CHAPTER LIMA PULUH TIGA

162 31 0
                                    

"Jadi Mama kamu juga gak tahu tentang kelainan kamu?" tanya Leanna melalui telepon. Saat ini dia sudah kembali ke Bogor setelah Daniel mengantarnya pulang sampai depan rumahnya. Leanna mengerti, Daniel ingin berbicara pada ibunya secara personal. Selain itu, Daniel juga tak ingin Leanna semakin merasa tak nyaman dengan ibunya yang suka bicara macam-macam. Apalagi, Daniel tahu betul bahwa Leanna adalah orang yang mudah down dan overthingking. Ucapan ibunya bisa saja menyakiti Leanna.

"Dia gak tahu. Di pikiran dia, aku kurang olahraga atau bahkan punya penyakit lemah jantung. Lagi pula, aku rasa dia gak perlu tahu tentang kelainan ini. Atau, keadaannya bisa semakin rumit," jawab Daniel tertawa pelan.

"Kamu sekarang di mana?"

"Masih di apartemen."

"Ya udah kalau gitu, istirahat sana. Besok ada jadwal kemana?" tanya Leanna sambil merebahkan dirinya di atas tempat tidur dengan kedua mata yang mengantuk.

"Ke Bogor."

"Ada promosi di Bogor?" tanya Leanna tersenyum bersemangat. Terdengar suara tawa dari Daniel yang membuat Leanna mengerutkan keningnya heran.

"Ke rumah kamu, Lea. Besok aku ke rumah kamu sama Mama. Sesuai permintaan Ibu kamu waktu itu," jawab Daniel.

Leanna terbelalak kaget, ia sampai menutup mulutnya tak percaya. Bahkan, Leanna sampai memukul-mukul bantal saking senangnya.

"Jadi ... Mau ngelamar ceritanya?" tanya Leanna masih dengan senyum lebarnya.

"Iya, untuk apa lagi? Susah meminta Mama ke Indonesia. Dia gak cocok dengan iklim di sini. Dia bisa kena demam berhari-hari," jawab Daniel.

Seketika Leanna merasa sangat prihatin kepada calon mertuanya itu. Untung saja Daniel sudah sangat kebal dengan iklim dan cuaca di sini. Meskipun terkadang dia bersikap seperti vampir yang jarang keluar rumah jika sedang fokus pada proyek novelnya.

"Kalau begitu, nanti aku beritahu Mama sama Papa soal Mama kamu yang akan ke sini."

"Aku sudah memberitahu ayah kamu sebelumnya. Apa dia belum bilang?"

"Oh? Papa belum pulang. Dia masih di luar. Mungkin setelah ini -"

"Leanna!!" Suara panggilan dari ibunya seketika menghentikan kalimat Leanna.

"Daniel, Mama manggil aku tutup dulu," ucap Leanna lalu mengakhiri sambungan teleponnya. Dari panggilan ibunya, Leanna merasa khawatir, takut ibunya mengalami kesulitan di lantai bawah. Sontak, Leanna bergegas keluar kamar dan berlari menuruni tangga menghampiri ibunya.

Ternyata, di ruang tengah sudah ada ayahnya juga. Sekarang, Leanna menduga kalau mamanya sudah mengetahui rencana Daniel dari ayahnya.

"Ada apa?" tanya Leanna akhirnya sampai di hadapan mereka berdua.

"Apa benar orang tuanya Daniel akan ke sini besok?" tanya Rita dengan kedua mata tak percaya.

"Hanya ibunya. Ayahnya Daniel masih berada di Jerman. Ibunya juga mendadak ke sini dari Amerika," jawab Leanna menjawab dengan santai.

"Itu juga karena Mama yang mendesak Daniel untuk membawa orang tuanya ke sini," imbuh Leanna sedikit melebihkan agar ibunya tidak meminta hal-hal lain lagi.

"Ibunya ... Orang Korea itu?" tanya Rita mengabaikan kalimat Leanna barusan.

Leanna menganggukkan kepalanya. Lalu Rita menoleh ke arah Sebastian yang hanya diam sambil menyenderkan punggungnya ke sofa.

"Apa Papa ingin minum teh?" tanya Leanna menawarkan pada ayahnya yang kelihatan begitu lelah. Entah apa yang sedang dilewatinya sampai memasang raut wajah lelah begitu.

Sunshine in Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang