Pagi itu Tari mengajak semuanya untuk sarapan bersama. Ziva dan Raja sudah siap untuk memberikan laporan mengenai apa saja yang mereka lihat semalam serta apa saja yang mereka lakukan. Rasyid, Hani, dan Mika tampak menyiapkan buku catatan masing-masing sebelum mendengarkan laporan dari Ziva dan Raja. Ziva meletakkan ponselnya di atas meja makan saat itu, sehingga Raja bisa melihat ponsel tersebut dengan sangat jelas. Mereka berdua duduk bersebelahan sejak tadi, karena Hani menolak duduk di samping Mika yang telah membuatnya kesal sejak baru keluar dari kamar.
"Jadi semalam saat aku dan Raja tiba di Desa Gebang, kami langsung melihat adanya makhluk halus dari empat penjuru mata angin di desa tersebut. Lebih tepatnya, kami melihat pocong dari keempat arah mata angin tersebut," ujar Ziva, memulai."Dan tidak hanya itu. Selain pocong pada keempat arah mata angin yang kami lihat, ada banyak sekali kuntilanak yang bertengger pada pepohonan di sekeliling desa itu. Mereka semua tampaknya memang sengaja dikirim untuk memagari Desa Gebang dari berbagai penjuru," tambah Raja.
"Setelah melihat hal itu, aku memutuskan untuk mengusir mereka semua, sebagai undangan bagi orang yang mengirim mereka agar menunjukkan dirinya," Ziva mengatakan secara terbuka mengenai apa yang dilakukannya semalam.
Rasyid, Tari, Mika, dan Hani tampak mengangguk-anggukkan kepala mereka saat Raja mencoba memperhatikan reaksi dari apa yang Ziva katakan. Tampaknya tidak ada sama sekali yang keberatan dengan langkah yang Ziva ambil.
"Langkah itu sudah benar, Ziva. Kita memang harus mengundangnya agar dia menunjukkan diri. Dengan dia menunjukkan dirinya, maka kita akan tahu apa tujuan orang itu yang sebenarnya," ujar Tari.
Apa yang Raja dengar itu tentu saja sama persis seperti yang Ziva katakan semalam. Tampaknya semua anggota dalam tim itu benar-benar sudah sangat sering bekerja sama, dan sudah tahu harus melakukan apa jika menghadapi suatu keadaan. Raja merasa bahwa dirinyalah yang harus beradaptasi, karena mungkin apa yang Ziva lakukan tentu saja sudah sangat diketahui oleh seluruh anggota tim yang lain.
"Oke. Kalau begitu aku dan Hani akan langsung menemui keluarga-keluarga korban untuk meminta keterangan," ujar Rasyid seraya bangkit dari kursinya.
Hani segera berjalan keluar dari restoran di penginapan itu, menyusul langkah Rasyid yang selalu cepat.
"Aku dan Mika akan ikut dengan Pak Heru. Kami berangkat sekarang," pamit Tari. "Batagor ... ayo cepat ikut."
"Meow!"
Ziva pun bangkit dari kursinya, begitu pula dengan Raja.
"Aku ke toilet dulu sebentar, Ja. Tunggu di sini, ya," pinta Ziva.
"Ya," jawab Raja, singkat.
Ziva tak membawa ponselnya dan benda pipih itu masih tergeletak di atas meja makan. Ada beberapa pesan yang terus saja masuk ke ponsel wanita itu dan Raja bisa melihat kalau pesan itu adalah pesan dari Gani, Arlita, dan juga Tomi Jatmiko. Raja membuka kunci ponsel Ziva diam-diam tanpa membuka pesan yang masuk. Ia tertarik saat melihat pesan dari orangtua Ziva daripada pesan dari Arlita, Gani, atau Tomi yang tampaknya sedang memohon pada Ziva untuk bisa bicara secara langsung. Raja benar-benar membaca pesan yang tampaknya baru masuk beberapa jam lalu tersebut, dan setelahnya pria itu tampak shock usai mengetahui yang sebenarnya terjadi antara Ziva dan Gani.
Saat Ziva kembali dari toilet, Raja tampak sedang sibuk mengetik pesan pada ponselnya sendiri. Ia meraih ponselnya dari atas meja makan dan langsung memasukkannya ke dalam saku celana kerja yang ia pakai.
"Bisa kita berangkat sekarang, Ja?" tanya Ziva, karena takut Raja merasa terganggu.
"Iya, bisa. Ayo, biar aku yang bawa motornya," jawab Raja, seraya meraih kunci motor dari atas meja makan.
Ziva pun mengikuti langkah Raja menuju ke tempat motor sewaan terparkir. Mereka sama-sama berangkat menuju ke Desa Gebang untuk kembali menelusuri seluruh penjuru desa tersebut.
Rasyid dan Hani tiba di rumah salah satu korban yang mendadak sakit. Itu adalah rumah ketiga yang mereka datangi. Mereka berdua dipersilakan masuk setelah diperkenalkan oleh Pak RT. Rasyid duduk di dekat tempat tidur yang digunakan untuk berbaring oleh anggota keluarga yang sakit di rumah itu.
"Kalau boleh tahu, saat ini apa yang paling Bapak rasakan?" tanya Rasyid.
"Saat ini saya rasa seluruh badan saya lemas sekali, Nak. Seperti baru saja ditimpa sesuatu yang berat. Saya juga tidak paham kenapa bisa sampai saya merasakan hal seperti ini. Padahal sebelumnya tidak ada tanda-tanda seperti akan sakit."
"Sebelum Bapak merasakan sakit ini, apakah ada hal-hal aneh yang Bapak temukan atau Bapak lewati?" tanya Hani, yang saat itu memilih berdiri di ambang pintu kamar.
Korban yang mendadak sakit itu tampak berpikir sebentar, seakan sedang mengingat-ingat sesuatu.
"Kalau di rumah tidak ada, Nak. Tapi kalau di tempat kerja saya memang ada yang aneh selama tiga hari belakangan sebelum akhirnya saya sakit,"
"Boleh dijelaskan, Pak, mengenai keanehan yang ada di tempat kerja Bapak," pinta Rasyid.
"Anu, waktu hari selasa saya datang agak siang ke toko akibat hujan. Nah di depan toko saya itu ada beras berhamburan dan warnanya kuning. Saya pikir, mungkin tadi ada yang berteduh sebentar karena kehujanan dan orang itu membawa beras. Mungkin karung berasnya agak sedikit bocor, sehingga berasnya berhamburan. Setelah itu saya sapu saja seperti biasa, lalu saya buka toko. Nah yang aneh, besoknya dan besoknya lagi terus terulang seperti itu. Selalu ada beras berwarna kuning yang berhamburan di depan toko. Saya enggak mikir macam-macam, takut jatuhnya su'udzon."
Rasyid pun menoleh ke arah Hani, dan Hani pun memberi tanda pada Rasyid bahwa dirinya sudah mencatat keterangan yang diberikan oleh korban.
"Kalau boleh tahu, toko milik Bapak letaknya di mana?" tanya Rasyid lagi.
"Toko saya ada di persimpangan luar desa, Nak. Saya menjual kebutuhan pertanian di situ. Ini sudah tiga hari saya tidak buka toko, karena saya sedang sakit. Istri saya tidak bisa buka toko karena harus mengurus saya yang sakit, sementara anak-anak saya masih kecil."
Pria itu menangis karena merasa berat sekali saat merasakan sakit di tengah kebutuhan hidup yang begitu menghimpit. Rasyid dan Hani paham, bahwa pria itu jelas adalah satu-satunya tulang punggung keluarga di rumah itu.
"Kami akan coba mencari tahu tentang apa yang sebenarnya menimpa Bapak. Saat ini sebaiknya Bapak kembali beristirahat," saran Rasyid.
Rasyid dan Hani pun berpamitan dari rumah itu. Tari mengirim pesan dan meminta mereka bergabung di depan rumah Pak RT bersama Mika, Ziva, dan juga Raja yang sudah selesai menjalankan tugas awal. Ketika mereka akhirnya tiba di sana, semua orang diminta jaga jarak oleh Heru agar keadaan menjadi lebih kondusif.
"Keterangan yang kami dapat dari tiga orang korban semuanya hampir sama. Ada beras berwarna kuning yang berhamburan di depan tempat kerja mereka selama tiga hari berturut-turut," ujar Hani, langsung menyampaikan apa yang didapatnya bersama Rasyid.
"Beras berwarna kuning?" tanya Ziva, dengan nada suara yang cukup tenang. "Berarti ada seseorang yang menginginkan usaha orang-orang di desa ini mengalami kebangkrutan, dengan cara mengirimkan teluh beras kuning ke depan tempat usaha mereka," jelasnya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH BERAS KUNING
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 1 Ziva adalah seseorang yang selalu merahasiakan pekerjaannya, karena selama ini dirinya bekerja untuk membantu orang-orang yang terkena teluh dari berbagai kalangan. Diremehkan oleh anggota keluarga dari pihak A...