Katrin menarik tangan Lycia, dia menyuruh anak-anak berjumlah sekitar tujuh orang perempuan dan laki-laki itu berkenalan dengan Lycia.
Beberapa anak terdiam dan berbisik melihat kondisi fisik Lycia, Katrin segera menyikut beberapa anak lain untuk berhenti bersifat seperti itu.
Mereka segera menunjukan botol plastik yang berisi banyak ikan, salah satu anak perempuan berambut pendek mengajak mereka semua untuk pergi ke dekat salah satu gorong-gorong dekat sawah "Kesana yuk, ada banyak kepiting lucu."
Mereka Pun segera berjalan, terlihat ada gorong-gorong setinggi kira-kira lima puluh senti meter, air yang menggenang terlihat sedikit, gadis itu yang pertama menurunkan kakinya, dia membuka bebatuan dan menemukan kepiting kecil berwarna hitam.
"Ya ampun, lucu banget," ucap Katrin, dia segera turun juga mencari kepiting, dia memberi tanda pada Lycia agar ikut bergabung.
Lycia turun, perlahan suasana melebur, mereka semua kini asyik mencari kepiting kecil yang lucu dan menggemaskan.
Hujan perlahan berhenti, sinar mentari bersinar lagi dengan terik. Mereka masing-masing telah mendapat sekitar sepuluh botol minum berukuran satu liter berisi kepiting. Terukir senyum manis, Lycia menikmati waktu bersama mereka, saat ingin keluar dari saluran air, Lycia melihat ke awan betapa terpesonanya dia menyaksikan lukisan indah ciptaan Tuhan.
"Wow itu apa ?" tanya Lycia begitu terpukau melihat pelangi yang muncul, warna-warninya bagai menghiasi langit di sore itu.
"Itu namanya pelangi, biasanya datang sehabis hujan," balas Katrin sambil keluar dari gorong-gorong tersebut.
Lycia memandangnya dengan perasaan sangat mengagumkan, beberapa anak lain juga memandangi lukisan yang agung itu.
Lycia dan Katrin segera pulang, mereka disambut oleh ibu Sri, dia adalah ibunya Katrin, wanita tua itu selalu tersenyum, tidak pernah marah jika anaknya melakukan salah.
"Kalian hujan-hujanan ?" tanya ibu Sri membuka pintu dan memberikan mereka satu handuk untuk dipakai berdua.
"Tadaa, Lihat mah, aku dan Lycia menangkap banyak kepiting sama tutut," Katrin memberikan dua botol tersebut pada ibunya untuk di masak.
"Mamah tadi sama ibu Ratih udah masak, kamu mau mamah masakin ini juga ?" tanya Sri melihat anaknya, Katrin membalas dengan senyum dan anggukan.
Katrin menarik tangan Lycia, mereka menyusuri ruang tengah menuju kamar mandi yang berada di luar rumah.
Lycia terdiam ketakutan, kamar mandinya berukuran dua kali satu meter, bangunannya terbuat dari semen, bak airnya menggunakan gentong berwarna biru, hal yang membuat ngeri adalah semen itu terlihat sudah menghitam, dalam gentong tersebut berlumur di dasar airnya berwarna hitam, Lycia mengamati gayung yang dikenakan oleh Katrin untuk membasuh kakinya, gayungnya berbentuk hati, berwarna merah muda, tapi merah muda yang pudar dan terlihat kotor. Belum lagi kloiset yang sepertinya dibuat dari semen, hal yang paling mengerikan menurut Lycia adalah pintu kamar mandinya, mereka tidak mampu membeli pintu, Katrin mengangkat kayu yang sudah dilapisi terpal, lalu menutup pintu masuk menuju kamar mandi.
Lycia melotot merasa ngeri, Katrin mengambil ember kecil berwarna hitam, disana ada sabun, odol, sikat gigi, dan sampo. Katrin menggigit sampo kemasan tersebut agar terbuka, dia menggayung air lalu mengguyur kepalanya.
Lycia merasa takut dan tidak nyaman tinggal disana, Katrin tersenyum lalu mengambil segayung air, dia mengguyur Lycia dari atas kepala.
"Dinginnnnnnnn !" balas Lycia merespon air yang rasanya begitu menyegarkan, Katrin tertawa melihat reaksi Lycia yang kedinginan.
Lycia menghiraukan ketakutannya, dia mengambil air dan berbalas-balasan dengan Katrin.
Di dapur Yeheskiel tersenyum mendengar suara tawa adiknya, dia berjalan bersama tongkatnya. Lalu membantu ibunya menyediakan makan untuk malam nanti.
Katrin memberi bajunya untuk Lycia, Katrin terlihat begitu bahagia, dia merasa seperti punya adik perempuan.
Sri dan Yeheskiel merasa senang menerima kehadiran Lycia dan Ratih.
"Mah, Katrin kita udah balik ceria lagi," Bisik Yeheskiel pelan, ibu Ratih menengok.
"Memangnya ada apa dengan Katrin ?" tanya Ratih merasa penasaran.
Sri menghela nafas panjang, dia tersenyum dengan perasaan tidak enak, "Suamiku suka KDRT, dia memukul aku, dan anak-anakku. Semenjak itu Katrin jadi anak yang pendiam, jarang bicara, dan terlihat kurang bersemangat,"
Ratih menyadari kehadiran mereka akan jadi masalah besar nantinya untuk suami Sri, "aduh, aku dan Lycia merepotkan sekali. Aku harus segera pindah," ucap Ratih mulai panik.
"Tenang, kami sudah menganggap dia mati, dan sudah hampir setahun ini dia tidak pulang. Jadi semua akan baik-baik saja, dia juga sudah menikah lagi dengan wanita lain," balas Sri tersenyum tipis.
Pukul tujuh malam, mereka berkumpul duduk di atas tikar plastik pada ruang tamu yang kecil, Sri menyendoki nasi ke piring setiap orang yang ada di ruangan tersebut, hidangan malam itu tempe orek basah, dan sayurnya daun singkong di santan, dan ada satu sajian tambahan, yaitu tutut kuah.
Lycia melihat aneh ke arah Katrin, katrin mengendok tutut ke piringnya, lalu menghisap-hisap agar isi keong tersebut keluar.
"Ihhhh, Kakak Katrin makan keong, jorok," cetus Lycia, kemudian Yehezkiel ikut memakanannya, begitu pula dengan Sri.
"Ini makanan enak di kampung sini nak, coba makan deh. Enak lho !" balas Sri melihat Lycia, Lycia menutup mulutnya enggan memakan keong rebus itu, dia hanya memakan tempe oreknya saja.
Bagi Lycia mereka sangat aneh, memakan keong, kamar mandinya sangat kotor, dan mereka mencuci piring di kamar mandi.
Malamnya Lycia, Katrin, dan ibu Ratih tidur di ruang tengah, mereka tidur di atas kasur padang, ibu Ratih masih duduk terjaga, dia masih belum bisa percaya dengan siapapun saat ini, dia mengelus rambut Lycia perlahan, kemudian mengecup pipi gadis kecilnya.
"Makasih Tuhan, semoga dengan ini kami jadi lebih kuat," besitnya dalam hati, beberapa saat kemudian Ratih itu tertidur di sebelah Lycia.
Burung berkicau, suara ayam berkokok dimana-mana, Lycia membuka matanya dengan perasaan yang begitu segar, dia keluar dari rumah kecil tersebut, melihat indahnya pemandangan di pagi hari, riuh ramai samping kanan kiri beraktivitas masing-masing.
Katrin dan Yeskiel sudah bersiap untuk segera berangkat sekolah, Katrin menggunakan baju putih merah, begitu juga dengan Yeheskiel.
Lycia melibatnya dan merindukan masa-masa sekolahnya. "Hati-hati di jalan !" seru Lycia, Katrin membalas dengan melambaikan tangan.
Bayangan mereka seolah diterkam oleh mentari, menghilang dari pandangan mata secepat mungkin.
Ibu Ratih dan Ibu Sri sudah bangun dan mencuci wajah, Ibu Sri mengajak rekan barunya untuk bekerja di ladang orang lain, Lycia mengekori kegiatan mereka di pagi hari itu.
Lycia berjalan ke dalam rumah, lalu mengambil tasnya yang berwarna merah jambu, dia merasa seperti merasakan ada yang bergetar dalam tasnya.
Dia membuka tas dan terkejut melihat ponselnya masih hidup, ada telpon masuk dari Chris.
Lycia kaget dan bingung, dia berfikir sebenarnya apa yang terjadi ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Skizofrenia : Sinking de Humanity
AdventureLycia memiliki Sindrom Treacher Collins yang mengakibatkan wajahnya selalu di hina mirip monyet, dia mengalami perundungan oleh lingkungan pertemanan dan sekolah, suatu hari dia melihat orang yang paling dia kagumi dan harapkan membunuh ayahnya, Lyc...