12

20.3K 875 10
                                    

Hi readers terimakasi ya sudah mau baca cerita ini:)
Jangan lupa follow vote and komen. Tanpa kalian tau tindakan kecil kalian sangat berarti.
.
.
.
Tandai kalau ada yang typo!


Ntah karena alasan apa yang pasti tidak jelas, tapi saat ini Aksa memilih sekolah memakai motor dengan Zura.

Awalnya Aksa menolak keras Zura ingin masuk sekolah disaat keadaannya yang belum kurang membaik, tapi Zura tetap kekeuh dengan prinsipnya jadi mau tidak mau Aksa yang harus mengalah.

Zura memang tidak mengatakan apapun saat dia meminta sekolah tapi dia tetap duduk diam sambil memakai seragamnya disaat Aksa menyuruhnya mengganti baju.

Laki-laki itu kini memandang Zura dari kaca spion motornya, terlihat Zura yang tetap diam tak berkutik dia hanya terus menatap lurus dengan mulutnya yang bagaikan di selotip sampai enggan mengeluarkan suara.

Yup! Zura memang masih tidak mau berbicara karena apa yang sudah Aksa lakukan padanya bukanlah hal sepele yang hanya bisa di maafkan lewat kata.

Aksa menghentikan motornya didepan pintu gerbang sekolah menengah pertama itu.

Zura turun dari motor dan membenarkan rok dan juga tasnya, dia juga merapikan jaket yang dipakai buat nutupin pahanya saat naik motor, plus syal yang dia pakai untuk menutupi lehernya yang masih meninggalkan bekas kebiruan dari cekikan Aksa kemarin.

Aksa melepaskan kalungan botol berwarna pink dari lehernya dan menyerahkannya kepada Zura "jangan lupa banyak minum air! terus bekalnya juga dimakan, gausah deket sama orang lain lagi" Aksa berbicara dengan nada yang terdengar memerintah tapi tetap dengan senyuman manisnya.

Tidak mempedulikan ucapan Aksa gadis itu hanya memutar bola mata malas,setelah itu dia mengambil alih botolnya dengan kasar dan segera pergi meninggalkan Aksa.

Untung Aksa cukup sabar saat ini, dia menghela nafas panjang sungguh gadis kecilnya itu sangat menguji diri nya, dia memang sangat menyesal telah mencekik Zura tapi dia lebih kesal jika Zura terus mendiamkannya.

Aksa melajukan motornya meninggalkan area sekolah Zura bukannya malah masuk ke dalam sekolahnya yang berada disebelah sekolah Zura tapi dia malah langsung memutar balik ke arah lain.

Kini Aksa sudah sampai ditempat yang menurutnya menjadi favorit tersendiri baginya, memasuki gang kecil yang hanya bisa di lewati oleh motor dia akhirnya sampai di tempat tujuannya.

Tempat yang terdiri dari berbagai macam perumahan yang tua terlihat seperti tidak berpenghuni tapi sebenarnya didalamnya memiliki beberapa penghuni.

Aksa memarkirkan motornya dihalaman lalu dia memasuki rumah itu setelah memasangkan kunci yang hanya dimiliki oleh dirinya.

Aksa merebahkan tubuhnya diatas sofa dia menjetikkan jarinya lalu setelah itu lampu menyala.

Tersenyum puas. Aksa mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang di dinding nya banyak sekali potret Zura saat sedang tertawa bersamanya.

Kini Aksa melangkahkan kakinya ke ruangan yang berada di pojok kiri, dia memasuki ruangan tersebut lalu menjetikkan jarinya dan terlihatlah potret orang-orang yang sudah dia bunuh juga ada beberapa organ-organ manusia lainnya yang dia pajang dengan sebuah kotak kaca yang pastinya sudah berisikan pengawet.

Inilah mood Aksa yang sesungguhnya karena dengan melihat ini suasana hatinya jadi semakin membaik, yang pertama Zura dan yang kedua adalah orang-orang yang sudah dia bunuh.

•••🖤•••

Didalam kelas semua orang seperti biasa tidak berani menatap Zura kecuali orang-orang yang sangat ngebet pengen pacaran dengan Aksa, yang semua teman Zura taunya sebagai kakaknya Zura.

Kini Zura melihat beragam jenis warna amplop diatas mejanya tapi dari pada sibuk dengan itu dia lebih memilih menyimpan semua tumpukan amplop itu di dalam lokernya, setelah itu dia menelungkupkan kepalanya dimeja dan mencoba memejamkan matanya.

Zura merasa sangat pusing tapi dia lebih memilih bersekolah daripada harus bersama Aksa dirumah.

Jam istirahat sudah berbunyi Zura membawa bekalnya keluar dari kelas tapi sebelum itu dia mengedarkan pandangannya keseluruh kelas dan anehnya tidak ada Dondon.

Gadis itu menyetop salah satu teman sekelasnya yang akan keluar, "eh... kamu tau ga Dondon kemana?" Tanya Zura.

"Dondon udah pindah sekolah!" ucap temennya itu lalu segera keluar dari kelas tanpa mau menjawab pertanyaan Zura yang mungkin akan menanyakannya alasan Dondon pindah.

Zura menghela nafas kasar, pasti ini ulah Aksa dia kembali masuk kekelas dan duduk di bangkunya sekarang minatnya untuk makan tadi jadi hilang.

Bel pulang telah berbunyi kini Zura tengah menunggu angkutan umum atau taksi yang akan lewat.

"Naik."

Zura tersentak kaget saat melihat Aksa yang ntah dari kapan sudah nangkring disampingnya.

"Naik!" titahnya sekali lagi.

Zura masih dalam posisi diam tanpa ada niatan bergerak sedikitpun.

"Naik atau Aksa seret." Segera Zura buru-buru naik ke atas motor, karena dia tidak mau nanti malu sebab diseret Aksa. Zura tau betul jika sudah berbicara seperti itu pasti Aksa serius melakukannya.


Aksa melajukan motornya dengan perasaan puas.

"Gimana hari ini?" Tanya Aksa.

Zura hanya diam tidak menjawab. Aksa kembali mengajukan beberapa pertanyaan tapi Zura tetap diam jadilah Aksa juga memilih untuk diam. Dia tidak mau menyakiti Zura lagi.


Aksa sekarang memberhentikan motornya didepan mall, "mau masuk atau kita putar balik, Aksa hitung sampai tiga ya."

"Satu"

"Dua"

"Tig--"

"Ayo masuk!" akhirnya Zura bersuara sungguh jika menyangkut mall dia pasti dengan senang hati menjawab iya karena ntah kapan lagi Aksa akan mengajaknya kesini terakhir itu pas kelas 5 SD, itupun dia harus berdrama sebaik mungkin sampai akhirnya Aksa mau mengajak dirinya.

Sekarang Zura akan memilih banyak mainan untuk hari ini sekaligus membalaskan dendamnya pada Aksa dengan menghabiskan seluruh uang Aksa, ya... meskipun uang Aksa tidak akan ada habisnya.

.
.
.
See you next chapter again syg!

AKSA AND THE LITTLE GIRL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang