Perubahan

1 0 0
                                    

Perdebatan hebat tidak terelakan antara  Yehezkiel dan Ibu Ratih, Fiony terdiam menyaksikan mereka.

"Bagaimanapun juga Lycia sudah saya anggap bagian dari hidup saya, saya harus menjaganya! " pekik Steven.

Perdebatan itu akhirnya selesai juga, lambat laun hari demi hari berganti, Fiony tumbuh bersama dengan Steven setiap harinya.

Ratih menjadi wanita karir, mendapat ruang untuk berperan dalam galeri milik ayah Steven. Perlahan dia berdiet agar mendapatkan bentuk tubuh ideal, mulai merawat diri agar terlihat cantik.

Steven terus menggeluti beladiri menjadi profesional di bidang tersebut, berjemur setiap hari di bawah terik matahari menciptakan kulit coklat matang sempurna.

Tahun-tahun berat berlalu dengan singkat, kini rok merah berganti menjadi rok abu-abu.

Steven memandang Fiony dengan wajah yang tersipu malu, rambut berwarna coklat muda terurai sampai ke pinggang. Selain teman dekat, Fiony kerap kali sangat perhatian kepada Steven.

"Steven ini gue masakin nasi goreng spesial, kesukaan lo, " ucap Fiony memberikan totebag berwarna merah.

Steven tersenyum lalu mengambilnya, setelah jam istirahat Steven membuka kotak nasi tersebut, lalu melihat nasi goreng dengan toping ikan teri, dicampur dengan sawi putih.

Seperti biasa Steven selalu lahap memakan nasi goreng buatan Fiony, desas-desus mengabari jika Steven dan Fiony memiliki hubungan khusus.

Fiony belajar seperti biasa dan pulang, berkumpul bersama teman-teman Steven menjadi hal yang tidak pernah dia lewatkan.

Siang itu ketika sedang berbincang-bincang seseorang datang dan memanggil nama Steven.

"Gue suka sama lo, ayo pacaran!"

Semua teman-teman Steven spontan tertawa lepas, "ngaco nih cewek, lo percaya diri banget kalau Steven bakalan mau sama lo, " balas Rudi sesekali menggelengkan kepala.

Dengan percaya diri wanita itu maju mendekati Steven "gue sama Steven itu sama-sama orang kaya, gue cantik dan dia ganteng, jadi serasi kan? "

Semuanya makin tertawa lepas, kecuali Fiony yang menaikan alis sebelah tanda dia tidak menyukai keberadaan wanita gila tersebut.

Steven menghentikan tawanya lalu menunjuk ke arah Fiony, seketika Fiony terkejut.

"Kenapa dia menunjuk kearah gue, " gumam Fiony.

Afika tidak menyangka saingannya adalah gadis buruk rupa, Spontan Afika tertawa kecil.

"Dia pacar gue, "

Deg.....

Jantung Fiony meronta-ronta, berdegup sangat kencang dia berfikir salah dengar, apa tadi Steven bilang?

"Apa dia bilang tadi kalau gue pacarnya? " seru Fiony dalam hati, perasaan senang bergeliat.

Afika meludah sembarangan, memperhatikan Fiony seksama.

"Selera lo jelek banget, kayaknya gue salah deh Suka sama lo Steven. Masa gue harus jadi monyet buruk rupa dulu baru bisa bersaing sama cewek ini, "

Tanpa membalas perkataan Afika, Steven merangkul Fiony lalu tersenyum sinis berjalan melewati wanita yang terkenal kecantikannya, Afika membelalak terkejut melihat perlakuan Steven.

Steven menjadi primadona, selain karena ayahnya juragan di kampung, dia juga memiliki paras yang rupawan karena bundanya selalu memberinya vitamin dan nutrisi yang lebih dari cukup.

Setiap hari yang berlalu membuat rasa Steven tumbuh menjadi cinta kepada Fiony, cinta itu buta itulah yang dirasakan oleh Steven.

Tanpa perduli dengan wajah tidak rupawan milik Fiony, dia berfikir mungkin ini adalah serial film beauty and the beast versinya.

Steven tidak pernah berniat untuk mengungkapkan perasaannya, dia fikir 'tidak akan ada juga pri yang inginmerebut Fiony, sifat dan perhatisnya memang sangat baik, tetapi wajahnya sangat tidak mendukung' gumamnya pelan melihat Fiony yang sedang asyik bercanda dengan Rudi dan teman-teman yang lain.

Kejadian tadi bukan sekali dia kali, berkali-kali banyak perempuan datang memberikan surat, memberikan minum, makan dan sebagainya untuk Steven, baru Afika saja yang seberani tadi.

Kehidupan Fiony sudah mulai terasa normal, tidak ada hal yang perlu di takuti.

Terutama Ratih, dia perlahan mulai bisa melupakan almarhum suaminya, tapi tidak dengan nasib deswita.

Sore itu Steven tengah duduk berdua, dia melihat Fiony yang tengah asyik menggambar pemandangan dihapannya.

"Fiony, " panggil Steven pelan.

Fiony melihat kearahnya, dengan senyum dan wajah yang ceria. Jantung Steven seolah ingin copot dan lari kesana kemarin.

'Kenapa gue jadi salah paham lihat Fiony, engga biasanya kayak gini, ' gumam Steven salah tingkah.

Fiony menaikan alis sebelah keheranan dengan tingkah Steven, entah mengapa dimata Steven Fiony itu sangat cantik.

"Fi, semoga suatu hari nanti kita bisa.. " Steven menghentikan perkataannya.

Fiony masih menunggu kelanjutan perkataan Steven, beberapa menit kemudian ponsel Steven bergetar tanda ada panggilan masuk dari seseorang yang dinamainya Ayah.

'Steven, pulang cepat! kamu dulu yang temanin mamah ke dokter kecantikan. Papa mau siap-siap terbang ke Thailand, mau ada pameran barang-barang antik.'

Steven mengiyakan dan segera bergegas, pasalnya ibu Steven ditutut harus tampil selalu cantik. Karnanya Seminggu sekali adalah kewajiban untuk kedokter kecantikan untuk perawatan.

Fiony merasa kesepian setelah Steven segera bergegas pulang, kini dia sendirian lagi. Entah mengapa Fiony selalu merasa kesepian jika Steven pergi meninggalkannya.

Dia melangkah pulang, masuk ke rumah Sri, sore hari biasanya Ratih masih sibuk di galeri bersama ayah Steven.

Disana hanya ada Sri yang memasak, Fiony segera mendekat dan membantu. Mereka berbincang kecil tidak sadar sudah jam delapan malam, Kathrine dan Yehezkiel sudah pulang.

Mereka makan bersama, setelahnya Yehezkiel mengajak Fiony berbincang seperti biasa. Setiap malam Yehezkiel tidak pernah melewatkan waktu untuk bertanya tentang hari-hari Fiony, apakah dia ada masalah dan sebagainya.

Hari ini Yehezkiel mengusap pelan rambut Fiony sebagai tanda rasa sayangnya, "lo harus jadi orang sukses, gue akan selalu support lo, "

Fiony tersenyum tipis, dia merasa mendapat dukungan kembali. Yehezkiel bagai tempat ternyaman untuk pulang, dia bisa bercerita banyak hal.

Setelah jam sepuluh malam Ratih baru pulang, belakangan ia selalu pulang larut dengan alasan menyiapkan untuk acara pameran yang akan diadakan oleh Aldo.

Fiony mengakhiri obrolan yang cukup panjang tersebut dengan Yehezkiel, setelahnya mereka berpisah dan menjalani hari-hari seperti biasanya.

Sebelum berangkat sekolah, pagi itu Ratih mengingatkan Fiony akan sesuatu "jangan lupa belajar yang benar, jangan pacar-pacaran dulu. Ingat kita harus membalaskan dendam pada Monica wanita iblis itu, jangan pernah lupa terhadap kematian Dewo dan kepergian Deswita,"

Fiony hanya mengganguk arti setuju, tetapi entah mengapa rasa ambisi akan pembalasan dendam itu telah sirna, karena dia telah nemukan dunia yang begitu indah yaitu kehadiran Steven.

Fiony selalu ingin cepat-cepat pergi kesekolah agar bisa bertemu dengan Steven. Entah mengapa cinta diantaranya tumbuh makin cepat, hingga keduanya selalu berusaha mencari waktu untuk berdua.

Afika merasa kalah dan harga dirinya diinjak oleh Steven, sehingga dia memutuskan untuk membuat perhitungan dengan Fiony.

Sore itu Afika menarik Fiony ke kamar mandi, Afika tidak sendirian, dia ditemani beberapa teman-temannya.

Afika menjambak rambut Fiony, menatapnya tajam "jauhi Steven atau lo habis! "

Fiony mempasrahkan dirinya sejenak, kemudian Afika meneruskan aksinya.

Skizofrenia : Sinking de HumanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang