Eksekusi

6 1 0
                                    

"AAAAAAAA" Monica berteriak kencang, sambil menunjuk ke arah Lycia dan Ratih.

Lycia menarik tangan ibunya agar segera berlari, beberapa pengawal dengan sigap meletakan cangkul, lalu mereka mengambil senjata yang diletakkan di ruang eksekusi tadi.

Yono berusaha mengejar mangsanya, dengan adrenalin yang terpacu Lycia menggenggam erat tangan ibu Ratih, dengan penuh rasa tegang mereka berlari sekuat tenaga. Lycia dan ibunya Ratih tidak peduli dengan derasnya hujan, terlihat gerbang besar yang langsung mereka terobos dengan mendorong sekuat tenaga, Lycia dan ibunya berhasil keluar dengan nafas terengah-engah, para pengawal mendekat ke pagar, mereka menghentikan langkah.

"Kenapa tidak di kejar ?" Tanya Yono, menatap dua orang bertopeng itu dengan nafas yang mulai berat.

Tiba-tiba suara klakson kencang dan panjang terdengar menggelegar, Yono segera minggir dan cepat membuka lebih lebar pagar, Monica dan Desmon langsung menancap gas sekencang mungkin, mengejar kedua orang yang bisa saja jadi saksi mata kasus pembunuhan mereka.

Disisi lain Lycia memilih berbelok dan bersembunyi di sekitar perumahan, Desmon dan Monica mengejarnya sampai ke depan perumahan, dan jalan raya.

Setelah di rasa aman, Lycia menelepon Chris. Lycia berfikir mungkin mereka bisa minta tolong kepada Chris. Mereka berdiam di salah satu rumah-rumahan di taman bermain, tempat itu cukup untuk melindungi mereka dari hujan yang mulai mereda.

Hanya ada nada dering, tidak ada balasan apapun. Lycia menghubunginya sekali lagi.

TUTTTT...... TUTT.....

Tidak ada balasan apapun, Lycia sudah mulai khawatir. Mereka memutuskan untuk berjalan perlahan, posisi perumahan saat siang sangat sepi.

Monica menepuk pundak suaminya "Sayang, mereka tidak mungkin menghilang secepat itu"

Desmon memutar balik kendaraannya, lalu masuk ke perumahan, lalu bertanya dengan pelan pada satpam.

"Pak, lihat Lycia dan pembantu saya si Ratih ?" Tanya Monica dengan senyum yang ramah seperti biasa, kedua satpam saling bertatapan lalu mereka menggelengkan kepala bersamaan.

"Belum ada nyonya" Balas salah satu satpam itu, Monica tersenyum pada kedua satpam itu.

"Tolong pak, kalau melihat telepon saya, mereka mencuri uang dan koleksi antik saya yang berharga sangat mahal, dan suaminya Dewo bersenjata" Balas Monica memasang wajah panik dan sedih, satpam ikut panik setelah mendengar itu.

Akhirnya satpam satunya berinisiatif untuk menyalakan motor, memakai jas hujan untuk mencari Lycia dan Ratih, Monica menatap suaminya, mereka berdua sama-sama merasa bahwa mereka akan tertangkap.

"Bu saya akan mengecek CCTV, segera menghubungi polisi." Balas satpam satunya.

Monica, menelepon Yono "Yono, bersihkan semua barang bukti. Pastikan mayat Dewo sudah kalian amankan. Lakukan sisanya."

Desmon memilih untuk berputar-putar perumahan untuk mencari dimana Lycia dan Ratih.

"Untung ya sayang, si Lycia itu mukanya kayak monyet. Jadi orang gampang ingat dia" Ucap monica tertawa puas.

Di sisi lain Lycia dan Ratih masih berjalan, tiba-tiba ada satpam terlihat seperti mendekat ke arah mereka, Lycia merasa senang mereka mendapat pertolongan. Segera Lycia berlari mendekati motor itu, satpam segera turun dari motor, dan terkejut melihat keadaan Lycia yang babak belur. 

"Pak, tolong kami. Ayahku dibunuh oleh nyonya..." Dia terdiam melihat mobil Tuan besar mulai menghampiri mereka, senyum kemenangan dari wajah Monica dan Desmon terpancar dengan jelas. 

Ratih menggendong Lycia, dia berlari kesalahan satu rumah dekat situ. Lalu mengetuk-ngetuk pintunya, berteriak minta tolong. Salah satu nenek paruh baya membuka pintu, Ratih segera masuk dan menyuruh nenek itu mengunci pintunya. 

"Ada apa ini ?" Tanya nenek itu pada teman yang biasa menolongnya dikala membutuhkan bantuan dan kesepian.

"Tolong selamatkan kami, tolong jangan di buka pintunya." Ratih memeluk Lycia dengan erat, nenek itu mengambilkan pakai untuk mereka berdua. 

Satpam kembali ke motornya, berusaha menyalakannya ingin mengejar mereka berdua.

"Hentikan, kami nanti yang akan mengurus semua ini ke kantor polisi. Saya tidak ingin membuat keributan" Ucap Monica keluar dari mobil, lalu Desmon keluar membuka payung untuk istrinya, dia melemparkan segepok uang yang di balut dalam plastik hitam. Satpam terkejut mendapat uang yang banyak, Monica tersenyum sebagai isyarat untuk menutup mulut.

Monica menggandeng tangan suaminya, dia mengajak untuk masuk ke dalam mobil. Desmon dengan senang hati mengikuti arahan istrinya.

Setelah di dalam mobil dia mengerutkan dahi, Desmon menyalakan mobil, kemudian dia menuangkan rasa penasarannya.

"Sayang, kenapa di lepaskan ? Bukanya bahaya ?" Tanya suaminya dengan keheranan, Monica tersenyum.

"Halo, tolong intai rumah blok i03, perhatikan siapa saja yang keluar masuk. Aku akan mengirim siapa target orang yang harus kau ikuti dan eskekusi, setelah itu kirim foto kebahagiaan itu padaku" Ucap Monica lalu mengirim foto Lycia dan Ratih, dia meletakkan ponsel khususnya di tempat rahasia dalam mobilnya. 

Monica memiliki dua ponsel, satu untuk bisnis kedua untuk transaksi gelap jika dibutuhkan. 

"Urusan ini tidak akan panjang, percayalah padaku sayang" Ucap Monica tersenyum.

Desmon merangkul pundak istrinya, dia seperti bangga semua bisa teratasi oleh istrinya. Mereka pulang, Yono sudah mengamankan Dewo, Monica naik ke kamarnya turun membawa empat koper sekaligus. Dia memanggil Yono, memberikan satu koper uang, lalu menyerahkan uang pada ketiga pengawal yang menjaga dan menemaninya. 

Yono segera bergegas mengurus keuntungan yang di dapatkan, dan ketiga orang lainnya pergi setelah semua urusan selesai.

Desmon duduk di sebelah istrinya, dia mencium istrinya penuh hasrat. "Sayang, kita berikan vitamin yang banyak untuk kandungamu ya, USG setiap bulan, untuk mengecek kondisi bayi kita. Aku akan memastikan semua baik-baik saja" Ucap Desmon.

Dalam rumah yang besar itu hanya tinggal mereka berdua, Monica melihat suaminya penuh dengan perasaan cinta. Dia merasa apapun yang dia lakukan selalu mendapat dukungan, dia melihat cinta Desmon sangat besar. Sehingga ia setuju untuk menjadi ibu rumah tangga.

Mereka memutar musik jazz, lalu menyalakan televisi melihat pergerakan di rumah i03. Mereka berdansa dengan lembut dan mesra, menikmati setiap detik demi detik lantunan musik itu.

Setelah lima belas menit berdansa, mereka duduk dan mulai menikmati minuman, mereka mulai bosan melihat aktivitas di rumah i03.

Sudah jam enam sore, sekitar lima truk datang dan parkir di perumahan i03-i04, karyawan sekitar sepuluh orang keluar dari garasi rumah i03. Para pembunuh bayaran mulai memfokuskan diri mereka, seorang penembak melihat anak kecil dan orang dewasa menutupi kepala dan seluruh badan agar tidak terlihat, mereka masuk pada truk es krim bernomor polisi b 2024 wb, penembak jitu mulai mengirim informasi mengenai mobil es krim yang berisi target.

i03 adalah suplier es krim homemade yang sedang berkembang, setiap jam lima sore beberapa truk akan masuk mengambil box-box es krim, atau lemari es.

Kemudian beberapa pembunuh bayaran itu menunggu, setelah melihat mobil b 2024 wb, mereka mengikuti perlahan. 

Mobil pembunuh bayaran saling berdekatan dengan mobil target. Mereka mengikuti beberapa jam hingga sampai ke pelabuhan, mereka ikut menyeberang.

Saat sampai dekat gudang, jam sepuluh malam truk itu terparkir. Supir dan kenek makan sebentar, setelah itu mengeluarkan beberapa box es krim.

pembunuh bayaran segera membuka paksa box truk, mereka melihat dua orang ibu dan anak sedang tidur menggunakan selimut. 

Salah satu di antara mereka merekam, dan satunya menembak ke arah kedua orang yang sedang tertidur.
Suara pelatuk membuat perhatian orang disekitar menjadi terpusat pada lokasi penembakan.

"Sekarang kau tembak pintu depan mobil, sampai terbuka, kalau perlu hancurkan kaca depan mobil" Ucap salah satu dari mereka.

DUAAARRRR.....

Skizofrenia : Sinking de HumanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang