Udara pagi yang segar sulit tak dihiraukan untuk dihirup, terutama di kota besar yang sebagian besar udaranya telah tercampur berbagai macam polusi. Berjalan menuju tempat tujuan dengan penuh senyuman yang terpancar jelas dari wajah Naya. Mengingat lagi masa di mana dia menjadi mahasiswa yang sedang sarapan di pinggir jalan yang tak jauh dari kosannya.
Kedatangan Naya ke kosan dulu tempat dia tinggal bersama Reno, sangat mengejutkan Melani. Memang mereka akan bertemu dan bepergian bersama, tetapi Melani tidak menyangka Naya akan datang sepagi ini dan bahkan menjemputnya ke kosan.
Naya datang lebih awal dari yang direncanakan karena ingin naik kendaraan umum, yaitu bus, dan halte bus tersebut hanya beberapa meter saja dari gang kosan mereka. Naya hanya ingin menikmati kembali momen-momen yang dulu pernah dia jalankan, pulang dari kampus menggunakan kendaraan yang biasa dia tumpangi.
"Nay, kenapa ke sini?" heboh Melani yang masih mengenakan piyama merah mudanya dan bahkan menyentuh air untuk mandi pun belum. "Janjiannya juga 'kan siang, Nay." lanjutnya sedikit malu dengan penampilannya sendiri.
"Pengen aja." Naya mendorong Melani untuk kembali masuk, dan menutup pintu depan kos. "Santai aja, Mel. Aku emang pengen main ke sini. Gak apa-apa nanti kita perginya siang aja."
Ketika berjalan menuju kamar Melani, samar-samar, Naya mendengar suara desahan perempuan dan erangan laki-laki, sangat pelan, yang paling terdengar oleh telinga Naya adalah bunyi alat kelamin mereka yang saling bertabrakan. Mengambil langkah kaki besar, Naya menyusul Melani masuk ke kamar.
"Masih bebas ya di sini," gumam Naya dan mereka berdua tertawa. Melani tersenyum dan mempersilakan Naya untuk duduk di lantai samping kasurnya.
"Pasti kamu belum sarapan 'kan? Nih aku beli nasi uduk." Naya memperlihatkan kantung plastik hitam berisikan bungkusan nasi uduk. Binar mata Melani terpancar akibat kelaparan, sejak pagi buta dia sudah disibukkan dengan kerjaannya di laptop yang tidak juga selesai.
Naya keluar kamar menuju dapur untuk mengambil piring dan sendok. Begitu ingin kembali ke kamar Melani, dia bertatapan dengan sepasang kekasih yang baru saja keluar dari kamar dengan penampilan yang berantakan. Naya sedikit menunduk dan memberikan senyuman kepada dua orang itu, lalu kembali masuk ke dalam kamar.
Mereka menikmati menyantap sarapan dengan berbincang, di awali dengan kegiatan sehari-hari mereka, Naya dengan cerita tentang kedua anaknya dan Melani yang menceritakan rekan kerjanya yang menyebalkan. Juga rencana Melani yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang S3.
"Nay, aku pengen cerita." Wajah Melani mendadak serius. Dia sedikit menimbang-nimbang omongannya.
Naya menyuap nasi suapan terakhir ke dalam mulutnya sambil menunggu ucapan yang akan dari mulut Melani.
"Aku 'tidur' sama Alvin." Mendengar pernyataan itu Naya langsung tersedak makanannya. Melani panik menepuk punggung Naya dan menyodorkan botol minumnya.
"Sekaget itu kah kamu, Nay?" Melani menunduk, jari tangan menekan dahinya dengan siku yang bertumpu pada pahanya.
"Ya iya lah, Mel. Aku gak nyangka aja, kalian 'kan kayak Tom and Jerry sering berantem," kejut Naya yang sambil membersihkan bibirnya.
Melani menarik napas. "Tapi, aku pake kondom." Sekali tarikan napas dia berucap.
"Bagus." Mengingat kilas balik Naya yang tidak baik-baik saja tanpa kondom-pada saat itu. "Kalian ngelakuinnya sadar 'kan?" Melani mengangguk.
"Kok bisa?" Naya sungguh penasaran.
Melani pun menjelaskan, saat liburan semester lalu, mereka yang mahasiswa S1 pulang ke rumah masing-masing, alhasil kosan hanya tersisa mereka-mereka yang tidak pulang kemana pun, termasuk Alvin, Melani, dan dua mahasiswa semester akhir yang sedang mengerjakan skripsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah di Ujung Sana
ChickLitTernyata menikah bukan hanya perkara zinah yang halal dan hidup bahagia karena memiliki anak yang lucu. Masalah pasti akan datang kepada mereka yang masih bernapas di bumi ini. Terutama masalah dalam rumah tangga. °○° 21+ Cerita kedua lanjutan dari...