah adil sama aku? Aku adalah keponakan dari Faris Adinata, tapi kehidupanku sama sekali tidak sama dengan kehidupan Keluarga Adinata? Kenapa kerluargaku harus mengalami kesulitan keuangan dan tidak sejaya Keluarga Adinata? Kenapa? Kenapa aku tidak disayang seperti Ziva menerima kasih sayang? Kenapa aku tidak bahagia seperti Ziva dan bisa pergi ke mana pun yang dia mau? Kenapa?" tanya Rere terhadap dirinya sendiri.

Rere merasa iri dengan kehidupan Ziva, meskipun Ziva tak pernah memamerkan apa-apa kepadanya. Cara Ziva disayang oleh kedua orangtuanya, cara Ziva disukai oleh banyak orang, dan cara Ziva menjalani hidup yang begitu santai membuat Rere merasa menginginkan  kehidupan Ziva. Hingga saat Ziva dijodohkan dengan Gani--atas permintaan langsung dari kedua orangtua Gani sendiri--Rere menjadi semakin tidak bisa menerima kenyataan. Dia merasa Ziva selalu diinginkan oleh siapa pun, sementara dirinya tidak pernah diinginkan, bahkan oleh kedua orangtuanya sendiri.

Maka dari itulah Rere terus berusaha menggoda Gani agar tertarik padanya dan mengkhianati Ziva. Ia sengaja mengajak Gani selingkuh, padahal dirinya masih berpacaran dengan Vano. Seharusnya semua berjalan lancar, karena dirinya dan Gani sudah sampai pada jenjang pertunangan. Gani bahkan sudah memutuskan Ziva dan memilih dirinya. Tapi sayang, niat buruknya harus terbongkar saat Dokter kandungan yang memeriksanya saat dibawa ke rumah sakit oleh Ambar Bareksa--Mama kandung Vano--muncul diacara pertunangannya semalam. Dan yang lebih sialnya lagi adalah, Dokter kandungan itu adalah Ibu dari Raja, teman dekat Gani yang sudah lama mengenal Gani.

"Sial ... sial ... sial!!! Kenapa aku harus selalu tertimpa kesialan??? Kenapa bukan Ziva yang saat ini terpuruk??? Kenapa harus aku yang terpuruk???" teriak Rere, sambil melempar semua barang-barangnya ke lantai.

Sekarang Vano Bareksa bahkan sudah mendengar soal pertunangan yang gagal itu. Vano tidak menyangka kalau Rere akan mengkhianatinya, padahal mereka sebentar lagi akan punya anak. Rere sudah tidak tahu harus mengatakan apa sekarang. Dirinya diserang oleh dua keluarga besar yang merasa tertipu olehnya setelah terbongkarnya semua kebohongan yang ia lakukan terhadap Vano dan Gani.

"Aku harus bagaimana sekarang? Bagaimana aku harus menghadapi mereka besok malam? Bagaimana jadinya aku setelah pertemuan itu berakhir? Apakah Vano masih mau bertanggung jawab atas kehamilanku?" lirih Rere, mulai frustrasi.

Tangan wanita itu kini meraih ponselnya dan mengetik pesan yang akan ditujukan kepada Ziva. Ia mengetik pesan itu dengan penuh emosi. Ia tidak ingin Ziva tetap hidup tenang sementara dirinya akan berkubang di dalam penderitaan.

"Aku tidak akan membiarkan Ziva terus menapaki hidupnya dengan bahagia. Dia juga harus menderita, sama seperti aku yang sedang mengalami penderitaan. Dia harus hancur, seperti hancurnya aku saat ini," batin Rere, benar-benar membenci Ziva serta kehidupannya yang sempurna.

* * *

TELUH BERAS KUNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang