Lima {KKN 1922}

177 15 14
                                    

"Ekspresi wajah, sih emang biasa aja. Namun, di dalam dada sana jantung sedang berdisko ria!"

_KKN 1922_

•••

Tak terasa hari berlalu cepat. Hari minggu telah kembali datang. Anak Kos Putih memanfaatkan weekend ini untuk mengistirahatkan tubuh dari aktivitas berat di hari biasa. Bahkan ada di antara mereka yang memilih pulang ke rumah dan baru kembali ke kos di satu hari kemudian, sebab semua penghuni kos di sini adalah seorang mahasiswa juga pekerja.

"Yiha! Asoy!"

Seruan disusul suara musik dari dalam satu kamar di lorong lantai dua itu mendera keras, membuat penghuni kamar lain merasa terusik. Terutama Iza yang memang berdekatan dengan kamar nomor 24 itu.

"Nih, orang nggak tau waktu apa?! Masih pagi udah bikin emosi aja!" Iza mengomel dibuatnya.

Bahkan Ivy pun merasakan hal serupa. Padahal dia sedang berada di kamar mandi guna mencuci pakaian kotor selama satu minggu ini.

Saat hendak kembali ke kamar seusai pekerjaan pasal pakaian, dia dikejutkan oleh keluarnya Winter dari dalam kamar dengan hanya menggunakan dalaman, tanpa mengenakan atasan lebih tertutup. Begitu jua dengan Iza yang tadinya berniat menegur dan sekarang dia malah dibuat melongo.

Mungkin bagi orang lain ini hal biasa, tetapi tidak bagi dua perempuan tersebut. Mengingat singlet sudah termasuk pakaian haram yang dilarang digunakan untuk berkeliaran bebas apalagi jika sampai terlihat oleh lawan jenis.

"Lo ... anak baru?" tanya Winter tiba-tiba, memandang Iza dari atas sampai bawah.

"Iya. Lo juga?" Iza berusaha merespon biasa sahaja, padahal dalam benak dia merasa segan akibat first impression kepada perempuan yang lebih tinggi darinya di depannya kini kurang mengenakkan.

"Kenalin, gue Winter Rahayu. Primadona di kos ini!" Winter bersedekap dada, terlihat songong di mata Iza dan Ivy.

"Lo juga anak baru 'kan?" Kini dia beralih pada Ivy yang belum masuk ke dalam kamar.

"Iya, aku Ivy," jawab Ivy seadanya.

Seketika air muka Winter berubah. Dia memutar bola mata, jengah mendengar sapaan 'aku' yang Ivy gunakan. "Sok lemah lembut banget."

Di luar itu, telinga ketiga gadis seumuran tersebut mendengar derap samar seseorang di sepanjang lorong. Benar saja, tak lama kemudian sosok tak asing muncul dengan wajah terlihat segar. Ivy yang menduga jika lelaki itu baru selesai mandi menjadi teringat kejadian tatkala mereka bertemu di saat Kaisar sekadar mengenakan handuk di bagian bawah. Rasanya amat memalukan.

"Eh, Kak Kaisar! Udah lama, nih kita nggak ketemu! Kakak kangen nggak sama aku?"

Rasanya Iza ingin muntah kala mendengar suara mendayu Winter barusan. Amat berbanding balik ketika berinteraksi bersamanya tadi. Dia kira perempuan berkulit putih bersih tersebut merupakan tipe perempuan ber-value tinggi. Namun, ternyata ekspektasinya salah besar.

"Nggak usah deket-deket."

Ivy dan Iza sebisa mungkin menahan tawa manakala Kaisar mendorong Winter yang bergelayut manja di lengan kekarnya.

KKN 1922 [Selesai!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang