Perempuan biadab

2 0 0
                                    

Lycia terkejut mendapati beberapa kali Chris berusaha menghubunginya, tangannya gemetar melihat panggilan masuk sekali lagi.

"Lycia, kamu jadi ikut engga ?" tanya ibu Ratih dari depan rumah, dia merasa menunggu sudah cukup lama, sehingga ibu itu memutuskan untuk masuk, mengecek keadaan Lycia, Ratih segera berjalan dan mengambil ponsel yang di pegang Lycia.

Dia berjalan kesana-kemari, kebingungan dan Ketakutan, dia merasa bahwa sebentar lagi keberadaan mereka ketahuan, bisa saja nyonya Monica melacak mereka lewat ponsel Lycia.

"Ibu, sudah baca isi Grupnya ?" tanya Lycia penasaran, kemudian Ratih mengambil posisi duduk.

Dia membuka layar kunci ponsel Lycia, hatinya bagai terbentur ribuan bebatuan, dia melihat foto keluarga yang utuh, di layar ponsel itu ada Lycia dan Deswita menggunakan baju berwarna kuning, ibu dan ayahnya menggunakan baju berwarna putih, mereka terlihat seperti sedang piknik di taman. 

Dewo berada di dekat kamera, disampingnya ada Ratih, dan di tengah mereka ada Lycia dan Deswita.

Ratih melihat batrai ponsel tersebut tinggal lima belas persen, dia melihat salah satu aplikasi paling banyak digunakan oleh insan saat ini, Whatsapp. Grub itu tertulis angka 202 notifikasi, ibu Ratih menggeser ke kanan melihat siapa saja yang menelepon masuk.

Hanya ada nama Chris, Deswita, ibu Ratih, dan papa Dewo. Dia mencari kontak nyonya Monica, dia bernafas lega karena tidak menemukannya. 

Ratih mematikan mode pemberitahuan jika sudah membaca pesan, dia mematikan paket data, lalu melihat ke arah Lycia.

"Kenapa kamu bawa ponsel ? Kalau kita dilacak bagaimana !" bentak Ratih melihat ke arah Lycia dengan kesal.

Lycia memasang wajah melas, dia menahan air mata yang sebentar lagi akan jatuh.

"Ibu yang selalu bilang harus bawa ponsel kemana-mana, aku pulang dari sekolah langsung menyelamatkan ibu," balas Lycia polos, dia mulai menangis perlahan.

Ibu Ratih menahan emosinya, dia berpikir sebentar lagi mereka akan segera tertangkap.

Ratih membuka ponsel Lycia kembali, membuka grub yang masih ramai, Ratih terkejut melihat banyak sekali yang mengucapkan "RIP untuk Lycia si wajah monyet," 

Ratih langsung membaca beberapa pesan di atasnya lagi, ada seorang yang mengirimkan berita mengenai Lycia dan Ratih.

"Terjadi perampokan bersenjata mengakibatkan dua orang mati, diduga Ibu R dan anaknya L telah menjadi korban penembakan," 

Ratih mengerutkan dahi kebingungan, dia lanjut membaca link yang dikirim oleh orang lain di grup.

Ratih menyalakan data internet, lalu membaca berita tersebut.

"Seorang wanita dan anaknya melarikan diri, diduga mereka melakukan pencurian barang antik bernilai milyaran rupiah, namun naas pencuri mengalami nasib kurang beruntung, mereka melarikan diri menyelinap ke dalam sebuah truk es krim, pada malam hari, diduga truk tersebut disabotase oleh orang bersenjata, dan mengakibatkan korban tewas di tempat karena terkena tembakan, diduga juga truk dibakar untuk menghilangkan jejak dari sindikat perampok tersebut," 

Ibu Ratih terkejut membaca berita tersebut, dia menekan tombol kembali, lalu mencari aplikasi gugel, kemudian jemarinya mengetik berita hari ini.

Beberapa berita bermunculan mengenai kematian mereka berdua, Ratih terkejut bukan main, dia membayangkan wajah ibunya menangis karena melihat berita buruk tentang dirinya.

Ada satu berita yang menjelaskan tentang almarhum suaminya, Ratih membaca " Diduga telah terjadi perampokan barang antik, pelakunya adalah pembantu dari nyonya Monica, mereka sekeluarga bersekongkol untuk mencuri benda yang bernilai milyaran tersebut, menurut keterangan nyonya Monica, pembantunya berinisial R melarikan diri dengan anaknya bernama L, dan suaminya bernama Dewo, lari bersama anaknya bernama Deswita. Kasus ingin diselidiki lebih lanjut, tetapi nyonya Monica menolak, alasannya karena dia mendapat kabar duka bahwa R dan L telah meninggal dunia. Nyonya Monica berkata dia sudah memaafkan dan mengikhlaskan segala yang terjadi, hanya masyarakat perlu hati-hati dengan Dewo, karena dia masih berkeliaran di luar sana," 

"SIALAN, DASAR WANITA BIADAB !" teriak Ratih melempar ponselnya pada Lycia.

Sri masuk segera setelah mendengar suara teriakan itu, Lycia menelusuri nama nyonya Monica di gugel, dia terkejut melihat wanita licik itu sedang melakukan gerakan amal, ke beberapa panti asuhan.

" Perempuan terkutuk kamu MONICA !!!!" Ratih menjambak rambutnya lagi, Sri berdiri di depan Ratih lalu mengamati apa yang sedang terjadi.

"Kenapa ini ?" tanya ibu Sri melihat Ratih yang mulai menggila lagi.

"Wanita sialan itu, dia mengatakan suamiku mencuri barang antik, padahal dia menembak suamiku, dan menguburkannya sendiri, dia juga berperilaku seolah kami mencuri barang antik, dan lebih lucunya lagi, media mengatakan kami sudah meninggal," Ratih menangis lagi mengingat apa yang ditampilkan media tidak sesuai dengan realitanya.

Lycia memutar salah satu video dimana nyonya Monica diwawancarai, seorang presenter bertanya "Apa perasaanmu setelah pengkhianatan yang terjadi ?" 

Monica terlihat menyeka beberapa air matanya, dia menarik nafas, lalu menatap kamera seperti berusaha menahan rasa pilu.

"Saya sudah anggap L.D.P dan Deswita seperti anak saya sendiri, bahkan saya juga menganggap R seperti ibu saya, tapi lihat apa yang mereka lakukan pada kami ? Pantas dia mematikan semua cctv di rumah, saya tidak permasalahkan mereka mencuri, tapi saya sedih mereka meninggal dengan sia-sia, tapi saya sudah mengampuni mereka, beberapa hari lagi saya akan mengadakan kegiatan amal untuk anak yatim piatu, sebagai persembahan dari saya untuk L dan R," 

"MATIKAN VIDEO ITU LYCIA !!!!" bentak Ratih dengan perasaan yang mulai tidak stabil, dia mulai menangis tak tentu.

"Jadi kalian berdua seorang pencuri ?" tanya ibu Sri dengan terkejut.

Ratih menoleh, dia berjalan ke arah Sri, dia menyentuh tangan wanita itu perlahan, dia berusaha mengatakan yang sebenarnya " Tidak, Monica mengarang semuanya, itu tidak benar,"

Sri melangkah mundur perlahan, pikiran mulai melayang kemana-mana. 

"Selama ini aku menolong seorang pencuri yang dicari oleh media," bisik Sri, kakinya bergetar antara ingin kabur atau melaporkan mereka ke polisi.

"Mereka menyusun strategi agar kami seolah mati, kamu engga percaya ? Sini ponselmu Lycia," perintah ibu Ratih, kemudian Lycia berjalan mendekat ke arah ibunya, memberikan ponselnya.

Ibu Ratih menunjukkan berita  tersebut kepada ibu Sri, semua tertulis jelas, bahwa mereka dinyatakan telah meninggal dunia.

Ibu Sri merasa bingung dan belum bisa menerima apapun, dia tidak tahu harus melakukan apapun.

Bagaimanapun juga media mengatakan mereka adalah pencuri, Sri berpikir mereka adalah pencuri kelas kakap yang bisa memalsukan kematian mereka agar selamat dari hukuman.

"Dia adalah seorang pembunuh, kau harus percaya pada kami," ucap Ratih berharap mendapat kepercayaan. 

Sri harus memutuskan apa yang akan dilakukan, antara melaporkanya ke polisi atau tetap membiarkan mereka tinggal di rumahnya. Tidak ada bukti yang bisa mengamankan posisi Ratih dan Lycia, mereka tidak bisa menolong dirinya sendiri, mereka tidak memiliki uang dan jabatan.

Skizofrenia : Sinking de HumanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang