CHAPTER LIMA PULUH

196 32 1
                                    

Saat Leanna memutuskan untuk mengikuti event demo memasak di Jakarta yang digelar hari ini, ia sudah berencana akan langsung pulang ke Bogor untuk melihat review siaran acara tadi. Atau, paling tidak ia berencana jalan-jalan sebentar bersama Arka karena mereka sudah lama tak bertemu. Namun, rencana itu batal karena Leanna lebih memilih untuk berjalan-jalan bersama Daniel.

Dari Mall Ciputra, Daniel mengajak Leanna ke sebuah gedung galeri seni yang berlokasi di sekitar Calvin Tower, Jakarta. Bahkan, Leanna baru tahu kalau di kota ini terdapat galeri yang berisi karya seni Eropa. Selama ini yang Leanna tahu, di Jakarta banyak sekali tempat-tempat monumen bersejarah yang bersifat nasional. Berkat Daniel, ia bisa berkunjung ke tempat sebagus ini.

Berjalan-jalan sambil melihat beberapa lukisan dan patung karya seni Eropa ternyata tak begitu membosankan seperti yang dipikirkannya. Leanna merasa dirinya betul-betul di Eropa.

Saat Leanna sedang serius melihat salah satu lukisan Eropa yang berisi pemandangan orang-orang zaman dulu di sebuah desa, tiba-tiba Daniel mendatanginya sambil memakai sebuah topi baret di kepala Leanna.

“Apaan nih?” tanya Leanna kaget.

“Properti. Biar lebih terasa di Eropa,” jawab Daniel sedikit menarik Leanna melihat dirinya sendiri di sebuah lemari kaca berisi beberapa pajangan.

“Mirip Emily in Paris, tahu gak?” komentar Leanna tersenyum melihat dirinya sendiri menggunakan topi baret berwarna hitam.

“Mungkin lebih tepatnya … Lost in Paris,” ledek Daniel sukses membuat Leanna mendelik ke arahnya.

“Apa? Di Jakarta aja kamu nyasar. Apalagi di Paris,” ejek Daniel tertawa puas lalu berjalan duluan karena Leanna sudah bergerak memukulnya dengan topi tadi. Alhasil, Daniel yang memakai topi itu kembali sampai Leanna mau memakainya.

Daniel dan Leanna berjalan mengitari lorong pertama yang berisi lukisan abad ke-18, lalu keduanya menuruni tangga menuju lantai dasar. Keduanya berhenti di sekitar patung-patung karya seni abstrak. Lalu keduanya terdiam kikuk saat melihat sebuah patung wanita yang hampir setengah telanjang.

“Dan, mau kopi gak?” tanya Leanna bertingkah seolah tak melihat patung tersebut.

“Kopi? Boleh deh,” jawab Daniel dengan cepat. Sepertinya, ia juga merasakan hal yang sama. Jadi ia buru-buru menyetujui tawaran Leanna untuk mencari kopi di luar gedung tersebut karena mereka sudah merasa puas melihat-lihat karya seni luar biasa di dalam.

Di luar sudah mendung, memang waktu yang sangat pas untuk berjalan kaki. Lalu hal yang paling Leanna nantikan dan belum sempat tercapai di Jakarta adalah, menaiki bus tingkat. Daniel langsung setuju meskipun ia sudah sering menaiki bis tersebut dulu. Bukan hanya karena Leanna, tapi karena menaiki bus itu juga tidak perlu membayar alias gratis.

Karena tujuan mereka kafe yang akan direkomendasikan oleh Daniel, akhirnya Daniel memilih menaiki bus tingkat BW 3 dengan rute perjalanan Museum BI, Gedung Arsip, Monas, Balai Kota, IRTI, Monas 2, Pasar Baru, dan Majid Kebon Jeruk. Mereka berhasil menaiki bis di atas, sehingga Leanna bisa merasakan naik bus terbuka.

“Wah, gila keren banget ya sekarang Jakarta,” gumam Leanna menikmati perjalanannya dengan angin sore yang menerpa wajahnya. Bahkan, sesekali ia merekam perjalanan tersebut dengan kamera ponselnya dengan raut wajah yang berseri-seri.

“Naik begini aja, kamu senang?” sindir Daniel tak habis pikir pada Leanna.

“Kesenangan setiap orang itu berbeda-beda Daniel. Asal gak nyusahin orang,” balas Leanna menyindir balik Daniel yang kesenangannya dengan menjahili atau meledek Leanna saja. Tapi bukannya marah, Daniel malah tertawa merasa yang diucapkan Leanna itu memang benar.

Sunshine in Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang