Pasca Traumatic

1 0 0
                                    

"Muka lo kayak monyet, jadi jangan sok cantik ya."

Mereka yang berjumlah enam orang mengolok-olok Fiony bersamaan, hati Fiony tidak bergeming karena baginya Steven memuji dan tetap disisinya sudah menjadi kekuatan terdasyat.

Setelahnya Afika meningalkan Fiony sendirian, Fiony melangkah menuju kelasnya, di papan tulis ada tertulis kalimat yang membuat Fiony sakit hati.

'Fiony wanita berwajah monyet yang tidak tahu malu, monyet kok bisa sekolah,'

Ketenangan Fiony mulai terusik semenjak kehadiran Afika, beberapa orang di kelas mulai berbisik dan mengolok-oloknya.

Beberapa orang mulai mengusiknya, meletakkan permen karet pada kursinya hingga roknya menempel, sengaja menguyurnya.

Hari ini Fiony menangis ketakutan di kamar mandi, Steven mencari wanita kesayangannya itu. Dia memasuki kelas Fiony mencari, ke kanti, rasanya hampir semua sudut sekolah sudah ia kelilingi tapi tidak kunjung mendapatkannya.

Fiony menangis bukan karna rasa lemah dan ketidak mampuan dirinya, justru karena ingatan mengerikannya dengan Vito seolah terasa nyata terulang lagi.

Afika mengurungnya di kamar mandi, Steven memutuskan kembali ke kelas untuk memulai pelajaran berikutnya.

Setelah pulang sekolah, Steven melihat tas Fiony masih di bangkuhya. Itu pertanda bahwa pemiliknya belum juga kunjung kembali, 'kemana anak nakal ini, " batin Steven mengumpat kesal.

"Aaaaaaa, " teriak lengking seseorang dari kamar mandi.

Steven dengan sigap mengikuti suara tersebut, ada keributan yang terjadi dekat kamar mandi sekolah.

"Hentikan, lerai mereka. Itu Afika kasihan," teriak seseorang.

Steven menerobos dan melihat Fiony meniban tubuh Afika, ia tidak henti-hentinya menjambak, mencakari bahkan menonjok wajah Afika.

Mata Steven membelalak, segera berlari mendekat ke arah Fiony dan menarik lengannya untuk berhenti memukuli Afika.

Fiony masih mengamuk kesal, dia tidak bisa mengontrol emosinya. Steven segera memeluk Fiony, Fiony segera terdiam dan mulai menangis hebat seperti orang stress.

Afika menangis hebat, seorang guru yang masih berada di sekolah mendekat lalu membawa Afika ke unit kesehatan sekolah, luka lumayan parah, bekas cakaran, bekas pukulan memar, bekas jambakan.

Sedangkan Fiony dengan kondisi tubuh basah kuyup, mata merah dan posisi masih menangis di seret ke ruang Bina Pendidikan.

"Saya akan membawanya pak, tunggu dia tenang dulu sebentar lagi, " Balas Steven masih memeluk Fiony yang belum usai dengan tangisnya.

Kabar itu membuat Kathrine segera mencari keberadaan adik tersayangnya, Kathrine yang mengetahui latar belakang Fiony segera membelikan susu , roti dan tisu.

Kathrine membersihkan peluh Fiony, Steven melepaskan pelukannya perlahan. Memberi ruang padanya untuk bernafas lega.

"Fiony, jangan takut. Gue tau lo engga salah, gue kenal lo sifatnya kayak gimana. " ucap Steven sambil memegang kedua pundak Fiony.

Fiony melihat mata Steven dalam-dalam, dia senang mendapat dukungan dan kepercayaan itu.

Begitu juga dengan Kathrine, dia duduk disebelah Fiony merangkulnya dan memberikan susu yang telah dibelinya tadi.

Fiony masuk ke ruang Bina Pendidikan, disana dia ditanya. "Kenapa kau tega membuat wajah Afika babak belur? "

Fiony mengangkat kepalanya "saya memang orang miskin, saya seperti monyet pak, tapi apakah saya tidak boleh disukai oleh orang lain?"

Skizofrenia : Sinking de HumanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang