15. Kakek yang lain

1K 92 3
                                    

Naya terbangun merasakan sesuatu menggesekkan pundaknya. Perlahan matanya terbuka. Dia sedikit menoleh ke belakang, kemudian kembali pada posisi awalnya sambil memeluk putri kesayangannya. Membiarkan tangan Reno yang terus merayap di tubuhnya. Jika dilarang pun lelaki itu tidak akan menghentikan aksinya.

"Yah—" kemudian dirasakannya sebuah tangan memeluk perutnya. Naya tersenyum dan mengusap tangan itu.

Sentuhan-sentuhan di tubuh dan ciuman di pundaknya semakin menjadi. Meskipun risih, Naya tetap menikmatinya. Ya, mau bagaimana lagi?

"Pasti ada maunya deh," asumsi Naya.
"Enggak—aku cuma pengen manja-manja aja sama istri aku. Emang gak boleh?"

"Tadi malem kamu pulang jam berapa?" Naya meremas rambut bagian belakang kepala Reno.

Tak lama dari peristiwa pemecatannya di kantor lama, Reno kembali mendapatkan pekerjaan, yaitu menjadi karyawan di suatu perusahaan swasta dengan bantuan temannya. Tidak seperti pekerjaan sebelumnya, beberapa bulan terakhir ini Reno sering pulang larut malam karena jadwal lemburnya. Hal itu dia lakukan semata untuk menambahkan gaji, sesuai dengan kontrak kerja yang ditawarkan perusahaan.

"Gak tau. Kayaknya jam 11 atau 12."

"Rolan mana?"
"Tuh." Reno menunjuk dengan mulutnya ke arah sofa.

"Kebiasaan deh kamu. Nanti kalo dia nangis gimana?"
"Gampanglah." Reno kemudian mencium bibir istrinya itu.

Naya ikut terbawa suasana, dia pun membalas ciuman suaminya itu. Mereka saling mengecap satu sama lain hingga posisi tubuh Reno sudah berada di atas Naya. Dua tangan Naya terulur melingkari leher pria di atasnya, sedangkan salah satu tangan Reno menyingkap daster yang dikenakan Naya dan tangannya mulai menangkup dan meremas bongkahan dada tanpa pelapis.

Tersadar akan sesuatu, Naya segera melepaskan ciumannya dan mendorong pundak telanjang Reno untuk menjauh.

Wajah Reno menunjukkan kebingungan dan bertanya-tanya. Kenapa permainannya dihentikan?

"Nggak, nggak—aku baru inget." Naya beranjak dari ranjang dan berjalan menuju meja untuk mengambil ponselnya, lalu mengotak-atik ponselnya itu untuk mencari sesuatu.

"Kenapa, Bu?" Reno mendudukkan dirinya di pinggir ranjang.

"Ini." Naya menunjukkan layar ponselnya kepada Reno. "Ada yang ngirimin video-video ini ke aku."

Sepersekian detik Reno membulatkan matanya. Video-video itu adalah video seks Reno dengan mantannya, yaitu Bianca.

"Hah—" Reno menghela napas panjang, "Pasti Bianca yang ngirim," duganya.

"Kamu cemburu?" Naya menggelengkan kepalanya. Bahkan ketika mendapatkan pesan berisikan video yang banyak itu, dia tidak marah ataupun sedih karena dia tau video-video itu sudah lama terjadi, sebelum dia bertemu dengan Reno.

Naya kembali berbaring di atas kasur dengan iseng dia memutar salah satu video itu dengan volume kecil.

"Gak usah diliat dong." Reno berusaha merebut ponsel itu.
"Ihh—aku mau liat." Alhasil Reno ikut menonton video vulgarnya itu.

Suatu peristiwa yang aneh bagi Naya. Menonton video-video intim dari suaminya dengan wanita lain.

"Emang aku sekurus itu ya?" Reno aneh sendiri melihat dirinya di video itu.
"Kamu dulu tuh cungkring banget tau gak. Jelek," ejek Naya.

Memang jika dibandingkan dengan keadaan fisik Reno saat kuliah dengan dirinya setelah memiliki anak, sangat berbeda dan terjadi banyak sekali perubahan, salah satunya tubuh Reno yang cukup berisi dengan sedikit berotot meskipun tanpa otot di perutnya.

Rumah di Ujung SanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang