Kesedihan yang mutlak

1 0 0
                                    

"Kata ibu berbohong itu dosa tahu," Lycia menatap laki-laki itu dengan kesal.

"Memangnya siapa bilang berbohong dapat pahala ? makanya jangan mencuri, orang mencari uang susah." Balas laki-laki itu kesal masih menatap dengan kosong.

Lycia menatapnya dengan kesal, dia meninggalkan laki-laki itu. Dia mencoba memperhatikan orang di sekitarnya, dia melihat ada beberapa anak kecil duduk meminta-minta, Lycia duduk mengikuti mereka. 

"Ih anak monyet ngapain sih !" teriak salah satu anak kecil lainnya, Lycia mengabaikan tetap menjulurkan tangannya mengemis. 

"aaarrrggghhh !" Lycia menakuti beberapa anak yang duduk disana, mereka teriak dan berlarian kesana kemari. 

Lycia tertawa puas, mengejar mereka kesana kemari. Dia menikmati hari pertamanya luntang lantung, dia melihat ke arah ibunya di pinggir jalan, masih termenung melihat ke arah jalan.

Lycia berinisiatif ingin mencari uang, dia melihat sekitarnya. Dia berusaha mendekati salah satu anak kecil yang duduk sedang mengemis.

Lycia mendekat, lalu berdiri di depan anak itu, dia berusaha memasang wajah seram, lalu membuat gaya layaknya orang perkasa.

"Berikan uang, atau aku pukul nanti." Ucap Lycia menatap gadis kecil sebayanya dengan perasaan berani, dia mengingat bagaimana dulu dia begitu mudah mendapat uang. 

Anak kecil itu tidak menjawab apapun, dia tiba-tiba menangis, beberapa anak jalanan datang. Mereka berjumlah tiga orang, anak pertama menggunakan baju compang camping, celana jeans robek-robek, rambutnya berwarna kuning, kulitnya coklat gelap.

Anak kedua adalah perempuan kupingnya ditindik dan bolong sebesar bola pimpong, rambut pendek seperti laki-laki,banyak tindikan di kuping, ada tato di tangan kanan dan kiri.

Ketiga sekujur tubuhnya bertato, menggunakan kaos kutang putih, celana jeans super kendor, dan gelang-gelang di tangan kanan.

Mereka berjalan menuju Lycia, laki-laki yang di sekujur tubuhnya bertato menangkap Lyci, Lycia mulai ketakutan, dia merengek minta ampun, dia menangis kencang minta tolong.

Beberapa orang mulai melirik ke arahnya, anak kedua menutup mulutnya, "Jangan berani-berani membuat adik kami menangis," 

"Ampun, aku tidak akan mengganggu adik kalian lagi," balas Lycia gemetar ketakutan.

Beberapa saat kemudian ibu Ratih baru menyadari bahwa anaknya sedang dikepung anak jalanan. Ibu Ratih berjalan dengan wajah seram, dia terlihat sangat mengamuk.

"LYCIA DINDA PUTRI, KAMU TIDAK BISA DIAM SEBENTAR ? APA KAMU TIDAK TAHU, IBU SEDANG PUSING ?" bu Ratih datang, menarik paksa anaknya, dia menampar Lycia. 

Dia kembali ke tempat semula, duduk dan merenung. Dia melihat jalanan, memperhatikan mobil-mobil yang berlalu lalang.

Lycia menahan tangisnya, dia mengelus pipinya yang memerah akibat tamparan dari ibunya, dia terus memegangi pipinya. Lycia memegangi perutnya, dia merasa haus sekali, dia berusaha mencuri dari laki-laki tadi tapi tidak mendapat makanan, dia berusaha mempraktekkan apa yang diajarkan Cleo dulu padanya, mencari uang dengan cara yang menarik, tapi itu gagal.

Dia sudah sangat haus, ingin minum sesuatu, niat Lycia hanya ingin mencari uang untuk membantu ibunya.

Lycia duduk di trotoar bersama ibunya, dia membenamkan wajah dengan kedua tangannya, dia menangis sehari-jadinya.

Seorang wanita menghampiri laki-laki buta tersebut, wanita berkulit coklat tua, rambut panjang terikat dan badan cukup ideal. Dia penjual asongan, menjajakan minuman, tisu, rokok, permen dan sebagainya.  Biasanya dia memasuki bis yang mau berangkat, untuk menawarkan barang-barang yang dijual, setelah bis ingin berjalan dia segera keluar.

"Hai Yehezkiel, bagaimana hari ini jualannya ?" tanya gadis itu, dia duduk di sebelah laki-laki buta bernama Yehezkiel.

Yehezkiel hanya menggelengkan kepala, artinya belum begitu banyak jajanan yang laku terjual, dia mendekatkan kepala pada Katrin lalu berbisik pelan " Lo tau engga tadi ada anak kecil di marahin sama orang tuanya ?"

Katrin melihat ke depan, lalu menyadari orang yang di maksud Yehezkiel adalah gadis kecil yang menenggelamkan wajahnya dengan kedua tangan, mereka tepat berada di seberang Yehezkiel dan Katrin.

"Itu di seberang, mereka kayaknya gembel baru deh," balas Katrin berisik pelan.

Yehezkiel memasukkan beberapa kueh ke dalam plastik, dia mengambil air minum yang ada di keranjang Katrine.

"Mau ngapain ?" tanya Katrin keheranan, Yehezkiel bangkit berdiri mengangkat kedua bakul dengan pundaknya. 

"Katrin, bantu sebrangin gue. Kasian dia, dia kelaparan makanya kayak gitu," ucap Yehezkiel, Katrin hanya bisa mengikuti apa yang di mau oleh teman baiknya itu.

Mereka berjalan perlahan, lalu berdiri tepat di hadapan Lycia. Yehezkiel mulai merah-raba, dia mengenai rambut Lycia, "Lycia," panggil Yehezkiel dengan pelan dan lemah lembut. 

Lycia mengangkat wajahnya, melihat laki-laki buta yang berdiri di hadapannya. Laki-laki itu membawa plastik berisi kue dan satu botol air minum.

"Ini makan dan minumlah Lycia," balas Yehezkiel lagi dengan lembut, Katrin terdiam melihat wajah Lycia yang seram seperti orang hutan. Dia merasa ngeri dan ketakutan. 

Lycia masih menatap dengan wajah yang melas dan penuh air mata, Yehezkiel meraba-raba dan menyentuh pipi dan air mata Lycia. 

"Sudah jangan menangis, ambil, ini gratis untuk Lycia," ucap Yehezkiel berusaha mengusap air mata Lucia, Katrin merasa ngeri.

Dia berbisik pelan " Yehezkiel dia kayaknya bukan manusia, mukanya seram banget," 

Yehezkiel hanya mengelap wajah Katrin sembarang saja, agar dia diam. Lycia mengatakan terimakasih, lalu memeluk tubuh Yehezkiel, "dia sangat polos," besit Yehezkiel dalam hati.

Dia memakan satu kue, dan meminum air tersebut. Dia tersenyum lega lagi, Yehezkiel duduk di sebelahnya, kemudian Katrin juga sambil buang muka.

"Ibu, aku dapat makanan, ini makanlah," balas Lycia memberikan lontong yang berada di tangannya, ibunya menepis sampai lontongnya terjatuh. 

Lycia mengambil, lalu membersihkan lontong tersebut, dia meniup-niup agar debu terjatuh dari makanan itu.

"JANGAN GANGGU AKU DULU !!" ucap Ibu Ratih, lalu merenung lagi.

Lycia memakan lontong tersebut, lalu membiarkan dua makanan lain tetap di plastik, dia berpikir itu bisa dimakan oleh ibunya nanti. 

Dia hanya terdiam menatap jalanan lagi, beberapa orang turun dari bus, Katrin berdiri menjajakan jualannya berharap ada yang membeli.

Yehezkiel berdiri, dan berteriak "Ayo ibu bapak dibeli, jajanannya murah meriah dan enak," 

Lycia hanya menyaksikan beberapa pemandangan yang baru ditemukan di tempat terpencil ini, dia merenung. Lalu mulai mengingat Deswita, dia mengingat terakhir kali dia melihat wajah ketakutan kakaknya, dia menangis, keringat dingin. 

Lycia mulai mengingat, ketika Deswita berjalan layaknya seperti nyonya Besar, tapi ternyata nyonya besar menjual Deswita karena kecantikannya.

Dia teringat mengenai janji nyonya besar ingin mengoperasi plastik wajahnya, dia berpikir bahwa dia akan dijual juga seperti Deswita.

Suara petir mulai terdengar samar, ada yang lebih buruk daripada haus dan lapar.

Yaitu mereka tidak punya tempat tinggal.

Skizofrenia : Sinking de HumanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang