Dua Puluh Satu {KKN 1922}

88 13 20
                                    

"Ada yang lebih menyakitkan daripada di-ghosting, yaitu ditinggal nikah sama gebetan."

_KKN 1922_

•••

"Nih, ada titipan!"

Ivy yang baru membuka pintu kamar dibuat terkejut oleh keberadaan Winter. Perempuan dengan celana pendek dan mini set biru muda itu menyodorkan sebuah undangan bermotif bunga.

"Dari siapa?" tanyanya sembari membolak-balikkan undangan tersebut.

"Baca isinya! Punya mata 'kan?" cetus Winter, membuat Ivy menghela napas pelan.

Dia lantas masuk kembali ke dalam kamar, urung beranjak ke dapur guna mencuci wajah agar rasa kantuk menghilang. Dengan air muka penasaran, tetapi feeling kurang enak, perempuan berambut tergerai itu lantas mendudukkan diri di lantai bawah sebelum membuka undangan di tangan.

ketika dia membaca nama mempelai di undangan tersebut, jantung serta merta berdebar hebat. Gigi pun sampai refleks menggigit bibir bagian bawah sendiri bermaksud menahan suatu gejolak dalam kalbu.

Itu adalah undangan pernikahan dari Kaisar dan Moana.

Mereka akan melakukan akad sekitar satu minggu lagi.

"Beneran NT, nih?" Ivy bertanya pada diri sendiri lalu meletakan undangan berwarna gold itu ke atas kasur diikuti embusan napas panjang.

Tak terasa, setetes air mata bergulir menyapa pipi. Rasanya begitu sesak saat terpaksa menerima kenyataan bahwa pria yang selama ini bertahta di hati akan menjadi milik orang lain.

Seharusnya sejak awal, dia tidak perlu menyimpan perasaan terhadap Kaisar sampai sedalam ini. Terlebih sang empu hanya menganggapnya sebatas adik, tidak lebih.

Drtt! Drrtt!

Hingga tiba-tiba ponsel milik Ivy di atas kasur lantai bergetar, menampilkan sebuah nomor asing di layar sana. Awalnya sang empu enggan untuk mengangkat. Namun, foto profil kontak tersebut seketika menunjukkan siapa pemilik dari si nomor. Tanpa pikir panjang, dia lantas menggeser logo berwarna hijau sehingga telepon pun bisa tersambung.

"Halo, Vy?"

Mendengar suara deep di seberang sana, jantung Ivy berdebar hebat. Sudah beberapa hari dirinya tak mendengar suara serak milik Kaisar.

Jujur sahaja, dia merindukan pria itu.

"I-iya?"

"Apa kabar?"

Ivy terdiam sesaat mendapati pertanyaan ini. Dalam otak dia berpikir keras mengenai tujuan ayah dari Mia itu menghubunginya.

"Baik, Bang. Ada apa, ya? Apa karena Mia?" tanya Ivy, suaranya terdengar serak.

"Mia lagi tidur. Ngomong-ngomong, lo udah nerima undangan itu?"

Refleks kepala Ivy mengangguk mengiyakan, lupa jika Kaisar tidak bisa melihat karena mereka berada di beda tempat.

"Gue harap lo dateng, ya. Seenggaknya demi Mia."

Permintaan Kaisar ini lagi-lagi membuat bulir bening milik Ivy diam-diam menetes. Bahkan dia sampai dibuat membungkam mulut menggunakan sebelah telapak tangan agar suaranya tidak keluar.

KKN 1922 [Selesai!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang