09

22.3K 1K 12
                                    

Hi bantu promosikan cerita aku ya ke teman² dekat kalian:)
.
.
.
Jangan lupa seperti biasa, follow vote and komen!

Zura berlari sambil menenteng tas dan air minumnya ke arah sekolah menengah atas yang ada disamping SMP nya. Dia mengatur nafas nya yang terengah-engah saat sudah tiba di depan pintu gerbang SMA yang tidak lain tempat bersekolah Aksa.


Dia melangkahkan kakinya menuju gerbang, "selamat siang menjelang sore pak satpam" sapa Zura pada satpam yang biasa jaga disana, dengan senyum manis yang tidak pernah hilang.

"Sore juga neng Zura pasti mau cari kakaknya ya?" Tanya pak satpam itu ramah seolah sudah sangat dekat dengan Zura.

Gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum setelahnya dia diperbolehkan masuk ke dalam. Sekolah Aksa dan sekolah Zura punya satu koneksi, jadi siswa SMP disekolah Zura diperbolehkan masuk ke dalam SMA tempat Aksa.

Zura melangkahkan kakinya menuju lapangan basket yang ada dibelakang karena jika hari Kamis maka Aksa akan ada di lapangan untuk latihan basket.

Zura duduk ditepi lapangan sambil mengedarkan pandangannya untuk mencari Aksa dan setelah bertemu Aksa barulah dia bisa tersenyum lega. Sesekali dia bertepuk tangan riang saat Aksa berhasil memasukkan bola ke dalam ring.

Aksa melangkahkan kakinya menuju arah Zura, "capek ga nunggu Aksa main?" Tanyanya pada Zura sambil duduk disebelah gadis cantik itu.

"Gak kok! soalnya kalau Zura lihatin Aksa main basket itu seru banget" kekeh Zura.

"Dasar gombal" Aksa mencubit hidung Zura gemas, "ihhh sakit tau" geram Zura kesal.

"Siapa suruh suka bikin hati Aksa bergetar."

"Aksa sakit ya? Makanya hati Aksa bergetar" Zura meraba dada Aksa untuk memastikan bahwa Aksa baik-baik saja.

"Sssttt... udahlah" Aksa jadi gemas sendiri jika melihat Zura yang bodohnya sampai pengen di banting.

"Ohh iya Zura punya sesuatu buat Aksa" Zura merogoh tasnya dan mengambil 20 amplop lalu menyodorkannya pada Aksa, "ini amplop dari teman sekelas Zura, ada juga yang dari Kakak kelas Zura tapi ketinggalan di laci Zura" cengir Zura.

Aksa yang mulanya berekspresi sumringah karena harap-harap akan mendapatkan sesuatu dari Zura yang selama ini tidak pernah memberinya hal spesial, ya... walaupun ada sebuah polpen harga 2 ribu,karena tidak sesuai dengan ekspektasi nya gadis itu merubah eskpresi nya menjadi datar.

"Buang!" ucapnya tak terbantahkan.

"Tapi kasihan temen-temen Zura yang udah nulis surat ini buat Aksa" dia memegang surat itu.

"Buang Zura!" Aksa kembali berucap.

"Kalau Aksa gak mau baca nanti Zura yang bacain kok" Zura langsung membuka salah satu amplop itu dan bersiap untuk membacanya.

Aksa yang sudah menahan marah dari tadi akhirnya langsung mengambil paksa surat itu dari Zura dan melemparnya ke tong sampah dekat mereka begitupun dengan surat lainnya, "udah dibilangan buang ya BUANG! gak usah jadi orang budek padahal telinganya masih normal, ngerti gak!"

Zura menunduk lalu mengambil botol air minumnya dan segera berlari dari arah lapangan, rasanya dia sangat malu sungguh malu karena saat Aksa membentaknya semua mata langsung melihat ke arahnya dengan berbagai tatapan yang tidak dia mengerti.

Laki-laki itu berdecak lalu setelahnya dia berlari untuk bergegas menyusul Zura, beruntungnya langkah Zura kecil jadi Aksa bisa mengejarnya dengan mudah.

Tapi karena tiba-tiba ada segerombolan orang menghalangi jalannya dia jadi ketinggalan jejak Zura, Aksa menggeram marah membuat semua atensi orang mengarah padanya.

Tanpa mempedulikan tatapan orang-orang padanya dia lebih memilih kembali ke kelas untuk mengambil tasnya dan setelah itu menuju parkiran karena pirasatnya berkata bahwa Zura pasti pulang duluan tanpa mau menunggunya.

•••🖤•••

Dan benar saja dugaan Aksa bahwa Zura sudah sampai rumah duluan, karena tadi dia melihat sendiri Zura turun dari taksi.

Aksa bergegas menuju tempat tidurnya dan Zura yang tidak pernah berubah dari desain maupun posisi, bahkan sedari mereka kecil.

Aksa mengedarkan pandangannya mencari Zura "ZURAAAAA."

"ZURAAAAA."

"ZURAAAAA."

Aksa berteriak ke segala sisi mansionnya tapi tidak menemukan Zura sampai dimana saat dia mengingat bahwa ada satu tempat yang belum di datanginya yaitu taman belakang.

"Zura" Aksa menghampiri Zura yang tengah duduk sambil memangku kedua kakinya,pakaian sekolahnya juga belum di ganti.

Saat menyadari ada seseorang didekatnya dia menoleh, dan benar saja saat dia mengangkat kepalanya disebelahnya sudah ada Aksa yang menatapnya.

Gadis itu menggeser tubuhnya menjauh dari Aksa tapi Aksa juga ikut menggeser duduknya sampai pada akhirnya Zura lah yang sebal sendiri "Aksa gausah deketin Zura."

"Maafpin Aksa Zura tadi Aksa cuman kesel karena Aksa memang ga mau terima surat dari orang-orang gila itu" jelas Aksa.

"Zura di sekolah ga punya temen terus kata mereka kalau Zura kasih suratnya ke Aksa nanti mereka mau jadi temen Zura" zura menjelaskan tanpa mau memandang Aksa.

"Buat apa temenan sama orang lain kalau ada Aksa yang selalu nemenin Zura" senyum Aksa sambil mengelus kepala Zura.

Zura menepis tangan Aksa dari kepalanya "Aksa punya banyak temen sedangkan Zura gak punya temen."

Aksa tersenyum senang "pasti cemburu" dia lalu semakin mendekatkan dirinya ke arah Zura dan merangkul gadis itu "Aksa bisa kok gak punya teman kalau Zura ga izinin Aksa temenan."

"Bukannya Zura ga mau Aksa punya temen tapi Zura juga mau banyak temen kayak Aksa" Zura menatap Aksa, tersirat penuh permohonan dari manik matanya.

"Zura dengerin kata Aksa ya" Aksa menangkup kedua pipi Zura lalu memandangnya dengan tatapan serius "pertemanan itu dapat membunuh Zura secara perlahan contohnya dulu pas Zura masih kelas 1 SD terus Aksa kelas 6 kan Zura lihat sendiri waktu dibelakang sekolah dua teman Zura meninggal karena saling bunuh mau rebutin Zura, emang Zura mau kejadian itu terulang lagi?"

"Ga mau" Zura menggeleng-gelengkan kepalanya cepat bayangan masa lalu yang membuatnya sempat tidak sekolah sampai sebulan terus berada dalam otaknya disaat dia dituduh menjadi penyebab dari meninggalnya dua orang temannya.

Aksa menahan kepala Zura "ssstttt nanti pusing" dia lalu memeluk Zura dengan erat sambil sesekali menepuk punggung Zura karena dia tau pasti Zura akan terus menangis jika mengingat kejadian itu.

Kejadian dimana Zura dibully habis-habisan setiap hari oleh murid-murid sekolah dasar sampai Aksa harus menyewa psikologi untuk menyembuhkan mental Zura disamping dia trauma karena dia yang pertama menemukan jasad temannya dalam keadaan mengenaskan, dia juga trauma karena bully an yang diterimanya ditambah dengan banyak nya orang yang tidak berpihak kepadanya kecuali Aksa oleh sebab itu dia bersyukur memiliki Aksa.

.
.
.
.
.
.
.

See you next chapter again syg!
-----
Tolong tandai yang typo!

AKSA AND THE LITTLE GIRL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang