10

24.9K 1.1K 13
                                    

Hi jangan lupa follow vote and komen:)
.
.
.
Ceritanya menurut kalian gimana?

Aksa berjalan di tengah gelapnya hutan pada tengah malam, dia membawa sebuah kapak ditangan kanannya sedangkan tangan kirinya dia gunakan untuk menyibak semak-semak yang mengganggu perjalanan nya.

Dia berhenti dipinggir jalan dekat hutan, dia sedang menunggu mobil lewat yang mau memberinya tumpangan.

Satu jam Aksa berdiri disana dengan pandangan mem buram tapi hasrat dalam dirinya tetap tidak kunjung mereda, dia melihat samar-samar cahaya lampu mobil mendekat ke arahnya.

"excuse me sir can't i help you?"
(Permisi tuan bisakah aku menolong mu?)
Orang asing itu berbicara pada Aksa, dan tentu saja Aksa dengan senang hati menerima tawarannya.

Saat dia memasuki mobil orang itu disana dia bisa melihat bau alkohol dan juga sebuah bau yang sangat dia sukai yang tidak lain adalah bau darah.

5 menit perjalanan hanya dinikmati dengan alunan musik jadul yang diputar didalam mobil.Aksa senantiasa memandang ke arah jendela sampai saat orang itu menghentikan mobilnya di tepi jalanan barulah Aksa melirik sekilas.


Terlihat dia mengeluarkan sebuah pisau kecil dari balik celananya dan juga memandang Aksa bak singa yang sedang menatap mangsa nya.

Orang itu bergerak mendekat ke arah Aksa dan saat itu juga Aksa mengeluarkan sesuatu dari balik celananya yang tidak lain adalah kapak yang sengaja dia sembunyikan di celah celananya.

Walaupun melihat Aksa yang mengeluarkan kapak tapi orang itu tetap tidak merasakan ketakutan dia malah senang karena menurutnya dia menemukan lawan yang seimbang.

Orang itu mengarahkan pisau nya ke arah leher Aksa, tapi sebelum pisau itu bisa menancap ke lehernya Aksa sudah terlebih dahulu menahan pisau itu dengan tangan kirinya, alhasil pisau itu kini berada dalam genggamannya.

Laki-laki remaja itu tersenyum melihat darah segar keluar dari tangannya, dia menghempaskan pisau itu dan dengan sekali gerakan tangan kanannya dia berhasil menebas kepala orang yang saat ini ingin mencekiknya.

Dia tertawa senang melihat kepala itu kini terlepas dari tubuhnya dan meleset ke arah kursi penumpang.

Aksa turun dari mobil setelahnya dia memindahkan sendiri tubuh tanpa kepala itu ke bagian kursi penumpang dan bersebelahan dengan kepalanya.

"Pemandangan yang memuaskan." Aksa duduk dikursi pengemudi lalu memilih lagu yang cocok untuk menemani malamnya yang cukup indah.

Mobil melaju meninggalkan jalanan sepi menuju suatu tempat yang sering sekali Aksa kunjungi yaitu kuburan tempatnya mengubur semua orang yang telah dia bunuh, bagaimanapun Aksa juga manusia jadi dia harus menerapkan sikap perikemanusiaan.

Setelah mengubur mayat tersebut Aksa membawa mobilnya menuju mansionnya yang berjarak sekitar 3km dari area hutan.

Aksa memang sengaja berada di area hutan itu dan berdiri dipinggir jalan, karena setiap malamnya khususnya jam 1 ke atas maka akan banyak orang dengan gangguan mental sepertinya juga sedang mencari mangsa berupa orang-orang penebang kayu atau kelompok orang yang sedang nge camp.

Walaupun cukup memuaskan karena berhasil memisahkan kepala orang itu dari tubuhnya tapi permainan ini menurut Aksa kurang seru, karena lawannya yang kurang cerdas plus kurang licik darinya membuatnya merasakan permainan ini terlalu biasa saja tanpa ada hal spesial.

•••🖤•••

Aksa memasuki kamar saat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 4 pagi, kondisi nya yang sudah sangat berantakan tanpa memakai baju karena kini bajunya sudah dia pakai untuk membalut luka ditangannya.

Aksa mendekati ranjang Zura setelah itu dia menyikap selimut Zura dan setelahnya dia tidur disamping Zura sambil memeluk bocil cengeng kesayangannya itu.

Memejamkan matanya perlahan dia mulai menyusul gadisnya ke alam mimpi, hanya Zura lah yang mampu menjadi obat tidur untuk dia.

Suara lenguhan terdengar, gadis yang sedang tidur nyenyak itu membalikkan badannya lalu dia memeluk Aksa bagaikan sebuah guling.

Alarm di meja Zura berdering saat pukul 6 pagi, dia menguap lalu sedikit meregangkan tubuhnya yang terlalu pegal pagi ini.

Zura merentangkan tangannya, tapi tunggu.kenapa dia merasa sedang menyentuh sesuatu dengan tangan kirinya, lalu setelahnya dia membuka matanya dan benar saja sekarang dia sedang meraba dada Aksa dengan sebelah tangannya.

Sontak gadis itu duduk di tempat tidurnya, sebenarnya dia sudah biasa tidur dengan Aksa dari kecil tapi yang tidak biasanya itu sekarang dia melihat Aksa tanpa baju di tempat tidur.

"AKSAAAA aksaaa aksaaa AKSAAAAA!" Zura berteriak tepat didepan telinga Aksa.

Aksa mengucek matanya pelan, sungguh suara cempreng Zura membuat telinganya berdengung.

"Hm. Kenapa Zura" Aksa membuka matanya dan melihat Zura yang kini sedang menatapnya dengan tatapan tajam.

"Kenapa gak pakek baju?" Zura melotot ke arah Aksa.

"Baju Aksa buat nutupin tangan" Aksa mengangkat tangannya, lalu menaruhnya di atas pangkuan Zura.

Gadis itu membelalakkan matanya kala melihat baju putih Aksa penuh oleh darah, seakan-akan baju itu kini berwarna merah.

Zura membuka baju yang membalut tangan Aksa dan melihat penampakan tangan Aksa yang sudah banjir dilumuri darah.

"Huaaaa....hiks...hiks... hiks... Aksa kenapa?" Zura menangis sambil membersihkan luka Aksa dengan bajunya sendiri supaya noda darahnya bisa sedikit menghilang.

Aksa yang baru saja memejamkan matanya langsung kembali membuka lebar matanya karena tangisan Zura, dengan berat hati dia duduk dan melihat Zura yang kini menangis sambil membersihkan tangannya, "ssssttt... ini Aksa yang luka kenapa Zura yang nangis" Aksa mencubit pipi Zura.

"Ini luka nya pasti sakit ya?" Zura berbicara dengan sesegukan.

"Ga sakit kok daripada nangis mending Zura bantu Aksa ngobatin luka Aksa." Aksa sedang mencoba berbicaralah selembut mungkin, karena jika saja Zura itu orang lain maka dia akan membunuhnya tanpa segan-segan karena sudah berani menganggu tidurnya

Zura mengangguk polos dan langsung melangkahkan kakinya turun dari kasur.Dia mengambil kotak p3k didalam lemari dan mulai mengobati Aksa tapi tetap ditemani dengan tangisannya.


Aksa hanya menggeleng pelan sambil tertawa kala melihat imutnya wajah serius Zura yang mengobatinya tapi ditemani dengan tangisan yang belum juga mereda.

"Kalau seperti ini lebih baik terluka setiap hari saja"

Jangan pelit follow vote and komen!
.
.
.
See you next chapter again syg!

AKSA AND THE LITTLE GIRL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang