20

18.4K 774 16
                                    

Terimakasih buat yang udah vote and komen🖤
.
.
.
I love you gays!

Semua orang kini sudah sepi di mansion Aksa, begitupun dengan para pelayan yang kini sedang sibuk membersihkan sisa-sisa dari perayaan pesta ulang tahun Zura.

"Aksa lihat deh kado Zura banyak banget ya" Zura menunjuk meja tempat kado-kadonya ditaruh, meja itu nampak penuh bahkan sampai beberapa kado disusun.

Aksa tidak membalas ucapan Zura, dia berdiri tegap,"SEMUA PELAYAN DAN PENGAWAL BERBARIS RAPI!" suara Aksa menggelegar dan membuat semua orang terkejut tidak terkecuali Zura.

Aksa menjentikkan jarinya saat semua orang pelayan dan pengawal kini sudah berbaris rapi.

"Hukuman apa yang pantas untuk orang seperti kalian karena telah berani bertidak sejauh ini? padahal dari awal sudah diperingatkan!" Aksa tertawa keras.

Aksa memanggil salah satu asistennya yang tidak ikut terlibat "bawa mereka semua ke ruang bawah tanah dan bakar semuanya hidup-hidup" ucap Aksa.

Zura membeku ditempat setelah mencerna beberapa ucapan Aksa dia langsung berlari ke arah Aksa. "Aksa tolong jangan bawa mereka, ini semua salah Zura" mata gadis itu mulai berkaca-kaca.

"Kau siap hukuman mereka akan ditumpahkan padamu?" Aksa mengangkat sebelah alisnya.

Tanpa di duga kini Zura mulai menangis, "i-iya" meskipun ragu tapi dia harus menuruti perkataan Aksa karena dia tidak mau kalau orang yang bersalah akan menderita karenanya.

"Baiklah karena Zura ku sudah membuat keputusan dengan sangat cepat jadi semua pelayan tidak dihukum dan hukumannya akan jatuh pada gadis nakal ini."

"T-tadi Aksa bilang kalau Aksa senang lihat Zura seneng tapi sekarang Aksa ingkar janji lagi" kekeh Zura.

"Kau pikir aku sebaik itu UNTUK MELIHATMU MENYAPA COWOK LAIN DIDEPANKU ZURA?!" Aksa membentak tepat dihadapan Zura.

Semua mata memandang ke arah mereka tapi tidak ada diantara mereka yang berani membantah, sebenarnya bibi Vina berani tapi suaminya menahannya.

Zura terduduk lemas "ternyata Aksa gapernah berubah ya."

"Semua TINGGALKAN RUANGAN INI" bentak Aksa keras.

Semua pergi dari ruangan utama dan kini hanya tersisa dua orang yaitu Aksa dan Zura.

Aksa berjongkok dan memegang dagu Zura kuat setalah itu mendongakkan kepala Zura untuk melihat wajahnya "ternyata bukannya kapok malah semakin membantah."

Zura menangis sekeras mungkin "ma-maaf Aksa Zura cuman mau bebas."

"Gak akan pernah sayang, karena kamu sudah menjadi milik Aksa sepenuhnya." Aksa menghapus air mata Zura.

Zura menepis tangan Aksa, "enggak! Zura bukan milik siapapun kecuali diri Zura sendiri!, Aksa cuman orang asing tempat Zura numpang hidup dan suatu saat nanti Zura bakalan bales Budi sama Aksa."

"Ssstttt sayang jangan bicara lagi" Aksa sedang mati-matian menahan emosinya.

"Zura sebenarnya gapernah suka sama Aksa! sedikitpun tapi karena Aksa selalu baik sam Zura jadi Zura juga mau balas Budi dengan bersikap baik juga."

Aksa terdiam mendengar pernyataan Zura tanpa sadar dia mulai melayangkan tangannya,

Plakkk

Tamparan keras Aksa berikan ke pipi Zura sampai sang empu terjatuh di lantai.

Dengan tangan bergetar Zura memegang pipinya yang terasa panas, sungguh dia tidak menyangka Aksa akan sekeras ini padanya.

"Hiks hiks hiks KENAPA AKSA KENAPA" Zura meraih kerah baju Aksa.

Aksa memegang tangannya "Zura maafpin Aksa tadi Aksa udah nampar Zura ya, sakit ga?" Aksa mengusap lembut pipi Zura.

Zura menepis tangan Aksa, kini dia bangkit dari duduknya lalu berjalan agar segera menghindar dari rupa orang yang kini menjadi orang yang akan dia benci.

Rasa panas itu kembali datang pada Aksa tanpa sadar dia menarik kaki Zura yang akan melangkah dengan sekuat tenaganya.

Zura terbanting dalam posisi tengkurap dengan sangat keras akibat tarikan Aksa pada kakinya.

Zura meringis dia menyentuh pelipisnya dan "darah hiks hiks hiks darah tolonggg kepala Zura berdarah" Zura menangis sejadi-jadinya.

Aksa seakan tuli dengan tangisan Zura dan dengan kondisi kepala Zura yang berdarah akibat ulahnya.

Dengan satu gerakan Aksa mengangkat Zura tanpa beban dan membawanya menuju gudang di belakang taman.

Aksa menjatuhkan Zura lalu laki-laki itu mengambil sebuah tongkat besi runcing.

Rasa pusing kini terasa sangat jelas di kepala Zura, tapi dia masih punya kesadaran untuk mundur dari Aksa yang sudah siap memukulnya dengan tongkat besi itu.

Namun sayangnya Zura kurang cepat dari Aksa, Aksa memukul Zura dengan sekuat tenaga "kenapa Zura tega bohongin Aksa! Kenapa Zura tega sapa cowok lain didepan Aksa Zura!!!" Aksa terus memukul Zura tanpa henti bahkan disaat Zura sudah meminta ampun berkali-kali.

Aksa rasa dirinya sekarang sudah cukup memukul Zura karena keadaan Zura sungguh sudah sangat memprihatinkan, Aksa beralih mengambil pisau cutter yang sudah dia persiapkan lalu dia menggores leher Zura dengan pelan tapi pasti.

Aksa mengukir sebuah gambar kupu-kupu dileher Zura juga disertai namanya.

"AKHHH TOLONGGGG ZURAAA" Zura terus berteriak dan menggeliat kesana kemari.

Rasa sakit yang diterimanya sungguh sangat menyakitkan berkali-kali lipat dari yang kemarin apalagi ditambah dengan luka kemarin yang belum sembuh total.

"Sssttt jangan banyak gerak Zura sayang..., nanti kalau salah sedikit terus kena nadi Zura gimana? Nanti Zura bisa mati loh" kekeh Aksa.

Zura membeku ditempat, rasa pusing dari luka di kepalanya semakin bertambah.

Dia ikhlas jika harus mati sekarang tapi dia juga tidak tenang karena belum terlalu merasa puas di dunia.

Perlahan gadis itu mulai memejamkan matanya yang sudah bengkak akibat daritadi terus menerus menangis.

Gaunnya sudah dipenuhi oleh darah dan juga dibeberapa bagian sudah robek akibat pukulan dari tongkat besi tadi.

"Zura. Aksa sayang Zura tapi kenapa Zura ngelakuin itu disaat Aksa udah siapin semua hal untuk pesta Zura? tapi Zura malah rayain ultah Zura sama orang lain selain Aksa" sendu Aksa, air mata perlahan menetes melewati pipi nya.

laki-laki itu tidak henti-henti nya mengutarakan isi hatinya pada Zura, namun sayang Zura tidak dapat mendengar nya karena gadis itu saat ini sudah pingsan.

.
.
.
See you next chapter again syg!

AKSA AND THE LITTLE GIRL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang