CHAPTER EMPAT

294 50 8
                                    

Daniel Kim kembali membuka matanya perlahan-lahan. Ia merasakan sedikit sakit pada kepala dan punggungnya. Dan ia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi padanya.

"Ah, akhirnya bangun juga!"

Suara Andreas terdengar memekakkan telinga Daniel saat ia belum sepenuhnya sadar. Tapi beda cerita, ketika ia melihat gadis pembawa sial yang kini berdiri tak jauh dibelakang Andreas.

"Lihat, kan? Dia cuma tidur. Bukan pingsan apalagi serangan jantung," ucap Andreas pada Leanna yang kelihatan masih panik setengah mati.

"Serangan jantung?" tanya Daniel terkejut mendengar ucapan Andreas yang menurutnya sangat berlebihan itu.

"Oh, dia ngira lo kena serangan jantung. Tapi Lea, tenang aja. Daniel Kim adalah orang yang paling sehat di muka bumi ini karena dia selalu makan sehat dan olahraga yang tepat. Selalu kontrol -"

"Kenapa masih di sini?" tanya Daniel langsung tertuju pada Leanna yang hanya diam mendengarkan.

"Saya ... Tadi ..."

"Tadi dia yang tanggap menghubungi gue. Dia juga yang bawa lo ke sini pake mobil. Kalau dia gak ada, mungkin lo akan bangun di rumah sakit lagi," ucap Andreas dengan enteng. Ia mengeluarkan obat milik Daniel dari dalam laci dan memberikannya kepada Leanna.

"Lagian, dia kan calon asisten lo. Jadi, dia udah menjalankan tugas dengan baik. Dan karena lo udah bangun, gue harus balik lagi ke kantor," ucap Andreas melangkahkan kakinya menuju pintu kamar.

"Tapi, Pak Andre ... Ini saya ..." Leanna berusaha menyusul Andreas dan bernegosiasi kalau ia harus pulang sekarang. Dan lebih tepatnya, ia tak mau ditinggalkan berdua saja dengan Daniel Kim untuk saat ini, karena jelas-jelas aura wajah Daniel Kim kelihatan sangat tidak ramah.

"Tenang aja, Lea. Semuanya udah baik-baik aja." Andreas berusaha menenangkan Leanna sambil tersenyum.

"Dan, jangan lupa. Buku baru!"
Setelah mengingatkan itu, Andreas melangkah keluar kamar dan menutup pintu pelan-pelan, meninggalkan Leanna yang berdiri di belakang pintu tersebut dengan pasrah.

Daniel Kim menghela napas panjang. Sekarang ia ingat, penyebab dirinya kambuh adalah karena pandangan gadis itu. Hanya sebuah pandangan yang tertuju pada celananya. Dan itu mampu membuat emosinya kembali naik.

Daniel beranjak dari tempat tidur menghampiri Leanna. Mengambil alih obat miliknya dari tangan gadis itu yang kelihatan agak gemetar.

Sebelum Daniel keluar dari dalam kamarnya, ia berbalik menatap Leanna yang refleks mundur selangkah lebih jauh dari Daniel.

"Kamu tahu kalau saya gak berminat untuk terima kamu sebagai asisten saya setelah kejadian hari ini kan?" tanya Daniel begitu keluar dari kamarnya menuju ruang tengah. Dan Leanna pun refleks mengikutinya dari belakang.

"Sa-saya tahu. Saya juga sadar itu. Tapi tadi sebenarnya saya ... Hanya berniat mengantar Pak Daniel ke apartemen. Saya juga akan pulang sekarang," jawab Leanna gelagapan. Ia buru-buru berpamitan dan melangkahkan kakinya hendak ke arah pintu. Sementara Daniel masih memperhatikan Leanna. Meskipun awalnya ragu, Daniel bergerak cepat menahan Leanna yang akan membuka pintu apartemen nya.

"Bukannya ini udah malam? Kamu bisa tidur di sini malam ini."

"Enggak. Makasih. Saya harus pulang sekarang," jawab Leanna dengan cepat.

Daniel tak bergeming. Ia malah melangkah mendekati Leanna sampai gadis itu terus melangkah mundur.

"Pak Daniel ... Sa-saya ..."

"Apa kamu gak terpikir untuk bertanggung jawab atas apa yang saya alami hari ini?"

Leanna tak bisa berkata-kata. Ia berusaha keras mempertahankan diri, tapi tubuh Daniel yang lebih tinggi darinya mampu mengurungnya dan menyudutkan nya di dinding.

Sunshine in Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang