Dua Puluh Delapan {KKN 1922}

77 14 5
                                    

"Cinta memang seindah itu. Namun, perlu diingat bahwasanya sesuatu yang manis kerap membawa rasa sakit."

_KKN 1922_

•••

Usaha keras Kaisar membuahkan hasil. Pria itu benar-benar menjalankan tugasnya untuk mengorek informasi pasal kehamilan Dita melalui Yuki dan juga Winter.

Awalnya dua perempuan itu memang enggan memberi tahu. Bahkan menaruh curiga kepadanya. Namun, sebisa mungkin pria itu menampik agar rasa curiga Yuki dan Winter teralihkan. Maklum sahaja jika dirinya berhasil, mengingat pesonanya memang begitu dahsyat sehingga membuat dua perempuan sekaligus sukar berpaling.

Statusnya memang duda, tetapi pasal fisik masih terlihat seperti perjaka.

"Gue udah dapet alamatnya. Kita ke sana sekarang?" tanya Kaisar sembari memegang secarik kertas di tangan kanan.

Marka pun mengangguk setuju. "Pake motor lo aja kalo gitu."

Mendengar itu, Kaisar spontan menautkan alis. "Ya, jelas. Emang lo ada motor?"

Kedua orang itu lantas hanya saling menatap dengan sorot jenaka.

Sedangkan di dekat mereka, Ivy sedang menggendong Mia yang tengah memakan sebuah biskuit. Anak ini tampak tenang dengan jemari sesekali memainkan rambut hitam pendek Ivy.

"Em, aku nggak perlu ikut 'kan? Soalnya---"

"Kamu jaga Mia aja. kasian kalo dia ditinggal sendirian." Kaisar langsung memotong ucapan Ivy barusan. "Dan ... doain semoga niat baik kami bisa berhasil."

Dalam sekejap, ritme jantung perempuan bermata empat tersebut meningkat. Dia bisa melihat senyum menawan Kaisar yang terlukis khusus untuk dirinya. Jika diingat, baru kali ini pria itu melempar senyum setulus ini, ditambah dia juga mengusap puncak kepala milik dirinya sebelum pergi mengendarai sepeda motor.

Rasanya benar-benar seperti mimpi. Jika boleh dibayangkan, mereka seperti keluarga kecil yang ditinggal pergi oleh sang kepala keluarga untuk mencari nafkah.

Sedangkan di lain tempat, Marka dan Kaisar telah tiba di sebuah gedung cukup besar. Dia langsung masuk ke dalam dan menanyakan pasal seseorang kepada pihak administrasi. Bertepatan dengan itu, pria yang mereka cari keluar dari sebuah ruangan.

Sosok tinggi dengan jas hitam dan rambut tertata rapi tampak berjalan melewati mereka berdua. Dengan sigap, Marka sontak berjalan mendahului guna menghadang pria dengan kumis tipis tersebut.

"Ada apa, ya, Mas?" tanya pria itu, kebingungan.

Marka tak serta merta merespon. Dia justru memperhatikan penampilan kaum adam di depan raga dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Benar Mas yang namanya Tomi?" tanya Kaisar mewakili jawaban Marka.

Dari air muka, pria yang diketahui bernama Tomi ini terlihat waspada. Dia memandang bergantian Kaisar dan Marka yang juga menatapnya balik disertai sorot serius.

"Iya, saya Tomi. Ada apa, ya? Dan Mas-Mas ini siapa?"

Jemari Kaisar lantas segera mengaktifkan ponselnya, membuka galeri lalu mengklik satu foto seorang wanita. Dia lalu menunjukkan secara terang-terangan gambar tersebut di depan wajah Tomi.

"Lo pasti kenal dia 'kan?"

Seluruh kulit wajah Tomi seketika berubah pucat pasi. Bola mata jua sempat membola diikuti kesepuluh jemari mengepal erat yang jelas membuat Kaisar dan Marka semakin yakin bahwa dia adalah sosok incaran sedari kemarin.

KKN 1922 [Selesai!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang