Lycia menatap ke atas, rintik-rintik hujan jatuh dengan manja. Semua insan yang sedang beraktivitas membubarkan diri, mereka berlari kesana kemari mencari tempat paling aman untuk berteduh, beberapa dari mereka memesan taxi online, ada yang menelepon keluarganya meminta untuk dijemput.
Lycia menatap rintik-rintik hujan dengan bahagia, dia memasukan kue dan minum ke dalam tasnya, dia memasang jas hujan pada tas agar tidak terkena air hujan.
Dia membiarkan ibunya terkena hujan, karena takut dimarahi jika mengganggu lagi. Lycia berjalan-jalan mengelilingi stasiun, dia melompat, berlarian kesana kemari menyambut hujan dengan perasaan amat bahagia.
Ibu Ratih mulai merasakan air hujan yang turun, sedangkan Yehezkiel meneduh mencari warung terdekat di tuntun oleh Katrine, Yehezkiel tersenyum mendengar suara tawa Lycia yang begitu bahagia.
Ibu Ratih berdiri, melotot ke arah Lycia "LYCIA DINDA PUTRI, KAMU KENAPA MAIN HUJAN !"
Lycia terdiam, menatap ibunya dengan mata melas dan bibir bergetar karena ketakutan melihat ibu Ratih, Yeheskiel berdiri mendengar nama itu dan seperti mencari sumber suara tersebut.
"Dia di bawah bersama ibunya, dimarahi karena main hujan," bisik Katrin karena melihat reaksi Yehezkiel.
"Kasihan sekali ya dia," ucap Yeheskiel.
Ibu Ratih menarik tangan Lycia paksa, dia melihat warung yang berada di dekat mereka, yaitu warung dimana Katrin dan Yehezkiel berteduh.
Ibu Ratih duduk lagi, melamun kembali. Lycia hanya terdiam, menahan rasa dingin yang menusuk. Dia melipat kakinya, mereka berdua duduk di lantai depan warung, Lycia melihat beberapa jajanan di warung, dia menyentuh perutnya yang keroncongan, dia mengingat tas yang berisi makanan dan minuman tadi.
Dia membuka tasnya, lalu mengambil dua biji makanan yang masih dia simpan, pada akhirnya dia memutuskan untuk memakannya seorang diri.
Lycia melirik ibunya, dan melihat pakaiannya sudah basah kuyup.Setelah beberapa jam hujan mulai reda, Yehezkiel di tuntun untuk pulang oleh Katrin. Sebelum meninggalkan terminal tersebut, Yehezkiel berkata "Lycia kami pulang dulu ya,"
Lycia tidak merespon, dia sedang tertidur dengan posisi terduduk.
Yehezkiel adalah anak yang mengalami kebutaan sejak lahir, dia sekarang berusia empat belas tahun, berjualan di sore hari dan sekola di pagi hari.
Katrin adalah adiknya, mereka harus bekerja untuk makan sehari-hari, karena ibu mereka hanya pekerja serabutan mengolah sawah orang lain. Katrin berusia sepuluh tahun, di atas Lycia setahun.
Angin mulai bertiup dengan seksama, rembulan mulai tersenyum menyapa banyak orang yang masih beraktivitas, terminal tetap terlihat ramai.
Lycia hanya meringkuk kedinginan, dia memeluk kakinya, dia merasa begitu menggigil. Seorang wanita datang memberi Lycia sarung untuk dirinya dan ibu Ratih.
"Ini nak, kalian tidak pulang ?" tanya ibu warung, Lycia mengambil sarung tersebut lalu membalutkan pada tubuhnya.
Lycia hanya membalas dengan menggeleng, "Kami tidak punya Rumah,"
Ibu warung merasa ibah, dia memasak indomie untuk dua orang. Memberikannya pada Lycia, Lycia melahap nya dengan begitu cepat, dia tersenyum puas melihat betapa anak itu menerima pemberian dari ibu warung. Dia menyentuh perutnya dan merasa begitu kenyang dan hangat.
Lycia menatap ibu warung, dia takut makanan yang dia berikan ditolak lagi. "Ibu saja yang memberikan," ucap Lycia menatap ibunya yang masih termenung, dia tidak menghiraukan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skizofrenia : Sinking de Humanity
AdventureLycia memiliki Sindrom Treacher Collins yang mengakibatkan wajahnya selalu di hina mirip monyet, dia mengalami perundungan oleh lingkungan pertemanan dan sekolah, suatu hari dia melihat orang yang paling dia kagumi dan harapkan membunuh ayahnya, Lyc...