08

24.1K 1.1K 4
                                    

Hi bantu sebarin cerita aku kalau menurut kalian bagus ya:)
.
.
.
Jangan lupa follow vote and komen!

Zura bangun dari tidurnya dan saat dia melihat ke samping disana sudah ada Aksa yang tidur di dekatnya dengan posisi duduk.

Zura masih takut dengan Aksa tapi dia juga kasihan melihat Aksa, dari wajahnya terlihat jelas bahwa cowok itu sedang lelah, "a-a- aksaa ayo... bangun" Zura menoel-noel lengan Aksa dengan takut-takut.


"Hm." Aksa membuka matanya dan hal yang pertama dia lihat adalah Zura. Zura yang memandang dirinya dengan takut-takut mungkin akibat kejadian kemarin.

"Zura tangan Zura udah gpp?" Tanya Aksa, dia memeriksa tangan gadisnya dengan telaten dan hati-hati takut akan terasa sakit. "Perih...," adu Zura memegang lengannya dan mengusap nya pelan.


"Maafpin Zura Aksa" Aksa menundukkan kepalanya, dia sangat menyesal dan merasa bersalah sekali apalagi dengan apa yang sudah dia perbuat pada gadisnya.

"Iya Aksa, udah Zura maafpin kok!" senyum Zura sangat manis sekali.

Aksa tersenyum senang melihat respon Zura, dia membawa gadis itu ke dalam pelukannya  sungguh dia menyesal telah melakukan hal kasar kepada Zura. Sekali lagi dia sangat menyesal.


"Tapi Aksa gakboleh main bunuh-bunuhan lagi!" Zura memamerkan wajah sok marahnya pada Aksa, bukannya terlihat garang malah terlihat sangat lucu sekali.

Aksa tertawa kecil melihat wajah Zura yang bukannya galak malah seperti anak kucing, "iya Zura aksa janji" Aksa memberikan jari kelingkingnya ke pada Zura.

Zura mengaitkan jarinya dengan jari Aksa dan tersenyum senang karena janji adalah janji dan dia yakin Aksa tidak mungkin ingkar janji padanya.

•••🖤•••

Semilir angin meniup rambut Zura yang kini sedang duduk santai di bangku taman depan kelas Aksa, dia menunggu cowok itu untuk pulang bersama.

"ZURAAA!" Aksa muncul dari belakang dengan sengaja karena ingin mengagetkan Zura."Ihhh Aksa nyebelin!" Zura mengerucutkan bibirnya sebal karena tingkah Aksa yang hampir saja membuat jantungnya copot.


"Kaget yaaa?" Aksa mengulurkan tangannya, "ayo pulang!" ucapnya sambil memandang Zura, dia tidak akan bosan dengan wajah imut itu.

Gadis itu segera berlari mendahului Aksa sampai setengah jalan dia berhenti dan membalikkan badannya, "Zura duluan wlekkk" Zura menjulurkan lidahnya ke arah Aksa.

Aksa tersenyum senang melihat tingkah Zura yang begitu menggemaskan diapun menyusul Zura sambil berlari.Alhasil mereka lari-larian sampai ke dalam mobil.


"Yeee! Zura menang hahaha Aksa kalah." Gadis kecil itu bersorak riang.

"Zura curang makanya Aksa kalah" Aksa menyusul duduk disebelah Zura.

"Bukan curang tapi Aksa aja yang lemah"  Zura menacungkan jari tengahnya didepan muka Aksa.

Hal itu tentunya membuat Aksa syok sekali, "Heh siapa yang ngajarin gini?" Aksa memegang jari tengah Zura dan menyentilnya.

"Aduhhhh" Zura menarik tangannya segera dari Aksa, menyembunyikannya menggunakan telapak tangan lainnya "kan cuman jari tengah lagian Zura gak tau artinya apa" Zura meniup-niup jari tengahnya.

"Sekarang Aksa maafpin Zura, tapi siapa yang ngajarin Zura kayak gini?" Tanya Aksa sambil menatap tajam Zura yang kini sudah menunduk tak berani menatap Aksa.

"Temen Zura" cicitnya hampir tak terdengar oleh Aksa.

"Lain kali gausah punya temen!"

"Tapi nanti Zura mainnya sama siapa?" Zura mendongakkan kepalanya melihat Aksa dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Sama Aksa aja" Aksa memilih menghadap depan karena kali ini dia tidak boleh luluh oleh sifat bocil SD kelas satunya ini, yup! Zura sudah naik kelas saat ini, waktu begitu cepat berlalu.

"Tapi Zura main sama Aksa pas Aksa jam istirahat, kalau di kelas nanti Zura main sama siapa dong? Lagian kenapa kita ga sekelas aja Aksa?" Tanya panjang.

"Karena Aksa sama Zura beda tingkat, soalnya Zura itu masih bocil dan Aksa udah besar" Aksa kemudian memejamkan matanya sejenak.

Zura merangkak naik ke pangkuan Aksa dan menoel-noel pipi Aksa, "Aksa bolehin Zura main sama sila ya."

Aksa membuka matanya dan menatap Zura yang kini sudah ada didepan matanya, nyaris terkikis oleh jarak "gaboleh!" ucap Aksa dengan tegas tanpa penolakan.

"Dasar pelit" Zura turun dari pangkuan Aksa, dia melipat tangannya dan memilih memunggungi Aksa lalu memfokuskan diri menghadap jendela, lebih baik menghadap jendela saja.

"Heum...padahal nanti sore Aksa mau ke mall beli mainan tapi kayaknya gak ada yang mau ikut deh" pancing Aksa, dia  memandang Zura yang kini sedang dalam mode marahnya.

"Barbie" ucap Zura tanpa mau membalikkan arahnya.

"Kayak ada yang bicara tapi dimana mukanya ya" Aksa memasang wajah pura-pura mencari tau.

"BARBIE" teriak Zura kini tepat berada didepan wajah Aksa.

"Kalau gitu gaboleh marah" senyum licik Aksa.

"Heum..." Zura menaruh dua jarinya di dagu dan berpikir sejenak "demi boneka Barbie Zura gak marah lagi" senyumnya.

Aksa mengelus rambut Zura, "Zura cengeng yang pintar" kekehnya.

Zura hanya cemberut tapi tidak marah karena dia takut nanti tidak dibelikan boneka oleh Aksa. Dia tidak suka di panggil cengeng namun kenyataannya dia memang cengeng sih.

.
.
.
Jangan pelit follow,vote and komen Napa beb!


AKSA AND THE LITTLE GIRL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang