Tiga {KKN 1922}

235 19 12
                                    

"Inget, ya. Dia tahu perasaan kamu aja nggak. Jadi, kamu nggak ada hak buat larang dia deket sama yang lain!"

_KKN 1922_


•••

"Kak Jie di dalem, nggak?"

"Kak! Keluar, dong!"

Suara gadis berkepang dua itu terdengar nyaring. Dia berdiri tepat di depan kamar Jisung, berharap sang pemilik nama cepat-cepat keluar. Hingga setelah menunggu sekitar beberapa menit, lelaki bermata sipit yang dicari pun muncul dari belakang punggung.

"Ada apa, An? Gue habis dari kamar mandi," ucap Jisung pada gadis di depannya kini. "Nyari Bang Tio, ya? Kalo dia lagi keluar buat beli makanan."

"Eh, nggak!" Gadis bernama Anna---anak bungsu dari Pak Nurudin itu menggaruk tengkuk yang tak gatal. Dia lantas tersenyum, dengan malu-malu berkata, "Mau minta tolong Kakak buat nemenin ke warung, mau nggak?"

Lelaki dengan tinggi 180 cm di depan Anna ini menautkan alis. Sejujurnya Jisung kurang nyaman apabila Anna selalu mengandalkannya jika ingin pergi di malam hari. Bukan tidak ingin menolong, tetapi entah mengapa dari banyaknya orang di kos ini dia selalu datang dan meminta bantuan dirinya. Padahal bisa sahaja dia meminta bantuan pada orang di lantai satu atau yang paling mudah adalah kepada kedua kakaknya---Yuki dan Dita.

"Sorry, tapi gue lagi nggak bisa. Soalnya mau nugas, besok harus dikumpul." Dengan tegas Jisung memilih menolak.

"Yah, beneran nggak bisa, ya? Bentar aja, kok. Janji nggak lama-lama, deh!" Anna masih berusaha membujuk.

Di lain sisi, Marka si penghuni kamar nomor 21 tiba-tiba keluar. Dia tampak rapi memakai kemeja kotak-kotak hitam putih. "Bareng gue aja, Na. Kebetulan gue mau ke warung atau kalo nggak titip aja. Lo mau beli apa emang?"

Mendengar itu, Anna menggaruk tengkuk lagi. Gadis berlipstik merah merekah tidak sesuai umur pemakaiannya tersebut menjawab, "Beli ... pembalut, Kak. Tapi, nggak usah repot-repot! Ada Jisung yang bisa nemenin, kok!"

Jisung berdecak ketika kedua tangan Anna malah bergelayut di lengan kanannya sekarang. Dia selalu sahaja seperti ini, bersikap manja. Tanpa sadar membuat dirinya amat risih.

"Gue 'kan udah bilang, Na. Malam ini gue lagi nggak bisa, sorry, ya ...." Sebisa mungkin Jisung melepas jeratan jemari Anna dari lengannya walaupun membuat air muka sang empu berubah keruh akibat penolakannya barusan.

Padahal Anna sendiri sudah menyusun rencana untuk malam ini. Dia ingin menghabiskan malam bersama lelaki yang sudah cukup lama menghuni relung hati, siapa lagi jika bukan Jisung Mahawira Jafin. Lelaki tinggi sesuai tipe idamannya dan pemilik hidung mancung.

"Hai, Mark! Udah siap?" Hingga Dita selaku kakak sulung Anna jua datang ke kos tanpa diduga. Perempuan seumuran dengan Marka itu jua terlihat rapi mengenakan cardigan abu-abu muda.

"Nah, kenapa lo nggak keluar sama Kakak lo aja, Na? Kayanya dia juga mau keluar, soalnya gue bener-bener nggak bisa. Kalo gitu, gue masuk dulu, ya." Kesempatan ini Jisung gunakan untuk menghindar walau suara cempreng Anna sempat mengudara karena tidak terima ditinggal.

Lagi pula, menemani Anna bukanlah tanggung jawabnya di kos ini.

"Gara-gara Kak Dita, sih, ah! Jadi, gagal 'kan!" Akibat kesal, alhasil Anna memilih turun dari area lantai dua. Hasil rancangan rencana malam ini telah gagal total, padahal dia sudah berdandan semaksimal mungkin demi bisa ber-PDKT bersama Jisung.

•••

Di daerah Yogyakarta waktu sudah menunjukkan pukul 22.45 WIB. Waktu di mana para insan sudah mulai terlelap guna mengistirahatkan diri dan berkunjung ke dunia mimpi. Namun, hal tersebut belum berlaku bagi beberapa penghuni di Kos Putih. Seperti di kamar kos nomor 22 lantai dua---kamar milik Iza contohnya.

KKN 1922 [Selesai!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang