CHAPTER TIGA PULUH TUJUH

158 29 2
                                    

From: Leanna
Lea, sorry. Aku ada urusan mendadak,   nanti kita janjian agak telat gak apa-apa?

To: Leanna
Kebetulan, Ka. Aku baru aja mau ngusulin ke kamu, gimana kalau hari ini kita gak usah ke kafe? Kamu dateng aja ke apartemen Pak Daniel, aku juga lagi buat roti nih. Kali ini dijamin spesial, jadi dateng ya!

Arka sedikit menyesal harus menunda rencananya mentraktir Leanna. Sekarang, Leanna malah mengajaknya datang ke apartemen Daniel. Padahal Arka butuh waktu hanya berdua - setidaknya kalaupun tidak berdua, jangan dengan Daniel! Arka menggerutu.

Tapi mau bagaimana lagi, Ghea sakit di apartemennya. Gadis itu sendirian, dan meminta tolong padanya untuk membelikan beberapa obat penurun demam. Arka juga tak tega kalau menolak. Apalagi Ghea kembali mengiriminya pesan setelah ia pulang dari pemotretan, sehingga tak ada alasan bagi Arka untuk berpura-pura lupa.

Pintu lift terbuka, Arka berjalan menuju unit apartemen Ghea. Saat menekan bel, Arka harus menunggu beberapa detik, sampai akhirnya Ghea membukakan pintu.

"Nih, minum yang bener obatnya. Sama jangan lupa makan dulu buburnya," ucap Arka menyodorkan bingkisan plastik yang dibawanya.

"Makasih ya, Ka..."

"Ya udah, gue pulang dulu."

"Lo gak mampir dulu? Masuk aja dulu, Ka. Temenin gue makan sebentar bisa gak?" tanya Ghea.

"Gue ada urusan sekarang."

Ghea menghela napas panjang, kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. Sebuah kalung berbandul hati kecil. Dan Arka sangat kenal dengan kalung itu.

"Sebenernya aku gak pernah buang kalung ini, Ka. Dan ... Aku mau bilang sesuatu sama kamu..."

Arka masih diam, menunggu kelanjutan kalimat Ghea meskipun sebenarnya ia sudah tahu ke arah mana cara bicara Ghea.

"Aku masih punya perasaan sama kamu. Aku capek nunggu kamu ngajak aku balikan. Makanya sekarang aku mau nanya, mungkin gak... Kita balikan?"

"Bukannya lo suka sama si Daniel?"

"Bisa gak jawab aja, gak usah ngalihin pembicaraan?"

Arka menghela napas pelan, kemudian ia meraih kalung tersebut dari tangan Ghea.

"Kalau, kalung ini yang bikin lo terus-terusan nyimpen perasaan sama gue... Buang aja," ucap Arka membuang kalung itu ke dalam tempat sampah kecil di pinggir pintu.

"Gue gak bisa balikan sama lo, Ghe. Maafin gue."

"Apa karena Leanna? Kamu suka sama... Leanna?"

Arka terdiam sejenak, kemudian ia menganggukkan kepalanya pelan.
"Meskipun gue belum yakin seratus persen sama perasaan gue. Tapi gue tetep gak bisa. Gue masih sama kaya yang dulu, Ghe. Gue masih sibuk mikirin apa yang akan gue lakuin ke depannya untuk hidup gue."

Arka mengisyaratkan Ghea untuk kembali masuk sementara dirinya berbalik kembali ke lift. Hal seperti ini tak terlalu mengejutkannya. Bukan satu kali Ghea mendatanginya, meminta kembali, lalu memusuhinya jika dirinya menolak. Dan Arka sudah cukup pusing menjalani hidupnya tanpa Ghea ada pun. Jadi untuk apa menambah peningnya dengan kembali pada Ghea.

***

"Awas, panas." Daniel menahan Leanna yang hendak meraih loyang dari dalam oven tanpa sarung tangan khusus.

"Ceroboh banget sih? Mana bisa di dapur kaya begini?" omel Daniel sambil meraih sepasang sarung tangan khusus lalu memakaikannya di kedua tangan Leanna.

"Hal sekecil itu aja bisa lupa. Gimana yang lain? Kamu pikir kaya begini aman kalau kamu kerja di dapur beneran?"

Leanna hanya menahan tawa sambil bolak-balik melirik ke arah Daniel yang masih memakaikan sarung tangan padanya.

Sunshine in Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang