CHAPTER EMPAT PULUH TUJUH

165 28 1
                                    

Suhu ruang, suhu oven, Leanna mencatat beberapa percobaannya dalam memanggang adonan roti. Guru kursusnya mengatakan, kalau tak ada yang salah dengan adonan rotinya, tapi Leanna selalu mengabaikan suhu oven dan suhu ruang.

Bahkan, Leanna sampai harus menunggu di depan oven untuk memperhatikan betul temperatur oven nya. Jika dia sudah membuat roti yang bagus, tentu saja Leanna tak perlu melakukan itu. Standar rotinya masih sama. Yaitu roti yang ada di John's Bakery. Apalagi, Chef Arlan juga sepertinya memiliki prinsip yang sama dengan Martin.

Leanna sedikit kecewa pada dirinya sendiri. Kalau saja dulu dia konsisten dengan bidang kuliner, mungkin diusia nya saat ini, ia bukan lagi seorang junior. Seharusnya, ia menjadi salah satu dari pelatih di sini.

Tapi mau bagaimana lagi. Toh, Leanna sudah memulainya sekarang, dan ia berjanji akan fokus juga berkomitmen.

J.K Rowling saja baru berhasil menerbitkan tulisan diusia nya ... Leanna refleks menghentikan pikirannya dengan mencari kesibukan lain. Ia bukan seorang penulis. Dan ia juga tak akan mengingat-ingat lagi apa yang pernah Daniel katakan dulu untuk memberinya motivasi.

"Good Job, Leanna. Karena taraf roti kamu udah ke mode lumayan, kamu mau ya saya daftarkan jadi peserta yang akan ikut pameran di Jakarta?"

"Jadi peserta, Chef?"

"Tenang aja, kamu cuma jadi asisten Chef senior aja di sana. Lagian gak sendirian kok. Ikut ya? Hitung-hitung untuk pengalaman dan tambahan portofolio."

Leanna mengangguk ragu. Kemudian ia membereskan barang-barangnya bersiap untuk pulang. Dan karena ini hanya latihan, Leanna juga hanya mengenakan celemek saja tanpa jacket chef yang biasa ia kenakan.

Sekarang, Leanna harus mencari alasan untuk menolak rencana itu. Jujur saja ia masih sedikit trauma pergi ke Jakarta meskipun Jakarta itu luas.

Dari tempat kursus ke rumahnya, Leanna mengendarai motor beat bewarna hitam milik ayahnya.

Dan ketika ia sampai di parkiran, betapa terkejutnya Leanna melihat mobil yang terparkir di depan rumahnya ini ternyata benar-benar mobil milik Kim Daniel.

Leanna menahan napasnya. Niatnya untuk membuka helm segera ia urungkan.

"Nah itu, Leanna!"

Itu suara Andreas. Lantas, Leanna segera memutar balik arah motornya kembali keluar rumah saat merasa Andreas memanggilnya. Dari arah kaca spionnya, Leanna juga melihat Daniel memasuki mobilnya dan mencoba menyusulnya.

Hal itu membuat Leanna makin cepat melajukan motornya agar Daniel tak bisa menyusulnya. Tapi tentu saja mobil camry itu bisa menyusulnya.

"Jangan terlalu ngebut, Ndre. Lea bisa tancap gas, nanti dia jatuh," ucap Daniel menahan Andreas yang terlihat menggebu-gebu untuk menyusul Leanna.

"Itu cewek mau kemana sih ... Yah! Dia masuk gang, Dan!" seru Andreas saat melihat motor Leanna tiba-tiba berbelok menuju sebuah gang kecil.

"Stop! Berhentiin mobilnya!" pekik Daniel pada Andreas saat mobil mereka baru saja melewati gang tersebut.

Begitu Andreas menghentikan mobilnya, Daniel segera melepas sabuk pengamannya dan bergegas keluar mobil. Tentu saja Andreas mengikuti langkah Daniel menuju gang sempit tadi.

Betapa terkejutnya mereka saat keramaian orang-orang yang berkumpul itu ternyata sedang mengerubungi dua orang pemotor yang terjatuh dari motornya. Dan tentu saja salah satunya ada Leanna.

Seorang perempuan yang sepertinya berpapasan dengan Leanna saat tiba-tiba berbelok dan akhirnya bertabrakan itu jelas-jelas memaki-maki Leanna. Padahal keduanya sama-sama terjatuh.

Sunshine in Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang