"Aku serius bun, dia memang tidak cantik. Tetapi aku merasa sangat nyaman, aman dan tenang kalau sama dia. Aku perhatikan juga dia bisa akrab sama bunda, jadi ku putuskan untuk menjadikan Fiony wanita paling beruntung, "
Fransisca menghela nafas, lalu membelai rambut anak semata wayang yang sangat ia sayangi.
"Kau harus sukses ya, kau lulus dengan nilai yang bagus lalu kuliah di kota, setelahnya bekerja untuk bisa meminang Fiony, " ucap Fransisca tidak ingin mematahkan semangat Steven.
Sejenak Steven berpikir mencerna segala ucapan bundanya, dia selalu menuruti apa yang menjadi perkataan orang tersayangnya.
Ia mengganguk bertanda setuju, kemudian berjanji untuk belajar lebih giat dimulai dari detik itu.
Fiony pulang ke rumah lalu mengingat sebentar lagi hari ulang tahunnya, dia selalu mengenang masa lalu setiap hari itu.
Malam gelap dengan lampu remang seadanya, Fiony mengali kembali kenangan itu. Tas berwarna pink bergambar barbie, ada ponsel lama miliknya, ada beberapa buku pelajaran, kotak pensil, Fiony ingin menghidupkan ponselnya tapi dia takut keberadaan mereka dapat dilacak.
Matanya tertuju pada kotak pensil pemberian Monica, dia membuka dan mendapati tempat pensil tingkat itu terlihat mewah pada saat itu.
Ketika dibuka ada tiga tingkat, tingkat pertama ada pensil, penghapus tingkat kedua ada pulpen, dan bagian paling bawah pensil warna.
Senyum tipis terukir sebentar, 'andai saat itu ayah tidak dibunuh, mungkin ibu akan tetap menyayangi ku,"
Dia segera mengembalikan semua barang-barangnya ke dalam tas, ada dompet kecil, dia membuka ada beberapa lembar kartu Identitas, dia membuka lembar pertama, 'ini adalah kartu pelajar milikku, wajahku memang buruk ternyata' gumamnya engan berlama-lama memandang kartu itu, dia segera memasukannya kembali dan segera tidur.
Mentari menyambut Fiony yang tahu tidak akan ada seorangpun yang mengingat hari kelahirannya tersebut, dia segera keluar dari rumahnya beberapa menit sebelum berangkat Yehezkiel menghampirinya.
"Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun Lycia," Yehezkiel dan Katherine bernyanyi bersama sambil membawa mie goreng yang sudah disusun mirip dengan kueh 1 tingkat.
Fiony termenung lalu tanpa sadar butiran bening berhasil lolos dari pelupuk matanya,
Fiony mengucapkan terimakasih, lalu memeluk mereka berdua dengan penuh cinta, Fiony merasa sangat beruntung sekali.
Dia berangkat ke sekolah bersama Katherine seperti biasa, Katherine kelas tiga jurusan IPS (ilmu pengetahuan sosial) seumuran dengan Steven.
Fiony berpisah dengan Katherine, beberapa langkah menuju kelasnya, sudah terdengar suara bisik-bisik, terdengar suara Steven yang mengelegar tengah mengamuk.
Fiony segera berlari menghampiri sumber suara itu, "siapa yang berani bikin tempelan kayak gini! "
Tidak ada seorangpun yang mau bertanggung jawab atas hal itu, Fiony mendekat dan membaca beberapa poster yang tertempel di kaca ruangan.
'Fiony seorang perempuan berwajah monyet, biasanya ini terjadi karna kutukan atau pernikahan sedarah, dikutuk karna pernikahan sedarah, '
Jantungnya seolah berhenti membaca tulisan di kaca tersebut, spontan dia sangat marah tetapi melihatnya Steven sangat marah membuat hatinya tersentak.
'Siapa dia sebenarnya? '
'Kenapa dia begitu perduli padaku? 'Fiony mendekat lalu menarik jemari Steven, seketika laki-laki itu terdiam mematung menyeka air mata yang sedari tadi ditahan Fiony.
"Sudah biarkan saja mereka, waktunya masuk kelas, " tutur Fiony pelan, Steven menahan nafas yang terengah dan perasaan kesalnya.
Steven mengangguk pelan sambil mencabut selembaran kertas yang tersisa, begitu jugaa dengan teman-teman Steven yang lainnya.
"Lihat si monyet itu, dia pasti memelet si Steven makanya kelihatanya Steven sayang banget sama dia, "
Ucapan itu terdengar jelas, tetapi Fiony berusaha mengabaikannya. Dia tau ini pasti ulah Afika yang sangat tergila-gila pada Steven.
Semua orang disekolah kini mengolok-oloknya, Fiony berusaha mengabaikannya.
Seperti biasa Steven selalu menunggu Fiony untuk pulang bersama, menghabiskan waktu bermain bersama lalu pulang ke rumah.
Dirumah Fiony menemukan secarik kertas bahwa Ratih akan pergi selama dua hari, karena ada urusan kerja.
Fiony segera beranjak ke rumah Yehezkiel, menghabiskan waktu bersama dengan Katherine.
Hari ini nampak berbeda dari biasanya, tidak ada Ratih, dan disekolah juga tidak terlihat Steven.
Segerombol orang datang hanya untuk mencaci Fiony, entah kenapa kekuatan dari Steven membuatnya menjadi kuat dan kenal terhadap perkataan jahat orang.
Siang berganti menjadi sore, sosok Steven tidak juga muncul. Fiony menjadi khawatir, dia memutuskan untuk mencari keberadaanya.
Fiony bernafas lega melihat Steven yang tengah serius mengikuti kelas tambahan untuk persiapan kelulusan.
Fiony menatapnya dari luar kelas, dia bertanya dalam hatinya, sejak kapan Steven jadi rajin belajar?
Sejam berlalu akhirnya Steven keluar dari kelas, Fiony memanggilnya namun ada yang aneh, Steven mengabaikannya.
Fiony mencoba mengejar langkahnya, tetapi seolah tidak memperdulikan Steven langsung pulang, tidak seperti biasanya.
Fiony menanyakan pada Rudi dan teman-teman yang lain kenapa Steven hari ini berubah?
Tidak ada yang tahu kenapa dia berubah begitu, sudah hari ke tiga Steven tetap acuh.
"Steven, kenapa lo acuh sama gue? Ada kesalahan yang gue bikin sama lo? "
Steven hanya terdiam lalu menatap Fiony, "Gue mau fokus belajar, gue mau kuliah di kota,"
Fiony tersenyum getir, sebentar lagi mereka akan berpisah. Tetapi ada yang berbeda dari Steven, tidak seperti biasanya dia sedingin itu.
Fiony duduk di depan Steven yang masih sibuk membaca-baca buku.
Sejam berlalu Fiony tertidur di meja perpustakaan, Steven menatapnya sejenak lalu tanpa sadar air matanya mengalir.
Fiony bangun dan melihat Steven sudah tidak ada di sana, dia kesal dan mengumpat "orang dewasa memang membosankan, pantas saja mereka banyak ganguan jiwa karena terlalu serius dengan apa yang mereka inginkan, "
Fiony kecewa dan memutuskan untuk mampir ke rumah Steven, sebelum ke rumah Steven, Fiony memutuskan untuk mampir ke galeri untuk menemui ibunya.
Disana tidak ada Ratih, dia kecewa mendapati hal tersebut.
Fiony memutuskan ke rumah Steven, lalu mendekat menuju ruang tamu.
"Aku tidak mau meningalkan Fiony bunda, dia cinta sejatiku, " ucap Steven dengan lantang.
"Kau memilih Fiony atau bunda? " tanya Fransisca seraya menahan suara.
Semua asisten rumah tangga terlihat tidak ada di rumah, mungkin memang sengaja di usir pulang oleh Steven.
Fiony ingin melanjutkan aktivitas mengupingnya, bagaimanapun juga namanya berkali-kali disebut, apa mungkin ini menjadi alasan Steven menjadi cuek ?
"Steven dengar baik-baik Ratih ibunya Fiony berniat merusak keluarga kecil kita, dia berselingkuh dengan ayahmu,"
Deg..
Jatung Fiony seolah berhenti, satu persatu masalah seolah datang bergantian menghujam kehidupan Fiony.
Tanpa fikir panjng Fiony meninggalkan rumah itu, segera bergegas menuju rumahnya ingin meluapkan segala keresahan dan amarah pad Ratih.
Langkahnya terpacu seiring dengan perasaan kesal dan amarah yang meledak-ledak.
Dia memasuki rumah gubuknya, mencari keberadaan Ratih di seluruh ruangan namun tidak ada.
Ini sudah tiga hari wanita itu tidak kunjung muncul, seribu tanya segera berganti dengan mata Fiony yang membelalak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skizofrenia : Sinking de Humanity
مغامرةLycia memiliki Sindrom Treacher Collins yang mengakibatkan wajahnya selalu di hina mirip monyet, dia mengalami perundungan oleh lingkungan pertemanan dan sekolah, suatu hari dia melihat orang yang paling dia kagumi dan harapkan membunuh ayahnya, Lyc...