"Sejauh apa pun jodoh pergi, dia akan kembali dengan cara tersendiri."
_KKN 1922_
•••
Pada dasarnya hidup memang harus dijalani, seberat apa pun masalah yang ada. Mau bagaimanapun, kabur bukanlah solusi terbaik. Terlebih jika masalah itu datang karena masalah hati sehingga obat guna memperbaiki terbilang rumit.
Acara pernikahan Tio dan Dita semakin dekat, begitu pula dengan Kaisar. Pernikahan dua orang lelaki itu hanya berbeda beberapa hari---Kaisar lebih awal. Hingga tak sadar, mereka berdua membuat hati dua perempuan merasa gelisah dibuatnya.
"Dari sini gue mau mampir ke tempat mie gacoan. Mau ikut nggak?" tanya Iza pada Ivy.
Ivy yang duduk tepat di depan Iza pun melirik sekilas ke belakang. Perempuan di balik punggungnya itu sedikit mencondongkan wajah ke depan.
"Boleh," katanya kemudian.
"Oke. Mau nyoba mie gacoan level paling pedes biar nggak stres-stres amat," ujar Iza lagi sebelum kembali duduk dengan posisi tegap.
Padahal dia paling anti dengan rasa pedas, mengingat perut kurang kuasa menahan satu rasa itu. Paling tidak, ujungnya nanti rasa mulas datang menyerang perut. Namun, yang terpenting saat ini adalah, dia bisa teralihkan dari perasaan gelisah dalam kalbu, meski melalui cara kurang dibenarkan.
"Baik, pertemuan pada pagi ini cukup sampai di sini. Saya harap, materi yang tadi saya jelaskan dapat dipahami dengan baik. Kalian sudah boleh keluar sekarang ...." Hingga sang dosen pun mempersilakan para mahasiswa untuk meninggalkan ruang kelas lebih dulu.
Iza dan Ivy pun segera memasukan alat tulis ke dalam tas masing-masing. Mereka berdua lantas beranjak ke luar kelas menyusul yang lain.
"Hiks, aaaa!"
Baru sahaja menginjakkan kaki di anak tangga ke tiga menuju lantai dasar, suara anak kecil terdengar jelas. Telinga Ivy terasa familier dengan suara tersebut, tetapi dia tak yakin. Pasalnya diri mengira jika suara tadi milik Mia, tetapi mana mungkin anak itu berada di kampus ini.
"Kok, kaya suara nangis Mia, ya?" Bahkan Iza mengira hal serupa.
Perempuan itu langsung menambah kecepatan langkah. Mendahului Ivy di belakang raga yang sejujurnya juga penasaran.
"Lah, Mia? Kok, bisa di sini?"
Faktanya dugaan beberapa detik lalu seratus persen benar. Suara tangis tadi adalah milik Mia yang sedang berada di gendongan Kaisar. Entah bagaimana bisa anak dan ayah itu berada di sini.
"Ivy mana?" Hingga balasan Kaisar dari pertanyaan Iza barusan justru menanyakan keberadaan Ivy.
"Kakak!"
Belum sempat Iza merespon, Mia lebih dahulu berteriak sebelum memaksa turun dari gendongan sang ayah. Anak kecil dengan pakaian bergambar helo kitty ini lantas berlari menuju ujung tangga di mana Ivy baru sampai di lantai dasar.
"Atu tangen sama Kakak! Mo endong!" Kedua tangan mungil Mia menjulur ke atas, kode meminta digendong oleh Ivy yang tidak seantusias biasanya bila bertemu anak berpipi gembul itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN 1922 [Selesai!]
RandomRate: 13+ Ivy dan Iza, mereka dekat bagaikan saudara. Namun, mereka memiliki tipe idaman lelaki yang jauh berbeda. Iza si pecinta lelaki dewasa dengan sikap tegas, tetapi hangat. Sedangkan Ivy dengan tipe lelaki humoris sehingga bisa mengembalikan m...