Kepergian

0 0 0
                                    

Steven segera menenangkan Fiony, lalu mereka berlalu ke kantin. Disana Fiony dengan mata berkaca-kaca masih menahan pilu.

Setiap musim berlalu rasa kehilangan itu tak kunjung berlalu, bayang-bayang getir seolah datang kembali menyisahkan rasa takut karena masih traumatis.

Cukup Deswita dan Dewo yang meninggalkanya, jangan juga ikut Steven pergi.

Steven terlihat sibuk sendiri dengan ponselnya, berbeda sekali dengan dulu, kalau dulu ia pasti mengajaknya berbincang, bercanda, tertawa bersama.

Entah bagaimana merajut kembali luka yang telah diciptakan oleh Ratih, sejam berlalu begitu saja tanpa banyak bicara.

Steven berpamitan untuk jalan terlebih dahulu, Fiony termenung, 'dia bukan Steven yang kemarin gue kenal,'

Benar kata orang, waktu bisa merubah siapapun, mau apapun yang dikatakan Fiony semua seolah percuma saja.

Fiony hanya bisa menelan rasa getirnya, seolah hari-harinya menjadi hampa tanpa Steven.

Fiony pulang ke rumah menunggu Ratih pulang, sesudah pulang dia mendapati ibunya sudah amburadul, seperti habis bertengkar hebat.

Rambut compang-camping, baju kedodoran seperti di tarik sana sini. "Ada apa bu? "

"Bukan urusanmu, " Ratih berlalu, Fiony geram dengan perbuatan ibunya.

"Bu, bisa tidak jangan rengut Steven dariku? Apakah ibu tidak bisa melihatku bahagia sebentar saja? "

Ratih menoleh sejenak, melihat Fiony yang duduk di ruang tengah.

"Apa maksudmu? bukannya Yehezkiel yang melarangmu bermain dengan Steven? Dibagian mana aku merengut Steven? Justru sebentar lagi kau akan semakin dekat dengan Steven. " jelas Ratih panjang lebar.

Fiony terkejut mendengar ucapan ibunya, pasalnya dulu dia hanya anak kecil yang tidak mengerti banyak hal, lain hari ini dia sudah kelas satu SMA (sekolah menengah atas).

"Apa maksudnya akan semakin dekat! " bentak Fiony.

"Aku akan menikah dengan Aldo, dengan begitu kita akan mudah membalaskan dendam. Menunggu kau dewasa dan bekerja adalah hal yang sangat tidak mungkin. Lagipula apa iya ibu bisa mengandalkan seorang Lycia yang menjadi Fiony? "

Ucapan itu berhasil membuat Fiony terdiam, dia tak kuasa mengetahui kebenaran bahwa Ratih ingin merebut Aldo dari Fransisca sebagai media pembalasan dendam.

Beberapa warga datang meneriaki nama Ratih, mereka memaksa wanita itu keluar rumah. Dia ingin di arak, karena hukumnya jika ada wanita yang menjadi penggangu rumah tangga, akan di arak lalu di lecuti.

"Kita bakar saja rumahnya, " Seseorang memprovokasi suasana yang sedang memanas.

Ratih keluar dengan kesal menghadap warga, "ada apa dengan kalian semua? "

Fiony berfikir bahwa ibunya pulang dengan keadaan seperti itu pastinya karena ada masalah yang terjadi, dia bukan anak kecil seperti dulu lagi, dimana ada masalah ia hanya bisa menonton, tanpa tahu apa yang sedang terjadi.

"Apa yang terjadi! " bentak Fiony menghampiri amukan warga.

"Ibu mu membuat masalah besar dengan bermain cinta dengan Pak Aldo. Dia harus menebus dosanya dengan di arak dan di cambuk di hadapan semua warga! " bentak salah satu warga.

Keadaan menjadi runyam, warga menarik paksa Ratih.

Sedangkan disisi lain, Steven sudah mengemasi semua pakaian dan barang-barangnya. Dia menangis sekali lagi mengingat bahwa dia sangat mencintai Fiony, dia berfikir bahwa Fiony tidak akan bisa hidup tenang jika tidak bersamanya.

Dia bangkit berdiri, menahan agar air matanya tidak jatuh. Dia sudah kenyang menyaksikan pertengkaran bunda dan ayahnya tiap malam.

Apa lagi hari ini, Ratih dan Fransisca ribut hebat. Semua bermula saat Aldo berjalan menuju galeri untuk bertemu dengan Ratih. Fransisca menyadari hal itu segera berjalan mengikuti Aldo.

Aldo mengunci galeri sehingga Fransisca tidak bisa ikut masuk, kepala Fransisca terasa pening, hatinya panas tidak karuan, dia gemetar karena ini ketiga kali Aldo berselingkuh.

Fransisca hanya ingin menunjukan bahwa kecurigaanya benar, dia menelepon beberapa orang yang bekerja dengannya.

"Tolong kerumahku, bawa ahli kunci."

Tidak lama menunggu seseorang datang membawa ahli kunci, ia segera mengunakan keahliannya untuk membuka kunci galeri, tidak menunggu waktu lama pintu itu bisa di buka.

Fransisca berjalan perlahan, mendengar suara tawa Ratih yang beriringan dengan suara tawa Aldo.

Kemudian suara tawa berubah menjadi suara desahan, air mata Fransisca perlahan menetes.

Dua orang diluar hanya memandang dari luar, tubuh Fransisca seolah berguncang dan kakinya lemas, dia terjatuh seketika.

Kedua orang itu segera berlari untuk menangkap Fransisca, terlambat Fransisca sudah tersungkur di lantai.

Jantungnya berdegup pelan, dia menguatkan diri lalu berdiri mendekat, lalu membuka ruang kantor Ratih.

Krekk..

Suara pintu di buka perlahan, mata Fransisca menangkap Ratih dan Aldo sedang bercinta. Sontak Aldo terkejut dan bangun dari posisinya, segera mengenakan celana dan bajunya.

Ratih juga demikian, mengenakan baju. Fransisca berteriak kencang lalu menjambak rambut Ratih.

"Dasar jalang!! "

Ratih tidak tinggal diam, dia membalas jambakan rambut Fransisca. Fransisca menjadi tidak terkendali, dia menarik baju serta menendangi Ratih.

"Bajingan, aku sudah merawat diri, mengikuti semua maumu, tapi kau tetap berselingkuh dengan jalang ini, "

Steven yang mendapat info dari asisten rumah tangganya bahwa ibunya tengah bertengkar, ia segera berlari menuju ruang galeri.

Dia mendapati ibunya sedang menjambaki rambut Ratih, sedangkan Aldo mencoba melerai nya.

Setelah berhasil terlerai, Fransisca mendekat dan menampar Ratih lagi, dia belum puas karena baginya perbuatan Ratih tidak bisa di ampuni.

Steven berjalan lalu memeluk ibunya, Fransisca yang menyadari bahwa ada Steven langsung terdiam.

Dia segera memeluk Steven, anak satu-satunya yang bisa membelanya.

"Aku mengurungkan niat untuk hamil lagi karena keinginan mu Aldo, agar aku tetap cantik dan segar, aku seminggu sekali ke dokter kecantikan agar selalu membuatmu tekesima akan kecantikanku, apa sekarang? Kau tetap main hati kan?"

Fransisca sudah habis kesabaran, dia merelakan banyak hal untuk laki-laki di hadapannya.

"Sekarang aku ingin kita bercerai, agar kau bisa menikahi Ratih si jalang itu. Aku akan membawa Steven, biar kau leluasa dengan si jalang itu."

Aldo terkejut mendengar ucapan itu, dengan segera dia menghampiri Fransisca, dia berlutut dikaki Fransisca.

"Aku khilaf, ini bukan seperti yang kau kira sayang, jangan tinggalkan aku sayang," pinta laki-laki itu.

Fransisca pergi menarik tangan Steven, tetapi Aldo tetap menarik kaki Fransisca.

Ratih menarik tubuh Aldo, "kenapa kau bilang begitu sayang? Bukanya kau berjanji untuk menikahiku? "

Fransisca menendang tubuh Aldo, dia segera pergi walaupun Aldo tetap berusaha menggapai Fransisca.

Beberapa orang yang melihat kejadian itu berniat untuk menyeret Ratih ke pak RT.

Ratih segera bergegas menarik Aldo, justru laki-laki itu menampar Ratih kencang, dia melihat Ratih dengan amarah lalu pergi begitu saja.

Ratih di tarik oleh kedua laki-laki tadi menuju rumah pak Rt, Ratih memberontak dan segera pergi meninggalkan mereka.

Steven membuka ponsel dan mencari nama Rudi, 'Rud, gue titip Fiony ya sama lo'

'Apa titip Fiony maksudnya gimana?' sahut Rudi disebrang sana.

Steven menjelaskan apa yang terjadi hari itu, Rudi terkejut dan menyadari sesuatu yang besar akan terjadi.

Skizofrenia : Sinking de HumanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang