CHAPTER DUA PULUH SATU

167 27 0
                                    

"Apa kamu berkencan dengan si laki-laki kucing itu?"

"Enggak, kita temenan aja kok," jawab Leanna berusaha menjelaskan meskipun sebenarnya ia ingin menjelaskan lebih lanjut kalau dirinya dan Arka rasanya hanya tetangga yang baru saja kenal dan tak begitu akrab, setidaknya sejak kejadian beberapa jam lalu.

"Ya, kelihatannya dia akan jadi teman yang baik," sindir Daniel melipat kedua tangannya di depan dada sambil memperhatkan Leanna yang sedang sibuk mengolah masakannya dengan serius.

"Kayanya susah juga ya, perempuan dan laki-laki cuma temenan," jawab Leanna bergumam. Namun siapa sangka, Daniel yang memang sedang memperhatikannya dar belakang bisa mendengar ucapannya.

"Kadang, suatu hubungan itu memang seharusnya cukup menjadi pertemanan aja," balas Daniel sambil menaruh dua piring di meja marmer tepat di sebelah Leanna ketika ia rasa pasta buatan Leanna hampir selesai. Kemudian, ia berjalan duluan ke ruang tengah meninggalkan Leanna yang tercengang melihat aksi Daniel barusan mengambilkan piring untuk mereka berdua.

Akhirnya dua porsi pasta bolognese pun tersaji meja kaca ruang tengah. Sebenarnya, Leanna merasa canggung dalam kondisi ini, sehingga ia belum juga menyuap makanannya sampai Daniel melakukan hal itu lebih dulu.

Masih dalam keheningan malam. Leanna benar-benar tak menyangka ia akan makan pasta selarut ini, ia lebih tak percaya karena hal ini ia lakukan bersama bosnya yang penuh kritik ini.

Sesekali, Leanna melirik ke arah Daniel. Aneh rasanya Daniel tak mau mengkritik masakannya. Bukannya Leanna tak percaya pada hasil masakannya, hanya saja kebiasaan Daniel yang suka mengkritik tiba-tiba diam begini membuat Leanna penasaran. Meskipun, dari raut wajahnya, Leanna menebak kalau Daniel baik-baik saja dengan pastanya.

"Kalau kamu tetep mau jadi chef sementara gak ada dapur yang mau nerima kamu," Daniel tiba-tiba berucap sebuah kalimat menggantung yang membuat Leanna refleks berdecak pelanhendak protes karena Daniel kembali meremehkannya lagi.

"Coba buat dapur milik kamu sendiri," imbuh Daniel seketika membuat Leanna mengurungkan niatnya untuk memprotes. Ia diam untuk beberapa saat mencoba mencerna kalimat Daniel barusan.

"Biarkan orang-orang juga merasakan masakan kamu dan hasilkan uang dari hal itu," ucap Daniel menasihati Leanna. Sontak Leanna menunjuk ke arah dapur apartemen Daniel dengan pandangan seolah bertanya 'maksudnya dapur itu?'.

"Itu tetap dapur milik saya, singkirkan pikiran itu," tukas Daniel seketika memecahkan keheningan malam itu dengan gelak tawa Leanna. Bahkan, Leanna sampai meminta maaf berulang kali karena tak bisa menahan tawanya.

"Apa kamu pikir bisa menjadikan dapur saya sebagai ladang bisnis kamu?"

"Enggak," jawab Leanna masih tertawa. Padahal sebenarnya memang begitu pada awalnya, makanya ia terkejut karena Daniel langsung mengerti.

"Saya hanya bilang kamu pantas memasak makanan untuk orang-orang dan menjualnya. Bukan berarti memakai dapur saya, Leanna," ucap Daniel tak henti meledek Leanna karena reaksi perempuan ini di luar dugaannya.

"Siapa juga yang mau pakai dapur kamu. Terlalu sempit untuk berbisnis, tahu?' ucap Leanna mulai berani membalas Daniel yang ikut tertawa mendengar balasan dari Leanna.

"Oh iya, gimana sama proyek nya? Udah dapet ide novel romance nya?" tanya Leanna mulai santai mengobrol dengan Daniel.

"Belum banyak yang bisa dikembangkan." Daniel melanjutkan makannya.

"Harusnya kamu baca novel-novel online yang udah saya kirim," ucap Leanna sangat menyayangkan. Menyinggung tentang novel-novel online dengan genre romance yang sangat amat vulgar itu, Daniel lantas menoleh ke arah Leanna dengan pandangan serius.

Sunshine in Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang