"Lihat, bahkan sang pecundang itu hanya bisa pasrah."
_KKN 1922_
•••
Perempuan bersurai hitam lurus tampak menangis di dalam kamar mandi. Di tangan kanannya, dia sedang memegang sebuah benda pipih persegi panjang berwarna putih dengan dua garis merah di bagian tengah. Susah payah mulutnya menahan isak tangis agar tidak terdengar sampai ke area luar.
Sungguh, dia sama sekali tidak menyangka jika hal ini akan terjadi.
"Kak, lama amat di dalem! Gue juga mau masuk, nih!"
Hingga suara cempreng sang adik terdengar mengejutkan dari depan pintu kamar mandi.
Sekali lagi, dia mengucek mata, memastikan bahwa penglihatannya salah. Namun, hasilnya tetap sama, dirinya dinyatakan positif hamil. Sudah tiga tespack yang digunakan sedari tadi untuk memastikan rasa mual yang sejak semalam melanda.
"Kak?! Gue dobrak, nih lama-lama!"
Akibat panik, perempuan yang tak lain adalah Dita itu buru-buru memasukan ketiga tespack di tangan ke dalam saku celana. Namun sayang, tidak sadar satu benda sakral itu terjatuh ke lantai, sebab terlalu panik ketika Anna menggedor-gedor berulang kali.
"Maaf, ya ...," kata sang empu saat pintu kamar mandi sudah terbuka dan dibalas embusan napas oleh sang adik.
Mata Anna tak salah melihat, dia yakin jika pelupuk mata kakak sulungnya ini sembab---seperti orang sehabis menangis. Namun, dia memilih urung bertanya karena rasa mulas si perut sukar terkondisikan lagi.
Hingga setelah rasa lega didapat dan ingin kembali keluar, netra menangkap keberadaan benda familier di lantai kamar mandi. Sontak dia memungut, memperhatikannya lamat-lamat sebelum jantung dibuat berdetak lebih cepat.
"Positif? Apa mungkin ini punya Kak Dita?"
Anna tidak sepolos itu. Dia sudah menginjak masa putih abu-abu di tingkat akhir. Bukan tanpa alasan pula otak menerka demikian. Orang yang terakhir kali memakai kamar mandi ini adalah sang kakak sulung pun kelopak mata perempuan itu sempat terlihat sembab beberapa menit lalu.
"Gue harus lapor papah!" Dengan perasaan campur aduk, Anna mencari keberadaan Nurudin sembari membawa benda sakral di cekalan jemari.
Sedangkan di kamar pribadinya, Dita sedang melakukan sambungan telepon dengan seseorang. Mereka terdengar beradu argumen sembari diiringi suara tangis Dita sendiri.
"Pokoknya aku nggak mau tau, kamu harus tanggung jawab!"
"Gue nggak bisa. Jadi, lo harus segera gugurin anak haram itu. Kalo nggak, berarti lo siap buat nanggung rasa malu itu sendiri."
Bip!
Tangis Dita bertambah pecah. Dia menyesal karena termakan bujuk rayuan lelaki brengsek yang sudah menjalin hubungan asmara dengan dirinya secara diam-diam selama enam bulan.
Brak!
"Jadi, itu benar, Dita?!"
Tubuh Dita sontak bergetar hebat saat tiba-tiba sang ayah masuk disertai wajah murka. Ditambah tangan beliau memegang sebuah tespack yang terdeteksi miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN 1922 [Selesai!]
RandomRate: 13+ Ivy dan Iza, mereka dekat bagaikan saudara. Namun, mereka memiliki tipe idaman lelaki yang jauh berbeda. Iza si pecinta lelaki dewasa dengan sikap tegas, tetapi hangat. Sedangkan Ivy dengan tipe lelaki humoris sehingga bisa mengembalikan m...