CHAPTER TIGA PULUH TIGA

145 30 7
                                    

Leanna membantu neneknya untuk masuk ke dalam mobil, sementara Daniel masih membayar semua makanan mereka tadi. Leanna melihat neneknya langsung menyender ke kursi mobil dengan lesu. Perjalanan dari Kota Bandung ke Bogor memang lumayan melelahkan untuk wanita renta ini, meskipun menggunakan mobil pribadi.

Leanna menghela napas panjang, Om dari keluarga mendiang ayahnya tak mungkin menghadiri acara pertunangan Sindy besok. Meskipun neneknya bilang karena alasan pekerjaan, tapi Leanna tahu alasan yang sebenarnya adalah karena ia enggan berurusan dengan ibunya yang memutuskan untuk menikah lagi. Mereka juga masih belum menerima kalau Leanna memilih ikut dengan ibunya dan keluarga barunya. Hanya neneknya yang mengerti dengan keputusan Leanna maupun ibunya sampai saat ini.

Kini, Leanna melirik Neneknya yang sudah tertidur sambil menyenderkan kepalanya ke jendela mobil. Jika waktu bisa diputar kembali, sudah pasti Leanna memilih tinggal bersama neneknya meskipun mungkin ia tak akan bisa kuliah dan tak memiliki status keluarga yang baik.

Begitu melihat Daniel keluar dari tenda, Leanna segera keluar dari mobil dan menghampiri Daniel yang berjalan menghampiri mobilnya.

"Daniel, saya aja yang nyetir ya? Saya anterin Nenek ke rumah dulu, abis itu kita ke Jakarta," ucap Leanna bermaksud meminta kunci mobil kepada Daniel.

Daniel berhenti melangkah, ia melirik ke arah kaca depan mobilnya, melihat nenek yang sudah tertidur di jok penumpang.

"Kamu masih mau menghindari dari acara besok?"

Leanna menghela napas panjang, ia memeluk dirinya sendiri sambil melemparkan pandangannya ke arah lain, terlihat gelisah.

"Yang penting saya udah setor muka hari ini."

"Mereka pasti nyari kamu juga."

"Tenang aja, mereka udah cukup melihat saya untuk jadiin saya bahan omongan," jawab Leanna kembali kesal karena Daniel terus mengajaknya berdebat. Meskipun jika Leanna berpikir dengan tenang, perkataan Daniel ada benarnya juga.

"Terus gimana sama Nenek kamu? Apa kamu gak mendengar tadi Nenek kamu datang ke sini karena tahu kamu pulang?" tanya Daniel seketika membuat Leanna melemparkan pandangannya kepada Daniel. Leanna ingin sekali mengakui itu, tapi ego nya saat ini masih memintanya untuk pergi saja. Ia sudah muak berada di tengah-tengah mereka.

"Masuklah, saya anter kalian pulang."

Leanna mengatupkan bibirnya menahan dongkol ketika Daniel melangkah ke mobil dan duduk di kursi kemudi. Tiba-tiba ia benci dengan kenyataan kalau bagaimana pun ia memang harus menghampiri acara pertunangan adiknya itu. Ketika Leanna memakai sabuk pengamannya, ia berusaha menenangkan diri. Hal seperti ini sudah sering terjadi, ia berada di tengah-tengah mereka, di setiap acara yang berlangsung, lalu menjadi orang asing bagi keluarganya sendiri. Seharusnya semua akan baik-baik saja besok.

"Nenek kamu udah tidur beneran ya?" tanya Daniel.

"Iya, tadi begitu masuk mobil, gak lama tidur."

"Sebenernya saya udah gatel mau ngomong ini dari tadi," ucap Daniel membuat Leanna menoleh ke arahnya penasaran. Apa lagi yang akan Daniel bicarakan? Kenapa hari ini Daniel banyak sekali bicara?

"Soal apa?"

"Pecel ayam tadi."

"Kenapa pecel ayamnya? Belum pernah makan yang dipinggir jalan?" sindir Leanna.

"Saya udah beberapa kali makan pecel ayam di pinggir jalan. Tapi pecel ayam di sini ..." Daniel melirik lagi ke arah kaca dashboard untuk memastikan nenek Leanna sudah benar-benar tertidur, lalu ia kembali melanjutkan, "biasa aja rasanya."

Leanna terdiam sejenak, ia masih bingung dengan cara Daniel menyampaikan. Biasanya orang ini akan ceplas-ceplos berkomentar. Kenapa sekarang terlihat hati-hati?

Sunshine in Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang