11

21.7K 985 16
                                    

Hi jangan lupa follow vote and komen ya!
.
.
.
Ada yang mau disampaikan?

Rencana Aksa berhasil karena telah membujuk Zura untuk tidak masuk sekolah dengan alasan nanti tidak ada yang merawat tangannya.

Akhirnya Zura pasrah dan tidak jadi pergi ke sekolah, kini Zura dan Aksa tengah berada ditaman belakang mansion.


Zura memainkan handphonenya sedangkan Aksa merangkul Zura dalam pelukannya sambil mengusap rambut Zura lembut.

"Temen Zura ga bisa kirim tugas lewat handphone nya jadi dia katanya mau kesini." Zura mendongak melihat Aksa.

"Suruh datang aja." Aksa hanya menjawab asal saja karena dia saat ini sedang sibuk menikmati wajah gadis cantiknya ini.

"Tumben" Zura mengerjapkan matanya polos karena sebelumnya Aksa tidak pernah mengizinkan temannya datang, ntah itu yang cewek apalagi yang cowok jadi dari sd Zura memang tidak berteman dengan siapapun kecuali Aksa.

Aksa tidak membalas perkataan Zura karena sekarang dirinya benar-benar terpukau akan Zura, padahal kan setiap hari ketemu tapi ntah kenapa hari ini kecantikan Zura seperti bertambah seratus delapan puluh derajat.

Gadis itu men-share alamat rumahnya ke temannya yang akan datang mengantarkan tugas yang sempat dia tinggalkan.

Zura memegang tangan Aksa dan menyatukannya dengan tangan dia sendiri, "telapak tangan Aksa besar ya sampai tangan Zura kelihatan kecil."

Laki-laki itu tertawa karena perkataan gadis mungil nya  yang ntah kenapa menurutnya lucu saja, "kan Zura umurnya lebih kecil dari Aksa."

"Iih kenapa Aksa ketawa in Zura?" Zura menggerutu sebal lalu dia menggigit jempol Aksa dengan keras.

"Sssttt...aduh Zura nanti Aksa bisa jadi zombie loh kalau kamu gigit Aksa" Aksa berpura-pura meringis.

Gadis itu semakin sebal dia lalu menghempaskan tangan Aksa kasar, sungguh dia merasa sebal karena setiap dia marah pasti Aksa akan mengejeknya.

Sedangkan Aksa kini semakin tertawa melihat mimik wajah Zura yang sudah memerah akibat menahan amarah, sungguh meledek Zura adalah hal yang paling menyenangkan dalam hidupnya.

"Mohon maaf tuan muda diluar ada orang yang sedang mencari non Zura" ucap seorang pelayan yang tiba-tiba datang.

Aksa berdecak sebal karena kegiatan menyenangkannya terganggu.

Dengan cepat Zura berdiri lalu melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu tapi Aksa lebih dulu mencekal tangannya.

"Kenapa?" Tanya Zura masih dengan ekspresi sebalnya."Mau ikut!" Aksa bediri dan ikut melangkah mengekori Zura sambil tetap dengan posisi memegang tangan Zura.


Pintu dibuka lalu terlihatlah seorang cowok dengan postur tubuh tinggi tapi tidak tegap dan juga memakai kacamata.

"Dondon" Zura melepas tangan Aksa lalu berlari cepat kearah Dondon.

"Z--zura i-ni buku--nya" Dondon berbicara dengan gagap, bukan karena Dondon itu memang gagap ya tapi dia sedang merasakan aura gelap menguar disekelilingnya apalagi kini Aksa yang tidak pernah memutuskan pandangannya dari Dondon.

"Terimakasih Dondon" Zura tersenyum ke arah Dondon.

Dondon membalas tersenyum canggung setelah itu dia buru-buru berbalik dan pergi secepatnya dari kawasan rumah Zura.Zura ingin memanggil Dondon kembali tapi Aksa sudah terlebih dahulu menariknya.


"Aduh! Aksa lepasin Zura ih" Zura menghentak-hentakkan tangannya dengan keras tapi bukannya melepaskan justru Aksa semakin erat menggenggam tangan Zura.

Aksa membawa Zura ke arah kamar setelah itu dia mengunci pintu kamar dan mendorong Zura sampai ke dinding, "siapa cowok itu, kamu suka ya sama dia?" Aksa menatap Zura dengan tatapan seolah-olah akan memakan Zura hidup-hidup.

"Zura ga suka sama Dondon lagian biarpun Zura suka emang urusan Aksa apa?" Ntah keberanian darimana tapi Zura memang kesal dengan Aksa saat ini.

Masih du kuasai emosi Aksa mencekik leher Zura, "dengerin Aksa Zura! Aksa gak akan pernah biarin kamu deket sama cowok manapun sampai seumur hidup kamu kecuali sama Aksa!" nada Aksa seakan-akan memerintahkan Zura untuk menuruti perkataannya dan mutlak tanpa adanya bantahan.

Zura mencoba mencerna perkataan Aksa tapi sungguh rasa sakit dilehernya membuatnya tidak bisa fokus dengan apa yang dikatakan Aksa, "Aks--aa" Zura memukul-mukul tangan Aksa tanpa terasa air mata kini sudah jatuh dipipinya, Aksa sungguh mencekiknya dengan tenaga yang tidak main-main.

Ingatan di otaknya tentang masa kecilnya dan Aksa yang dulu pernah berjanji tidak akan saling menyakiti kini terulang lagi, Zura memang tau Aksa seringkali emosi tapi Aksa tidak pernah sampai mencekiknya seperti saat ini.

Aksa merasakan pukulan tangan Zura yang semakin kuat di tangannya diapun sadar dan langsung melepas cekikannya.

Zura terduduk lemas dia mencoba menghirup oksigen sebanyak mungkin tapi karena cekikan Aksa yang terlalu kuat sehingga diapun pingsan.

°°🖤°°

Aksa terus menggenggam erat tangan Zura, sejak kepergian dokter satu jam lalu dia terus merasa cemas karena Zura belum juga bangun bahkan dia tadi sempat menelpon dokter tersebut untuk datang kembali tapi dokter bilang tidak apa-apa.

Aksa sesekali mencium tangan Zura dia sungguh menyesal ntah kenapa mendengar ucapan Zura tadi sekaligus melihat interaksi Zura dengan orang selain dia membuatnya seakan gelap mata.

Dia juga bingung kenapa dia merasa seperti itu tapi dia selalu mencoba untuk menghentikan dirinya untuk tidak menyiksa Zura namun semua akan terasa sulit untuk dikendalikan saat semua terjadi.

Zura membuka perlahan matanya dia mengedarkan pandangannya sampai manik matanya bertemu dengan manik mata Aksa.

Zura merasakan tangan Aksa yang semakin erat menggenggam tangannya, dia lalu menghempaskan tangan Aksa dari tangannya dan memalingkan wajahnya untuk tidak melihat Aksa.

"Zura maafin Aksa."

Zura hanya diam tanpa menjawab sekarang didalam otaknya penuh dengan pikiran tentang dia harus waspada dengan perubahan sikap Aksa yang bisa saja nanti merenggut nyawanya.

Dengan rasa bersalah Aksa hendak kenbali menyentuh Zura, tapi Zura seakan tau dan semakin menggeser tubuhnya dari jangkauan Aksa.

Aksa sadar dia telah membuat Zura takut untuk yang kedua kalinya tapi dia benar-benar tidak sengaja, sungguh.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
See you next chapter again syg!

AKSA AND THE LITTLE GIRL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang