28 | Penerbangan

1.8K 165 2
                                    

Ziva terlihat sangat resah akan sesuatu hal, namun wanita itu memilih diam dan tidak membicarakannya sama sekali. Matanya terus saja tertuju pada ponselnya, namun sama sekali tak berbuat sesuatu seperti mengetik, menonton, atau apa pun yang biasanya wanita lakukan jika sedang menghadapi ponsel. Bahkan Ziva sama sekali tidak berekspresi, seakan tenaganya sudah terkuras habis hanya karena menatap sesuatu pada layar ponselnya saat itu. Hal itu jelas membuat Raja--yang lagi-lagi duduk di sebelahnya ketika penerbangan berlangsung--merasa penasaran dan sangat ingin tahu ada apa dengan Ziva.


"Adinda Ziva Adinata yang biasanya sering jahil terhadapku," panggil Raja, dengan suara setelah mungkin agar tidak mengganggu penumpang lain.

Ziva pun mendadak tersenyum saat mendengar suara Raja yang memanggilnya dengan konyol. Raja semakin heran, karena Ziva mendadak bisa tersenyum lagi setelah mendengar panggilannya. Seakan wanita itu sudah merasa sangat terhibur meski hanya karena mendengar suara Raja.

"Iya, Kakanda Raja Wiratama yang sikapnya selalu berhasil membuatku hangat di dalam setiap kesempatan. Ada apa? Adakah yang bisa aku bantu?" balas Ziva, tidak setengah-setengah.

Raja pun ikut tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, usai mendengar balasan dari Ziva yang cukup membuat irama jantungnya terasa sedikit berbeda dari biasanya.

"Wow, jadi menurut kamu sikapku selama ini selalu berhasil membuatmu merasa hangat, ya?" goda Raja.

"Mm ... aku memang merasa begitu setiap kali kamu mulai bicara denganku. Entah itu saat membicarakan hal yang penting ataupun saat kita membicarakan hal random dan tidak masuk akal. Aku merasa terhibur, dan mungkin aku memang sedang butuh dihibur saat ini," jawab Ziva, jujur apa adanya.

Raja pun kini benar-benar menatap Ziva yang ada di sampingnya dengan serius.

"Oke Ziva, mari berhenti berbasa-basi. Katakan, kamu sedang memikirkan apa hingga terlihat sangat stress? Aku memperhatikan kamu sejak tadi, dan kamu sama sekali tidak berekspresi ketika menatap layar ponselmu. Apa pun itu, Ziva, katakan saja. Aku akan mendengarkan kamu dan tidak akan menghakimimu sedikit pun," ujar Raja, berusaha meyakinkan Ziva agar mau terbuka padanya.

Ziva masih terlihat ragu, namun tampaknya wanita itu sudah tidak tahan untuk menyimpan semuanya sendirian. Ziva pun menyerahkan ponselnya pada Raja, lalu menunjukkan dua pesan dari Rere dan Gani. Raja membaca kedua pesan itu dengan tenang, sambil membiarkan Ziva memejamkan kedua matanya sejenak demi melepas penat.

GANI
Ziva, tolong angkat teleponku. Aku cinta sama kamu Ziva. Apa yang aku lakukan sama Rere hanya kekhilafan semata. Aku bahkan tidak pernah menyentuh Rere, Ziva. Aku ingin kamu tahu kalau aku masih perjaka, andai kata kamu merasa ragu setelah aku berselingkuh dengan Rere.

GANI
Ziva, please. Angkat teleponku dan biarkan aku jelaskan semuanya sama kamu. Kita bisa perbaiki hubungan kita, Ziva. Kita bisa mulai lagi dari awal. Aku akan terus memohon sama kamu, sampai aku diberikan kesempatan kedua oleh kamu. Aku tidak mau dengar penolakan dari kamu. Pokoknya aku mau kita mulai lagi dari awal semuanya.

GANI
Ziva, aku akan berusaha mati-matian untuk mendapatkan kamu lagi. Aku enggak mau kehilangan kamu. Aku cinta sama kamu dan saat bersama Rere aku hanya khilaf. Cintaku hanya untuk kamu, Ziv. Aku akan selalu cinta sama kamu dalam keadaan apa pun.

Setelah membaca pesan dari Gani, Raja pun segera berpindah layar untuk membaca pesan dari Rere.

RERE
Ini semua gara-gara kamu, Ziva!!! Andai kamu enggak dicintai oleh banyak orang, andai kamu enggak disayang sama kedua orangtuamu, andai kamu bukan sepupuku dan enggak pernah dibanding-bandingkan denganku, maka aku enggak perlu merasa iri sama kamu!!! Aku ingin seluruh kehidupan kamu jadi milik aku!!! Aku ingin jadi anak orang kaya yang benar-benar kaya, bukan pura-pura kaya!!! Aku ingin disayang oleh orangtuaku dan benar-benar disayang, bukan pura-pura sayang!!! Aku juga ingin ada di posisimu, yang selalu dipilih oleh siapa pun dan dicintai oleh siapa pun!!! Aku ingin semua yang ada di dalam hidup kamu Ziva!!! Aku ingin semua itu!!!

RERE
Tunggu Ziva, kalau aku akan berkubang di dalam derita setelah semuanya menghakimi aku, maka aku akan menyeret kamu ke dalam penderitaan yang aku rasakan selama ini!!! Tunggu saja, Ziva!!! Tunggu saja!!!

Raja pun segera mematikan ponsel itu dan meraih tangan Ziva untuk digenggam dengan erat. Ziva kembali membuka kedua matanya saat merasakan tangannya digenggam oleh Raja. Raja menatapnya, lalu mengarahkan kepala wanita itu agar bersandar di pundaknya.

"Lupakan. Jangan terus diingat-ingat. Kamu berhak bebas. Kamu berhak mengambil jalan yang kamu mau. Jika kamu mantap berpisah dengan Gani dan tidak ingin kembali padanya, maka pesan yang Gani kirimkan itu bisa kamu jadikan bukti untuk dilaporkan kepada Polisi. Kamu bisa melapor dan meminta perlindungan, dengan alasan merasa sangat terganggu dan terancam melalui semua pesan yang Gani kirimkan. Begitu pula dengan Rere. Kamu juga bisa membuat dia diam dengan cara melaporkannya kepada Polisi atas ancaman-ancaman yang dia kirimkan. Jadi, sekarang sebaiknya kamu screenshot semua pesan itu dan simpan baik-baik. Kamu harus punya senjata jika ingin melawan mereka dan menjalani hidup yang tenang. Kamu jangan ragu. Insya Allah aku akan selalu ada di sisi kamu dan mendukung semua hal yang kamu lakukan demi mendapatkan hidup yang nyaman dan tenang," janji Raja, dengan tulus.

Ziva pun kembali tersenyum saat mendengar janji yang baru saja Raja ucapkan. Perasaannya benar-benar kembali terasa hangat karena Raja ada di sisinya dan terus menghiburnya. Perasaannya yang tadi sangat kacau kini perlahan mulai kembali tertata dengan baik.

"Terima kasih, Kakanda Raja Wiratama yang baik hati dan pengertian. Aku senang karena mendapat dukungan dari Kakanda Raja, dan juga merasa jauh lebih tenang setelah Kakanda Raja berjanji untuk selalu ada di sisiku," ungkap Ziva, sambil menahan tawanya sekuat tenaga.

"Tertawa saja kalau kamu memang mau tertawa, Ziv. Aku tahu kok, kalau kamu merasa geli saat memanggilku Kakanda Raja," saran Raja sambil tersenyum.

Ziva berhenti bersandar pada pundak Raja dan menatap ke arah pria itu seraya tersenyum cerah.

"Enggak, kok. Aku sama sekali enggak merasa geli saat memanggil kamu Kakanda Raja. Aku justru senang karena bisa memanggilmu begitu. Selama ini belum pernah ada satu wanita pun yang kamu izinkan untuk memanggilmu begitu, 'kan? Aku wanita pertama yang boleh memanggilmu begitu, 'kan? Iya, 'kan?" tebak Ziva.

Raja pun segera menutup kedua matanya karena merasa tidak kuat menatap Ziva yang terlihat sangat manis saat sedang bertingkah jahil.

"Iya ... iya ... kamu wanita pertama dan bahkan akan jadi satu-satunya yang akan memanggilku begitu," jawab Raja.

Senyum di wajah Ziva pun semakin merekah setelah mendengar jawaban dari Raja.

"Sudah, jangan jahil terus. Sini cepat, sandarkan lagi kepalamu di pundakku," titah Raja.

"Iya, Kakanda Raja," balas Ziva, dengan sengaja.

* * *

TELUH BERAS KUNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang