CHAPTER LIMA PULUH ENAM

188 30 2
                                    

Daniel duduk di kursi, belakang meja makan seorang diri. Vila terasa sunyi, senyap sejak ia terbangun pukul 00:30 malam. Bahkan, ia tak berani menengok Leanna sejak bangun.

Sekarang, pukul 01.00 malam, Daniel masih belum merasa tenang. Kepalanya pusing memikirkan hal ini.  Sekarang mungkin baik-baik saja, tapi bagaimana nanti? Jangankan Leanna, Daniel saja muak dengan dirinya sendiri.

Air mineral di gelas Daniel sudah habis. Ia beranjak dari duduknya menuju kulkas, meraih botol air mineral lalu menuangkannya, sambil berpikir bagaimana ia akan menghadapi Leanna ketika dia bangun nanti. Kejadiannya sungguh memalukan.

"AAGGH!!!" Daniel memekik kaget luar biasa ketika ia berbalik dan melihat Leanna sudah berdiri di belakangnya.

Mendengar jeritan Daniel, sontak Leanna pun terkejut sampai melangkah mundur.

"Ah!" umpat Daniel menutup wajahnya dengan telapak tangan. Kenapa pikirannya tidak bisa dikontrol sekarang?

"Daniel ..."

"Jangan ... Mendekat ..."

Leanna menurut, layaknya seorang prajurit. Ia diam di tempatnya dan tak mencoba untuk mendekati Daniel.

Sementara itu, Daniel kelihatan linglung sambil mengatur napasnya. Bahkan, ia berbalik membelakangi Leanna seolah sedang berusaha keras untuk mengontrol dirinya agar tidak terlalu terkejut, atau terlalu gugup, atau apapun Leanna tak mengerti. Ia malah mengkhawatirkan Daniel.

"A-aku tadi ... Tadi pas bangun, kamu gak ada di kamar. Aku cuma khawatir aja makanya ..." Leanna berhenti bicara karena tak kunjung mendapatkan respon.

"Kalau kamu terganggu, aku ... Balik ke kamar lagi," ucap Leanna kecewa dengan sikap Daniel yang kembali cuek kepadanya. Dia berbalik dengan ragu, berharap Daniel menahannya atau bicara sesuatu. Namun, sampai ia benar-benar berbalik dan mulai melangkahkan kaki, Daniel masih belum bereaksi apa-apa. Kenapa begitu? Bukankah sekarang mereka sudah menikah?

"KIM DANIEL!" panggil Leanna dengan kesal hingga Daniel refleks berbalik ke belakang menatap Leanna dengan kaget.

"Kenapa sih malah diem aja? Setelah apa yang kamu lakuin tadi, kamu malah menghindar. Kamu bahkan gak mau lihat aku! Jangan bikin overthinking bisa gak sih?" omel Leanna gemas.

"Overthinking? Harusnya aku yang overthinking sekarang tahu? Memangnya apa yang harus aku lakukan sekarang setiap lihat kamu begini aja bagi aku, kamu gak pakai baju!"

Leanna diam tertegun, apalagi Daniel yang baru sadar telah kelepasan bicara. Seumur hidup, Daniel tak pernah mengenal apa itu kelepasan bicara. Dia selalu bisa mengontrol dan memilah apa yang ia ingin katakan. Tapi kenapa hari ini rasanya seluruh keberuntungannya telah sirna?

"Maksud aku ..."

"Jadi kamu tadi ... Kena serangan tidur karena ... Kamu melepas baju aku?" tanya Leanna mempertegas dengan kalimatnya yang gelagapan.

Daniel menghela napas gusar, lalu menaruh gelasnya di atas meja. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Seolah, dirinya sudah tak punya muka di depan Leanna.

"Kamu gugup berkali-kali lipat setelah melihat saya gak pakai baju."

"Kenapa perlu diperjelas? Kamu senang meledek aku?" tanya Daniel murung.

Leanna malah menahan tawanya melihat Daniel yang kelihatan sangat putus asa karena kejadian malam ini.

"Emangnya kamu gak pernah lihat perempuan pakai bikini? Bohong banget deh," ledek Leanna.

"Perempuan yang pakai bikini sih banyak. Tapi kamu ..." Daniel melirik lagi ke arah Leanna yang masih menatapnya sambil menahan senyum.

"Nyebelin," gerutu Daniel mengalihkan pandangannya dari Leanna lagi.

Sunshine in Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang