Tujuh {KKN 1922}

152 14 19
                                    

"Bersaing secara sehat sama saingan emang menantang, tapi gimana kalo saingannya lebih good looking? Yang ada lebih dulu tersingkir."

_KKN 1922_

•••

Perempuan berkulit kuning langsat itu sudah tampak rapi malam ini. Dia mengenakan rok kain selutut dilengkapi kaus lengan pendek dibalut cardigan berlengan panjang di luar. Tak lupa rambut panjangnya diikat satu bak kuncir kuda, kepala jua dihiasi menggunakan jepit pita berwarna biru muda---senada dengan cardigan miliknya itu.

"Nah, sempurna!" ucapnya tersenyum manis melihat penampilannya kini di depan cermin.

Perempuan yang tak lain adalah Iza itu lantas memoleskan bedak pada wajah, eye shedow di kelopak mata, blash on di kedua pipi, dan lipstik ke bibir tebalnya. Dia memakai make up setipis mungkin agar terlihat tetap natural.

"Kalo diliat-liat, gue nggak jelek-jelek amat. Cakep banget malah!" tukasnya memuji diri sendiri, lagi-lagi melukis senyum manis.

Sebisa mungkin Iza berdandan cantik meskipun hanya menghadiri acara selametan di rumah Pak Nurudin guna merayakan berdirinya Kos Putih ke 7 tahun. Namun, ini adalah moment paling tepat karena di sana Tio jua akan hadir sehingga dirinya bisa berusaha mencuri perhatian lelaki tampan tersebut.

"Za, kamu di dalem 'kan?" Tiba-tiba suara Ivy terdengar dari luar.

Iza yang teringat jika ingin mendadani Ivy juga, buru-buru membukakan pintu. Dia langsung meminta perempuan berambut pendek tersebut untuk duduk di lantai agar dirinya lebih leluasa memainkan alat make up.

Hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit supaya wajah Ivy berubah menjadi terlihat lebih fresh berkat polesan warna. Bahkan Iza juga meminjamkannya jepitan rambut, hitung-hitung sebagai hiasan tambahan.

"Nah, kalo gini 'kan keliatan lebih cantek!" Dengan bangga, sudut bibir ranum Iza tertarik sempurna.

Enggan membuang waktu, mereka berdua kemudian keluar dari area kos. Berjalan sekitar lima langkah ke arah kanan di mana rumah sang pemilik kos berdiri kokoh.

Ketika dua perempuan yang sama-sama mengenakan rok itu masuk ke halaman rumah, masing-masing netra disambut oleh pemandangan para hadirin di sana. Sudah cukup banyak yang datang mengingat semua penghuni kos memang diundang.

"Eh, sorry!"

Niat awal, malam ini Iza ingin menjaga mood. Namun, kemunculan Anna yang mendadak  membuat emosinya benar-benar teruji. Dia yang memegang gelas di jemari kanan menabrak bahunya sehingga jus jeruk di tangan tumpah mengenai kaus bagian dalam.

"Sengaja 'kan? Nggak mungkin lo nggak liat gue yang segede ini." Iza memang berujar tanpa meninggikan nada suara, tetapi intonasinya terdengar amat kesal.

"Kok nuduh gitu? Gue emang nggak sengaja, loh, Kak. Maklum 'kan? Salah siapa lo berdiri di tengah jalan!"

Gigi Iza sontak menggertak geram. Semakin jelas jika Anna memang sengaja ingin mencari masalah. Beruntung diri masih ingat tempat dan waktu sehingga memilih mengalah. Namun, susulan perkataan gadis SMA itu kian memancing luapan emosi pada benak Iza.

KKN 1922 [Selesai!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang