20. Pesta Ulang Tahun

862 107 2
                                    

Tiba pada hari Sabtu pagi, Putra telah mengirimkan seorang supir pribadi beserta mobil jemputan yang diperuntukan untuk keluarga kecil Reno. Meskipun acara dilaksanakan pada malam hari, tetapi mereka berangkat sejak pagi karena Putra yang meminta dengan alasan ingin lebih lama bermain dengan cucu-cucunya. Reno juga disarankan untuk menginap sampai Minggu sore.

"Kakak pindah yuk. Tukeran posisi sama ibu. Ibu yang duduk di tengah." Mereka sedang bersiap untuk pergi ke rumah Putra. Saat ini Rolan duduk di antara kedua orang tuanya dan
Nala yang berada di pangkuan Reno.

"Kok gitu?" Rolan tidak begitu mengerti apa mau ayahnya itu.
"Ayah mau deket ibu."

"Kakak juga mau sama ibu."
"Iya, kakak tetep bisa sama ibu. Ibu di tengah. Kakak di pinggir deket jendela. Nih, ayah juga deket jendela." Mendengar itu Rolan pun mau walaupun masih belum cukup mengerti maksud dari itu semua.

Sebelum mobil berjalan, mereka mengubah posisi duduk yang diinginkan oleh Reno.

"Nah, gini 'kan enak," bisik Reno tepat di telinga Naya, dan langsung memeluk lengan istrinya itu. Begitupun dengan Rolan, mengikuti yang dilakukan ayahnya.

"Ibu dijagain dua cowok ganteng," ucap Naya.
"Enggak, aku aja yang ganteng, ayah jelek," ledek Rolan sambil tertawa.
"Heh, kamu tuh ganteng DNA-nya dari ayah. Berarti ayah yang lebih ganteng." Reno tak mau kalah.

"Ibu." Rolan mengadu.
“Iya, kakak yang paling ganteng,” tenang Naya dan mobil pun bergerak melaju menuju tempat yang dituju.

Satu setengah jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan dengan selamat. Ketika keluar dari mobil, keluarga kecil itu disambut oleh Putra dan cucu pertamanya, yaitu Bian yang telah berusia sepuluh tahun. Rolan senang melihat sosok kakeknya itu dan teman baru yang merupakan sepupunya itu.

Selain pemilik rumah, Bu Yanti juga ikut menyambut keluarga Reno. Ibu itu sudah bertahun-tahun setia bekerja dengan Putra. Reno dan Naya diarahkan menuju kamar tamu tempat mereka bermalam, setelah itu mereka diajak berkeliling pekarangan rumah. Rolan bisa mengakrabkan dirinya dengan Bian, tidak ada kecanggungan. Bian juga mengajak dan mengajarkan sepupunya untuk bermain konsol game miliknya.

Reno hanya sekedar bertegur sapa saja kepada keluarga dari ayahnya. Dika dan Adri pun tidak begitu memedulikannya, sedangkan Sisi yang merupakan istri Dika terlihat senang akan kedatangan Naya, mereka saling menyapa dan bercengkerama. Reno mengedarkan pandangannya seperti ada anggota keluarga yang tidak hadir dan Putra memberitahu bahwa Raina dan Ari akan datang nanti malam ketika acara.

Siang harinya, mereka semua makan siang bersama. Di sela menikmati hidangan, Putra memberitahu bahwa acara nanti malam adalah pesta ulang tahunnya dan akan dilaksanakan di sebuah restoran all you can eat, dia juga mengundang karyawan yang bekerja di perusahaannya. Restoran itu telah di pesan untuk pesta ulang tahunnya nanti malam.

Naya terlihat tidak enak dan meminta maaf karena tidak mengetahui tanggal ulang tahun mertuanya itu dan datang tanpa membawa satu pun hadiah. Dia pikir mereka hanya menghadiri suatu acara makan malam biasa saja. Bahkan Reno pun tidak mengetahui kapan ulang tahun orang tuanya itu.

“Kalian mau datang ke sini juga udah termasuk hadiah kok buat papa. Apalagi rumah jadi ramai ada cucu-cucu papa.” Selain itu Putra juga memberikan beberapa pidato singkatnya kepada anak dan cucunya. Suatu hal yang langka melihat mereka semua berkumpul bersama dan tanpa perselisihan. Putra sangat terharu melihat ini semua. Dia juga meminta maaf secara tulus kepada Reno.

Setelah makan siang, Putra ingin berbincang dengan Reno dan Naya, tetapi hanya Naya yang bersedia, Reno secara tidak langsung menolak dengan alasan ingin menemani kedua anaknya tidur siang.

Rumah di Ujung SanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang