01

46.8K 2.1K 7
                                    

Jangan lupa follow vote and komen ya!
.
.
.

Hari ini tepat dimana ayah Zura akan di makamkan, Zura memeluk botol minumannya sambil menunduk memakai gaun hitam serta tangannya yang terus menggenggam tangan seseorang yang kini berada disampingnya.

Acara pemakaman sudah selesai gadis kecil itu kini ditemani oleh Aksa, mereka berdua berjalan melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.

Zura membuka pintu rumahnya. Walaupun dengan tangannya yang sedikit sulit menggapai ganggang pintu dikarenakan tubuhnya yang pendek. Dan orang yang di sampingnya tidak ada niat membantu sedikit pun.

"Zura cuman tinggal berdua sama ayah karena ayah udah ninggalin Zura....., jadi Zura sendiri" gumamnya pada Aksa.

Laki-laki 10 tahun itu menunduk melihat Zura, satu tangannya terangkat mengusap pucuk kepala Zura dengan lembut, "Zura akan tinggal sama Aksa mulai saat ini, dirumah Aksa." Aksa merogoh saku celananya dan menelpon seseorang setelah itu mematikan sambungan telepon.

"Tunggu aja nanti paman Bram akan menjemput kita" senyum Aksa pada Zura.

Aksa mengajak Zura duduk di kursi depan rumah gadis itu, dengan Zura yang sibuk memainkan bonekanya dan Aksa yang hanya diam memandangi gadis kecil yang ada di dekatnya.

"Kakak ini namanya moci" Zura mengarahkan boneka itu pada Aksa.

Aksa mengambil boneka itu dia tersenyum simpul, namun setelahnya dia langsung mencakar boneka itu hingga semua isi dari dalam boneka it keluar.

Mata Zura berkaca-kaca lalu merebut boneka itu dari tangan Aksa, "kakak kenapa jahat sama moci...hiks hiks hiks" tangisnya pecah saat itu juga.

"Boneka itu jelek dia juga berani natap Zura lama-lama makanya Aksa benci", senyum Aksa.

"Hiks hiks hiks kakak jahat Zura benci."

Aksa menggenggam tangan Zura erat sampai sang empu meringis, "Zura gaboleh bilang benci sama Aksa karena Aksa ga suka! memang Zura lupa kalau yang udah nolongin Zura itu Aksa!, Aksa udah selamatin Zura dari ayah Zura yang jahat" Aksa membuat mimik wajahnya menjadi sesendu mungkin.

"Lepasin tangan Zura kakak" Zura menghentak-hentakkan tangannya yang sudah sangat sakit karena Aksa menggenggamnya terlalu kuat.

"Bilang iya dulu Zura!" tekan Aksa dalam setiap perkataan nya.

"Gak mau! gak mau! gak mau!" kekeuh Zura.

"ZURA DENGERIN AKSA!" bentak Aksa.

Gadis itu kaget bukan main, kembali menangis dengan kencang tanpa mempedulikan lengannya yang sudah terasa nyeri.

Aksa melepas cekalan tangannya pada Zura dan langsung meninggalkan Zura yang masih menangis di kursi depan, dia lebih memilih pergi menyiapkan baju Zura untuk di bawa ke rumah nya, tentu saja untuk selamanya.

Aksa membawa koper dari dalam rumah Zura dan langsung menggandeng tangan gadis  yang masih meringkuk menangis di dekat kursi ,"sudah jangan menangis dasar cengeng!"

Perlahan isakan Zura berubah menjadi semakin kecil sambil mengikuti langkah Aksa dengan cepat karena Aksa menariknya sangat kencang dan juga cara berjalannya seperti dikejar anjing.


"Lama sekali" Aksa memarahi Bram yang baru saja menginjakkan kakinya setelah turun dari mobil.

"Maaf tuan muda tadi ada sedikit kendala" tunduk Bram.

Aksa langsung menyeret Zura masuk dalam mobil dan duduk dengan Zura di kursi belakang.

Bram mengangkat koper Zura lalu memasukkan nya ke dalam bagasi setelah itu dia menyetir mobil ke tempat yang dituju.

Zura hanya mengerjapkan matanya saat Aksa memasangkan dia sabuk pengaman, setelah itu dia duduk tenang saat mobil mulai dijalankan.

Sesekali Zura melihat ke arah jendela dan tersenyum sumringah, "kakak kakak lihat di sana gedungnya mewah sekali" seru Zura pada Aksa, ya walaupun dia sering keluar dulu dengan ayahnya tapi dia tidak pernah bosan mengabsesn gedung yang tinggi dan mewah.

Aksa sedikit bingung melihat gadis yang kini senyum itu karena pasalnya tadi saja gadis itu masih menangis dan enggan melihatnya tapi sekarang sifatnya kembali seperti semula, menjadi ceria dan terus senyum sungguh Aksa bingung akan Zura yang secepat itu membaik tapi tak urung dia juga senang.

"Iya sangat mewah" ucap Aksa tanpa melirik ke arah jendela tapi malah melirik ke arah Zura.

"Kakak kakak lihat ada badut mirip kakak", kekeh Zura melihat badut yang bergoyang di tepi jalan.

"Lebih mirip Zura" Aksa tertawa membayangkan Zura jika didandani seperti badut.

Zura cemberut karena merasa di ejek dia jadi tidak selera melihat ke luar "nyebelin!" gerutunya.

Bram melihat dari kaca spion depan sungguh jarang sekali dia melihat tuan mudanya tertawa semenjak kedua orang tua tuan muda bercerai, dia jadi selalu merenung dan menampilkan ekspresi datar.

Ntah dimana tuannya menemukan gadis kecil yang menggemaskan itu yang pasti dia tidak berani bertanya karena tuan mudanya itu tidak suka orang yang cerewet bisa-bisa nanti dia akan dibunuh hidup-hidup.

Zura terus mengomel karena Aksa tidak berhenti mengganggu nya tapi Aksa malah semakin senang.

Btw Aksa dari kemarin tidak pulang ke rumahnya setelah melaporkan kejadian tentang ayahnya Zura pada polisi, tentu dengan cerita yang dibuat-buatnya dan seperti biasa para polisi itu selalu percaya tanpa mau bertanya lebih detail, siapa juga yang mau mencurigai anak kecil yang memasang wajah menangis, sungguh membuat semua hati yang melihatnya menjadi iba.

Padahal hal itu berbanding terbalik dengan fakta sebenarnya, fakta yang tidak di ketahui oleh beberapa polisi yang kena manipulatif Aksa.

"See you next chapter again syg"

AKSA AND THE LITTLE GIRL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang