Tiga Puluh Empat {KKN 1922}

74 15 10
                                    

"Cinta memang begitu. Mampu membuat otak yang waras menjadi gila!"

_KKN 1922_

•••

Iza benar-benar ikut pulang ke asal daerah pada hari senin pagi. Seharusnya pagi ini dia mengikuti kelas kuliah pagi, tetapi apalah daya. Sang ibu tetap memaksa, padahal perempuan itu sudah membuat alasan akan mengikuti sebuah kuis salah satu mata kuliah.

"Mamah harap kamu nurut, jangan coba ngebantah."

Iza tak merespon. Dia lantas masuk ke kamar dan sengaja menutup pintu dengan membanting. Anggap saja sebagai ekspresi perasaan yang sukar terutarakan.

Ternyata kisah asmara dirinya tidak sesuai ekspektasi. Diri kira kisah cintanya akan berakhir bahagia seperti Ivy, tetapi justru berbanding balik.

Sebenarnya bisa sahaja jika dia memilih kabur. Pergi dari rumah agar perjodohan itu tidak sampai terjadi. Namun, jika dipikir-pikir, mau bertandang ke mana apabila dia pergi? Selain belum berpenghasilan secara mandiri, di luaran sana tidak ada kenalan yang mampu membantu agar bisa terbebas dari masalah yang membuat hati merasa tersiksa.

Bukan apa-apa. Masalahnya, sang ibu memberi tahu pasal perjodohan ini terbilang mendadak. Ditambah, wajah dari calon suaminya saja netra belum sempat melihat. Maklum apabila Iza menginginkan jodoh yang rupawan, sebab membina rumah tangga bukan hanya selama satu sampai dua tahun. Melainkan sampai ajal menjemput jika Tuhan mengizinkan.

Pun, karakter satu sama lain belum saling mengenal. Iza khawatir jika lelaki yang akan menjadi suaminya nanti memiliki sifat tempramental dan egois.

"Gimana? Iza udah siap? Nanti malam acara pertunangan bakal dilangsungkan."

Deg!

Mendengar percakapan dari luar kamar, Iza spontan berdiri dari posisi duduk di sisi ranjang. Dia yang memang sedang berusaha menenangkan diri justru kembali dibuat emosi. Namun, bukannya amarah, malah air mata yang menetes membasahi kedua dinding pipi.

"Siapa yang mau tunangan?!" Iza keluar dari kamar seraya membiarkan air mata tetap terlihat.

Berharap dengan begini rasa belas kasih sang ibu akan diberikan. Namun, lagi-lagi percuma. Beliau justru memintanya untuk beristirahat karena malam nanti acara pertunangan akan diselenggarakan.

"Egois!" Suara Iza terdengar serak.

Tanpa aba-aba, dia lalu berlari keluar dari rumah melalui pintu menuju ruang tamu. Dia tak acuh saat ibu meneriaki histeris disusul ayah yang tadinya tengah duduk di teras bersama pria asing.

Otak perempuan itu sudah benar-benar buntu sekarang. Tanpa berpikir panjang, Iza lantas mendekat ke arah kali di samping rumah.  Menarik napas dalam, dihitungan ketiga raga langsung terjun ke bawah sana. Bertepatan dengan panggilan yang saling bersahutan dari beberapa orang.

Rasanya leher seperti tercekik. Ditambah, air kali itu cukup kotor pun arus sedang lumayan deras sehingga Iza sukar bernapas.

Dia tak tahu apa yang terjadi selanjutnya, sebab fokus mulai terkikis perlahan. Namun, di sisa kesadarannya, dia tahu terdapat orang yang ikut terjun ke kali bermaksud menyelamatkan. Iza tak bisa memastikan, tetapi dia sangat yakin bahwa itu adalah orang yang sampai kini masih menghuni relung hati.

KKN 1922 [Selesai!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang