Sebelas {KKN 1922}

113 12 37
                                    

"Entah apa status mereka, yang terpenting nggak ada hubungan melibatkan hati, bukan?"

_KKN 1922_


•••

"Aaaa!"

Suara cempreng itu terdengar nyaring di lantai dua Kos Putih. Sampai orang-orang yang ada di kamar masing-masing merasa terganggu---meskipun dianggap wajar jika di area kos masih kerap terdengar suara bising di jam 8 malam.

"Siapa, sih, Vy?" Iza yang kebetulan sedang berada di kamar Ivy pun bertanya dengan nada kesal. "Siapa yang malem-malem gini bawa anak kecil coba. Ganggu aja!"

Ivy hanya mengedikkan bahu. Namun, karena penasaran jua, dia lantas membuka sedikit pintu kamarnya guna mengintip ke luar siapa yang kira-kira membawa anak kecil ke dalam kos.

Ketika netra menangkap sosok menggemaskan tak asing di depan sana, bola mata redupnya sontak membola. Dia refleks menutup rapat kembali pintu tersebut sebelum beralih memandang Iza disertai sorot terkejut. "Ada anak kecil yang katanya keponakan Kaisar."

Mendengar itu, air muka Iza seketika berubah. Atensi beralih cepat dari layar ponsel pada Ivy yang menatapnya balik.

"Sama siapa dia malem-malem ke sini?" Saat itu pula, di benak Iza timbul berbagai pertanyaan. Rasa penasaran terhadap keponakan Kaisar kian menjadi-jadi.

"Kamu penasaran juga 'kan? Kalo gitu, ikut aku buat cari tau!" Dengan semangat, dia kemudian menarik tangan Ivy untuk keluar dari kamar menuju target yang kini tengah berada di gendongan sang paman.

"Nggak usahlah. Ngapain? Nanti disangka gimana-gimana!"

Iza berdecak tatkala kalimat tersebut terlontar dari mulut perempuan di samping kanannya. "Udah, nggak papa. Kamu juga mau tau 'kan tentang mereka? Tenang ada aku, nanti biar aku yang eksekusi!"

Ivy hanya bisa pasrah jika rasa penasaran temannya ini sudah membara. Iza memang sukar dihentikan apabila berurusan dengan rasa penasaran. Namun, bukan masalah besar baginya karena dalam hal ini dirinya juga akan diuntungkan, dalam artian menjadi tahu tentang anak kecil itu.

"Aku bakal ada dinas ke luar kota. Mia maunya sama kamu, jadi nggak masalah 'kan? Kalo nggak diperpanjang, cuma selama empat hari tiga malam."

Kata-kata itulah yang pertama kali Iza dan Ivy dengar tatkala mereka berdua berdiri di sisi dinding pembatas antara lorong dengan dapur. Di otak Iza, dia menerka bahwa perempuan itu ingin menitipkan anak perempuannya kepada Kaisar selaku sang kakak kandung.

"Oke, gue harap lo nggak lupa buat balik," Balasan Kaisar terdengar datar.

"Iya, kalo gitu aku duluan, ya." Perempuan itu pun pergi meninggalkan sang putri begitu sahaja.

Sekarang, tiinggallah Mia dan Kaisar berdua di depan tangga. Kebetulan sekali ketika mereka berbalik badan, Kaisar langsung memergoki keberadaan Iza dan juga Ivy.

"H-hai, Kak!" sapa Iza keluar dari balik dinding sembari menampilkan senyum kikuk. "Keponakannya bakal nginep di sini, ya?"

"Nguping?" Respon Kaisar cukup ternilai ketus. "Kalian kebiasaan. Gue harap, lain kali nggak ngulangi. Paham?"

Iza meringis merasa bersalah, sementara Ivy diam-diam mencubit paha Iza, sebab kesal karena telah tertangkap basah oleh objek utama mata mereka.

"Nama keponakannya siapa, Kak? Lucu banget, sih! Gembil pipinya. Oh, ya ... dia umur berapa?" Iza melangkah mendekat, berniat mengusap pipi putih anak yang sebenarnya sudah diketahui namanya berkat menguping beberapa detik lalu.

KKN 1922 [Selesai!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang