Dua Belas {KKN 1922}

104 12 29
                                    

"Rasa suka memang nggak bisa dipaksa, tapi gimana? Kalo ditolak, rasa sakitnya memang luar biasa."

_KKN 1922_

•••

"Mau ngomong apa?"

Siang itu Anna terlihat gugup. Padahal dia sendiri yang meminta agar Jisung menemuinya di belakang bangunan kos milik sang ayah. Awalnya dia sudah mempersiapkan segala kalimat yang ingin diutarakan kepada lelaki pujaan hatinya ini. Namun, saat sosok sudah berdiri tegap di hadapan raga, lidah seakan terasa kelu.

"Em, itu, Kak. Aku mau ngomong tentang itu ...." Anna mengusap belakang lehernya refleks. Padahal biasanya dia merasa biasa saja, tidak segerogi sekarang apabila berhadapan dengan lelaki jangkung nan bermata sipit tersebut.

"Jadi, nggak? Gue mau ada urusan lain, nih," ucap Jisung terdengar agak jengkel karena Anna telah banyak membuang waktu.

"Aku cuma mau bilang kalo ... sebenernya aku suka sama Kakak!" Akhirnya gadis berkepang satu itu berhasil menyatakan perasaannya selama ini.

Setelah mengatakan itu, dia menutup seluruh bagian wajah menggunakan kedua telapak tangan. Diri terasa amat malu dan jantung sontak berdegup kencang.

"Gue tau."

Namun, respon Jisung di luar perkiraan. Ternyata dia sudah mengetahui tentang perasaanya lebih dahulu meskipun diri baru menyatakan barusan.

Jelas hal tersebut membuat kedua pipi Anna menghangat sehingga timbul rona merah di sana. Perlahan, dia menurunkan kedua telapak tangannya dari area wajah lantas netra kembali menatap Jisung yang jua sedang memandangnya disertai sorot teduh.

"Kentara banget, ya, Kak?" Masih gerogi, dia spontan menggigit bibir bagian bawah sendiri. "Jadi, gimana? Kakak mau 'kan jadi pacar aku?"

Anna tak peduli jika harus menurunkan harga diri. Yang terpenting kini adalah dirinya bisa mendapatkan Jisung dan mereka menjalin hubungan asmara. Bahkan dia sampai rela memutuskan pacarnya di sekolah yang sudah berjalan dua tahun demi seorang Jisung Mahawira Jafin sahaja.

"Sorry, tapi gue nggak bisa."

Mendengar itu, senyum penuh harap Anna seketika memudar. Hati terasa remuk tatkala jawaban tersebut terlontar lancar dari bibir ranum Jisung.

"K-kenapa, Kak? Bukannya Kakak selama ini juga suka sama aku? Kakak selalu baik dan mau kalo aku minta bantuan!" Suara Anna berubah sedu. Bahkan kedua matanya berangsur memerah, menahan tangis yang siap mendera. "Kakak bercanda 'kan? Kakak nggak mungkin nolak aku 'kan?"

Helaan napas terdengar pelan. Wajah Jisung terlihat bingung, antara kasihan dan kesal terhadap anak bungsu pemilik kos ini. Dari kata-katanya barusan dapat dinilai bahwa dia tidak terima manakala dirinya menolak sebagai kekasihnya.

"Gue suka sama orang lain. Jadi, gue nggak mungkin sama lo, Na."

"Orang lain siapa, Kak? Apa dia jauh lebih cantik dari aku?!" Tangis Anna sukar ditahan lagi. Air mata sontak luruh membasahi dinding pipi sehingga suara tangisnya begitu menyayat hati.

"Gue nggak bisa ngasih tau lo. Jadi, gue harap lo bisa ngerti." Tangan kanan Jisung bergerak menepuk salah satu bahu Anna, pertanda keputusannya terbilang final.

KKN 1922 [Selesai!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang