Kamu benar ternyata :(

9 1 0
                                    

Beberapa teman laki-laki mencoba melerai, Lycia di pukul oleh salah satu teman Cleo yang lain. Lycia tidak berkutik, dia di hajar oleh teman-teman yang dianggap baik padanya. Kerumunan itu sejumlah sepuluh orang laki-laki, Lycia dipukuli habis-habisan. Kemudian Cleo berdiri, dia mengeluarkan ponsel.

Menelepon video seseorang, "Hallo" Cleo memutar kamera, memperlihatkan Lycia sudah babak belur di hajar, wajah memar, dan bibirnya berdarah.

Seseorang tertawa terbahak-bahak, Lycia mengenal betul suara itu adalah suara Vito. Dia mencoba bangkit, teman Cleo yang lain menendang Lycia agar terjatuh.

Setelah puas, mereka meninggalkan Lycia yang sekarat. Hatinya bagai disambar petir, dia bangkit berdiri perlahan. Dia menangis, merasakan sakit di sekujur tubuh. Dia menghentikan angkutan umum, lalu pulang ke rumah masih menahan rasa sakit. Dia berjalan memasuki perumahan, tiba-tiba petir menyambar kencang, hujan turun dengan begitu deras. 

Lycia sudah sampai di rumah, dia masuk ke kamar melihat tidak ada Deswita, tapi Lycia heran kenapa kamarnya berantakan sekali, baju berserakan dimana-mana, peralatan di kamar berjatuhan tidak beraturan.

Lycia mencoba masuk ke rumah lewat dapur seperti biasa, dia tidak menemukan apapun kecuali suara teriakan ibunya dari lantai dua, dan suara minta ampun ayahnya.

Lycia berjalan mengendap-endap mengintip di salah satu vas bunga yang sangat besar dekat ruang dapur, dia terkejut melihat nyonya Monica duduk di kursi, di sebelah kanan dan kirinya ada laki-laki bertopeng hitam dan mengenakan jas hitam berdiri. Sedangkan Ayahnya, dia berlutut mohon ampun, ada satu lagi pria yang berdiri tepat di hadapan ayah Lycia, dia menodongkan pistol pada kepala ayah Lycia. 

"Apa yang terjadi ?" Lycia bergumam sendirian, dia menyaksikan ayahnya memohon ampun, bersujud, bahkan mencium kaki nyonya Monica. 

Lycia mengingat kalimat kakaknya, ternyata benar dia hanya melihat kesempurnaan nyonya monica dari sisi luarnya saja. 

DOORR....... 

Lycia sangat kaget akan suara itu, sekujur tubuhnya ketakutan dan merinding. Dia ingin menangis, dia sangat merasa ketakutan yang sangat luar biasa, seluruh tubuh gemer luar biasa, beberapa detik dia terdiam syok, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Peluru melesat tepat di kepala ayah Lycia, mata Lycia  membelalak melihat disana ada Deswita di ikat, tangan dan kakinya. mulutnya di tutup lakban.

Sekujur tubuh Lycia mematung tidak tahu harus apa, dia baru saja kehilangan ayahnya.

Nyonya Monica berjalan mendekati Deswita, dia meraba pipi mulusnya, lalu membelai rambutnya. 

"Cukup cantik untuk di jual, bawa dia dan jual ke luar negeri" Satu penjaga di sebelah kanan membius Deswita, lalu mengangkatnya. Lycia ingin melangkahkan kakinya mengejar kakak yang dia sayang.

Tiba-tiba Lycia mendengar suara teriakan ibunya, nyonya Monica masih asyik, lalu mengambil pistol, dia menembak lagi mayat yang ada di depannya. 

Lycia menangis tak bersuara, dia ingin segera mendatangi ayahnya yang terkulai lemah tak berdaya, tetapi suara ibunya terdengar lagi.

Lycia, berjalan pelan menyusuri ruangan mengikuti suara ibunya. Saat sedang asyik berjalan dia mendengar beberapa pembicaraan.

"Yono, lo aja yang tidurin dia. Gue engga nafsu lihat yang sudah kendor kayak gini" Ucap tuan Desmon, Lycia bingung dengan maksud tuan besar. Dia masuk menyelinap ke dalam gudang. 

Gudang memiliki dua pintu, yaitu pintu depan dan pintu belakang. Mereka sedang duduk di tengah-tengah ruangan, di pinggir ruangan banyak barang-barang besar dan antik yang di simpan berbentuk mengelilingi ruangan, banyak barang-barang bekas juga. 

Skizofrenia : Sinking de HumanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang