02

38.4K 1.8K 9
                                    

Jangan lupa follow vote and komen ya!
.
.
.

Zura mengerjapkan matanya berkali-kali kala melihat ruangan mewah nan megah didepan matanya saat ini. "Rumah kakak seperti istana," gumam Zura sambil masih menggenggam erat tangan Aksa.


"Rumah Aksa rumah Zura juga" senyum Aksa menatap wajah lucu gadisnya yang kini sedang kagum pada rumahnya.

"Wah benarkah?" Zura menatap Aksa dengan tatapan berbinar.

"Tentu saja tapi ada syaratnya."

"Apa?" Zura mengerjapkan matanya polos.

"Pertama jangan memanggilku kakak dan jangan pernah meninggalkanku, jika Zura berani pergi dari Aksa nanti kaki Zura Aksa potong!"

"Zura janji kak-- eum maksudnya Aksa" cengir Zura memperlihatkan gigi putihnya ya walaupun ada yang ompong, sejujurnya Zura tidak mengerti perkataan Aksa tapi dia hanya mengangguk saja.

"Bagus?" senyum Aksa puas dengan jawaban gadis kecil nya, mungkin saat ini gadis itu tidak mengerti.

Zura kemudian melepas tangan Aksa dan berlari berkeliling rumah, "yeeee! Zura punya rumah besar" serunya sambil terus berkeliling sesekali dia menyapa pelayan yang tersenyum ramah ke arahnya.

Aksa memandang Zura dengan senyuman yang tidak pernah pudar, bagaimana bisa dia begitu senang dan bahagia melihat gadis kecil di depannya itu tertawa.

Aksa ikut berlari mengejar Zura dan akhirnya berakhir dengan mereka yang main kejar-kejaran didalam mansion Aksa ditambah dengan tawa yang menggelegar membuat mansion yang semulanya sangat sepi dan dingin kini menjadi hangat, padahal baru saja gadis itu sampai tapi mampu menghidupkan suasana mansion dalam sekejap.

"Tuan muda terlihat bahagia ya" ucap Vina kepada suaminya yakni Bram yang kini melihat Zura dan Aksa dari ambang pintu.

"Ya! semoga saja akan selalu seperti ini" senyumnya kemudian mengecup kepala istrinya, semenjak orang tua Aksa bercerai Vina dan Bram lah yang merawat Aksa, Aksa memiliki kekayaan yang berlimpah karena warisan sang kakek, Ibunya Aksa tinggal di London dan Ayahnya sedang hidup dengan keluarga baru.

Aksa selalu kesepian meskipun dengan harta yang berlimpah,hatinya menjadi dingin dan tak tersentuh hingga membuatnya mempunyai kelainan yaitu senang membunuh orang maupun hewan. Tidak pandang dari yang kecil sampai yang sudah dewasa jauh dari dirinya.

Tidak ada yang berani mengusik harta Aksa baik itu ibunya atau ayahnya karena mereka berdua tau kelainan anaknya dan tak ingin mendekati ajal dengan melakukan hal itu.

Dulu sempat ayahnya Aksa memerintahkan agar mencuri emas di gudang Aksa tapi semua gagal karena Aksa membunuh orang itu, walaupun dulu usianya masih 7 tahun tapi dia tau orang itu pencuri, Insting psikopat memang berbeda.

Perlu kalian tahu bahwa kedua orang tua Aksa bercerai saat cowok itu berumur 5 tahun, dan kakek nya meninggal saat dia berumur 6 tahun. Jadi terhitung empat tahun sudah dia tidak memiliki seorang teman.

•••🖤•••


Zura berlari ke arah tempat tidur yang berwarna pink dan disana terdapat banyak boneka."Suka?" Tanya Aksa yang masih berdiri di ambang pintu.


"Iya Zura suka, ini kasur siapa yang warna biru?" Zura beralih ke ranjang di sebelahnya.

"Ini tempat tidur Aksa dan itu tempat tidur Zura" Aksa menjelaskan.

Gadis kecil itu memeluk Aksa erat "terimakasih Aksa! udah kasih Zura kamar yang bagus terus rumah yang mewah juga" senyum tulus Zura pada Aksa.

Aksa membalas pelukan Zura tak kalah erat "sama-sama."

Kini Zura tengah tidur di ranjangnya sedangkan Aksa terus menerus menatap Zura dari ranjangnya yang  berada di sebelah dan hanya diberi jarak oleh lampu tidur.

Aksa tersenyum saat melihat Zura dalam hatinya dia akan berjanji tidak membiarkan Zura pergi dari hidupnya. Setelahnya laki-laki kecil itu merebahkan dirinya dan tidur menyusul Zura di alam mimpi.


Malam ini dilengkapi dengan hujan yang deras serta petir, Zura terbangun kala mendengar suara petir yang sangat menggelegar membuatnya jadi takut karena dia sangat takut dengan petir.

Zura melihat ke arah samping tepat di ranjang Aksa, dia berjalan ke arah Aksa dengan pandangan memburam karena lampu sudah dimatikan kecuali lampu kecil di atas meja namun cahayanya sedikit redup.

"Hiks hiks hiks Aksa" Zura merangkak naik ke atas ranjang Aksa sambil menggoyangkan tubuh Aksa dengan gerakan yang tidak santai.

"Heumm" Aksa mengucek matanya dan berbalik melihat Zura yang sedang menangis, dengan sigap Aksa duduk lalu mengusap air mata Zura "Zura kenapa nangis?" Dia memegang kedua pipi gadis itu.

"Aksa....Zura takut petir hiks" Zura memeluk Aksa dengan erat bahkan saking eratnya Aksa sampai pengap, tapi dia tidak mengatakan apapun.

Aksa menenangkan Zura dengan mengusap punggung gadis kecil itu, lalu setelahnya dia menyuruh Zura berbaring tidur dengan posisi dia yang masih terus memeluk Zura.

"Jangan lepasin pelukan Aksa ya" ucap gadis kecil itu sambil memegang tangan Aksa yang memeluknya, kini dia sudah berhenti menangis.

Aksa hanya tersenyum kemudian dia mengangguk.

Zura tidur dengan tangan Aksa yang senantiasa memeluknya dia memainkan jempol Aksa dan mengemut jempol itu.

Aksa tersentak tapi kemudian dia kembali memejamkan matanya. Ternyata kebiasaan gadis kecil didepannya ini cukup unik, ntah kenapa dia semakin senang dengan segala tingkah gadis itu.

See you next chapter again syg!

AKSA AND THE LITTLE GIRL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang