Lima Belas {KKN 1922}

92 12 19
                                    

"Cinta itu ribet bagi sang pecundang.

_KKN 1922_

•••

"Gara-gara lo, rencana gue waktu itu gagal!" ujar Winter mengintip dari sela pintu kamarnya.

Marka baru sahaja keluar dari kamar. Entah pergi ke mana lelaki itu. Namun, yang jelas, dia tidak mengunci pintu kamarnya sehingga mempermudah siapapun masuk ke dalam sana—termasuk orang berniat jahat.

"Gue kerjain lo, siapa suruh ngeselin!" Winter lalu keluar dari kamar sendiri lantas mendekat ke arah kamar Marka. Sebelum masuk ke dalam sana, wajah terlihat menilik ke kanan dan ke kiri. Memastikan bahwa keadaan aman untuk dirinya melaksanakan misi guna membalas tingkah lelaki pengangguran yang dikenal sejak satu tahun belakangan ini.

Setelah keadaan dirasa aman, perempuan dengan jepit kecil di sisi kanan kepala itu buru-buru masuk ke ruangan milik Marka. Tak lupa dia kembali menutup pintu tersebut kemudian mencari benda yang ingin dia jadikan target utama.

"Nah, itu dia!" Kaki pun mendekat ke arah meja kecil di mana ponsel bermerek Oppo terlihat tergeletak di atas meja mini dengan keadaan sedang di-charger.

Winter berniat untuk meriset benda pipih itu sehingga seluruh file atau pun hal lain di dalam sana menghilang. Dengan begitu, dia yakin sang pemilik pasti akan merasa syok dan juga dibuat panik.

Namun, baru saja dia menekan tombol di sisi ponsel untuk menyalakan layar, diri sendirilah yang dibuat syok bukan main. Kedua mata menangkap foto wajahnya dijadikan wallpaper layar kunci gawai milik Marka.

Kenapa foto gue?

Brak!

Sontak tubuh kurus Winter tersentak dan refleks menoleh ke belakang. Di sana, Marka sudah berdiri dengan netra menatapnya disertai sorot mengintimidasi.

"Ngapain lo?" tanyanya garang.

Jelas Winter yang tertangkap basah seketika merasa kikuk. Spontan tangan meletakan kembali ponsel milik sang empu kamar ke atas meja. "G-gue cuma---"

"Sopan masuk ke kamar orang lain tanpa izin?"

Winter menelan ludah susah payah tatkala tatapan Marka semakin tajam, ditambah lelaki itu melangkah mendekat ke arahnya.

"Gue cuma mau minjem charger, kok. Sorry, deh kalo masuk tanpa izin izin!" Merasa situasi tak benar, dia pun melangkah ke samping berniat keluar dari sana di saat raga Marka sudah berdiri tepat di hadapannya.

Namun, jemari lelaki itu malah mencekal pergelangannya erat lalu berujar, "Katanya mau minjem charger, tapi kenapa nggak dibawa?"

Senyum miring Marka terukir, membuat kekesalan Winter yang tadinya berubah menjadi rasa panik seketika meluap lagi menguasai jiwa.

"Nggak jadi! Lepas, nggak? Gue mau balik ke kamar!" Dia pun berusaha melepas cekalan yang kini berubah menjadi cengkeraman. Menyebalkannya, sosok yang lebih tinggi darinya ini masih enggan membebaskannya begitu saja.

"Lo liat apa di hp gue?"

Jantung Winter berdebar lebih cepat kala tangannya ditarik sehingga kepalanya menabrak dada bidang Marka. Dia jua mampu merasakan degup jantung sang empu bahkan bau badan yang dikatakan cukup harum.

KKN 1922 [Selesai!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang